Contoh Skripsi

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Berhasilnya peserta didik dalam mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam membaca, selayaknya diketahui bahwa sebagian dari pengetahuan disiapkan dalam bentuk bahasa tulis sehingga menuntut peserta didik untuk terus  melaksanakan kegiatan membaca untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran membaca memiliki kedudukan yang paling strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Kemahiran membaca ini tidak diperoleh secara langsung, tetapi melalui tahapan pembelajaran yang sebagian ialah tanggung jawab guru. dengan demikian, guru dituntut agar mampu membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan membacanya, sangat banyak informasi yang dapat diambil dari kegiatan membaca.

dengan demikian kemampuan membaca paling penting peranannya untuk membantu siswa mempelajari banyak hal. Melalui kegiatan membaca yang baik dan benar yakni siswa dapat mengambil inti bacaan yang dibacanya, siswa bisa menemukan sesuatu dari kegiatan membaca yang telah ia kerjakan.

Semakin banyak bahan bacaan yang dibaca maka semakin banyak lagi pengetahuan yang anak peroleh. Banyaknya pengetahuan ini tentu akan sangat mendorong si anak untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Selain itu, kemampuan menalar (reasoning) juga dapat meningkat sangat tinggi ketika anak mampu mendapatkan informasi lewat bahan bacaannya. Pada tingkatan yang begitu luas, tantangan abad 21 mengharuskan masing-masing dapat membedakan dan mengkritisi informasi. Generasi muda yang tidak dapat membaca secara baik dan benar tentu akan berakibat fatal pada kualitas SDM, sehingga bangsa ini akan kesulitan bersaing dengan generasi muda dari berbagai Negara.

Aspek membaca adalah kunci menuju kemajuan siswa. Pada dasarnya banyak siswa yang tidak menikmati apa yang dibacanya. Maksudnya bahwa membaca tapi tidak memahami apa yang dibacanya, karena membaca dianggap pekerjaan yang membosankan. Pada dasarnya, teknik pembelajaran masih bersifat umum, yakni teknik ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, diskusi dan drama. Teknik ini digunakan untuk mata pelajaran membaca adalah teknik tanya jawab, pemberian tugas serta diskusi. Pelaksanaan proses belajar membaca, kebanyakan guru memberikan tugas untuk peserta didik agar membaca teks. Sebelum aktivitas pembelajaran dilakukan, guru berceramah terkait informasi yang menurutnya penting dan berkaitan dengan apa yang seharus dilakukan siswa.

dengan demikian, kemampuan membaca anak sangatlah penting peranannya bagi keberhasilan dirinya sendiri, bahkan dapat mempengaruhi kemajuan negaranya. Munculnya pengajaran membaca yang terencana sangat baik dirasakan lebih mendesak karena pentingnya kegiatan membaca yang dirasakan oleh sebagian besar siswa SMA. Permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan membaca terhadap pemahaman yang diperoleh dari hasil wawancara guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat Kelas XI  (Nurmila Mahu, S.Pd) menurut guru Bahasa Indonesia, siswa sewaktu membaca kurang memahami isi bacaan yang dibacanya. Hal tersebut disebabkan karena, siswa belum memahami cara ataulangkah-langkah membaca dengan baik sehingga pemahaman dalam membaca siswa sangat menurun. Dapat kita ketahui saat siswa ditanya apa judul dari bacaan yang telah dibacanya dan diminta untuk mengulang isi bacaan, namun sebagian besar dari 42 siswa tidak bisa menjawab, mereka lupa dan belum memahami. Untuk mengukur  pencapaian keberhasilan sisiwa maka, yang digunakan ialah aspek penilaian  kognitif. Bahwa hasil akhir ini menguji pemahaman siswa terhadap bacaan. Rendahnya kemampuan membaca para siswa khususnya membaca teks bacaan menunjukkan terdapat kekurangan yang dimiliki siswa dalam belajar memahami isi bacaan.

Guru Bahasa Indonesia kelas XI mengidentifikasi penyebab siswa gagal dalam memahami teks bacaan yang terkait dengan masalah minimnya  pemahaman membaca siswa, kurangnya pemahaman yang dimiliki siswa, serta ketidaktahuan mereka terkait metode membaca pemahaman yang benar. Hal itulah yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami bacaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh fakta bahwa bagi mereka aktivitas membaca sangat membosankan dan menghabiskan banyak waktu. Karena itu, mereka mengatakan dalam membaca mereka hanya membaca sekilas dan mengabaikan isi bacaan secara keseluruhan. Prosedur pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini dilakukan oleh guru pada sekolah SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat sebagai berikut: (1) guru memberikan teks atau wacana, (2) siswa langsung disuruh untuk membaca teks tersebut, (3) guru memberikan beberapa pertanyaan terkait isi bacaan untuk menguji tingkat pemahaman siswa, (4) peserta didik mengerjakan soal, (5) soal dibahas, guru memberikan jawaban yang benar. Prosedur pengajaran membaca tersebut menunjukkan siswa tidak dilatih membaca pemahaman melalui langkah-langkah yang seharusnya dilakukan.

Melalui hasil wawancara dengan guru dan siswa pada sekolah SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat, guru bahasa Indonesia bukan guru yang basic keilmuannya bahasa Indonesia tetapi, Sarjana Biologi kemudian diangkat sebagai guru Bahasa Indonesia untuk menutup kekosongan mata pelajaran yang ada. Kemudian metode yang digunakan oleh guru itu hanya ceramah, tanya jawab dan penugasan tidak ada metode yang lebih untuk menambah minat siswa untuk mencapai kemampuan membaca.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal, pembelajaran membaca pemahaman sebuah teks yang dilakukan oleh siswa yaitu siswa langsung membaca teks tersebut. Siswa tidak melakukan survei awal guna memperoleh gambaran umum isi buku sehingga proses selanjutnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami esensi bacaan. Jika pada awal pembelajaran saja metode yang digunakan sudah keliru maka dapat dipastikan hasil selanjutnya kurang memuaskan. Dengan demikian, inti pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini terjadi lebih merujuk pada selesainya pelajaran membaca, namun pembelajaran tersebut belum mengarah pada proses pembelajaran membaca pemahaman.

Menanamkan minat membaca siswa dengan metode yang tepat, dapat dilakukan sebagai langkah pertama dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan tujuan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan. Alasan pemilihan metode SQ3R didasarkan pada hasil pengamatan penulis bahwa selama ini dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa belum melakukan aktivitas membaca sebagaimana mestinya. Metode SQ3R ini ditinjau dari aspek proses dalam melakukan aktivitas membaca tampak sangat sistematis sehingga diasumsikan penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Metode SQ3R merupakan proses membaca sistematik yang meliputi tahap Survey, Question, Read, Recite, dan Review (Soedarso, 2002).

Metode ini paling tepat untuk diterapkan dengan alasan: Pertama sebelum membaca langsung buku, siswa melakukan observasi awal guna mengetahui gambaran umum isi buku. Tahapan ini disebut Survey. Kedua adanya tahapan Question sebelum membaca itu sendiri, yaitu menyusun daftar pertanyaan membuat siswa menjadi semangat membaca guna menjawab pertanyaan yang timbul dalam benaknya. Ketiga adanya tahap read akhirnya membuat kegiatan read menjadi menyenangkan dan siswa bisa lebih fokus serta konsentrasi terhadap isi bacaan. Keempat tahap Recite memungkinkan siswa dapat mengingat lebih lama terhadap esensi bacaan yang telah dibacanya dengan mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan maupun tulisan. Kelima adanya tahap Review yaitu meninjau ulang hal-hal penting dari bacaan yang belum didapatkan dapat diminimalisir. Ditinjau dari metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman, pada dasarnya siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat  selama ini belum berkesempatan melakukan tahap Survey, Question, Recite, dan Review. Siswa hanya melakukan tahap Read saja. Melihat hal tersebut maka peneliti menetapkan metode SQ3R sebagai alternatif untuk meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman.

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan metode SQ3R. metode SQ3R merupakan metode yang terdiri dari lima langkah yaitu, survey, question, read, recite, review. Pembelajaran membaca di SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat pada umumnya masih menggunakan metode tradisional. Sekolah ini belum pernah dipakai untuk penelitian khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran membaca. Hal tersebut merupakan pertimbangan dalam memilih tempat penelitian. Adapun penelitian ini akan menerapkan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca, sehingga judul penelitian ini adalah “Penggunaan Metode  SQ3R  Dalam  Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat”.

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan metode SQ3R dalam membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat?

1.3  Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan metode SQ3R dalam membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat.

1.4  Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat membawa manfaat:

1.      Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan metode SQ3R yang mempengaruhi pemahaman siswa SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat, serta diharapkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan secara teoritis dipelajari di bangku persekolahan maupun perguruan tinggi.

2.      Manfaat Praktis

a.       Manfaat Bagi Siswa

Lebih kompeten membaca dalam bidang mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam keterampilan membaca pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat.

b.      Manfaat Bagi Guru

Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca melalui metode SQ3R sesuai dengan bahan ajar.

c.       Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan kepada peneliti dalam mengkaji pembelajaran dengan metode SQ3R.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1    Pengertian Membaca

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam proses membaca, kegiatan sangat banyak dititikberatkan pada kemampuan membaca dibandingkan teori membaca itu sendiri.

Ada tiga unsur dalam kecakapan membaca yang dikemukakan oleh (Tarigan, 1987), yaitu:

1.      Pengenalan terhadap huruf-huruf dan tanda-tanda baca.

2.         Hubungan antara huruf dengan tanda-tanda baca dan juga unsur-unsur bahasa yang resmi.

3.      Hubungan makin lanjut dari A dan B serta makna.

Setiap guru bahasa perlu memahami bahwa membaca merupakan suatu cara yang bisa dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan adakalanya dengan orang lain yakni berkomunikasi makna yang tercantum atau terkandung pada lambang-lambang tertulis. Membaca bisa juga dianggap seperti suatu rangkaian agar mengerti yang terkandung dalam yang tersurat, yaitu mengerti maksud yang tercantum di dalam  kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak berada pada halaman tersurat tetapi ada pada pikiran-pikiranpembaca. Dari sisi bahasa, membaca yaitu suatu cara penyandian kembali dan membaca sandi, berbeda dengan berbicara dan menulis yang justru menjadikan penyandian (ecoding). Sebuah aspek pembaca sandi (decoding) menggabungkan kata-kata tulis (written word) dengan arti bahasa lisan (oral language meaning) yang mencangkum pengubahan tulisan atau acuan menjadi nada yang bermakna. Membaca adalah proses menafsirkan atau memberi kesan kepada ucapan yang ada dalam bentuk tulisan yaitu suatu proses membaca sandi (decoding process). Membaca adalah proses bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu, maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.

2.1.1    Tujuan Membaca

Menurut Tarigan dia mengatakan tujuan membaca yakni sebagai berikut.

1.    Membaca agar mendapat uraian atau fakta-fakta

2.    Membaca agar mendapatkan ide-ide

3.    Membaca agar memahami urutan atau susunan organisasi

4.    Membaca agar menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

5.    Membaca agar membagi dalam kelompok

6.    Membaca agar mengklasifikasikan (reading to classify)

7.    Membaca agar memberi nilai, membaca agar mengevaluasi (reading to evaluate)

8.    Membaca agar membandingkan atau mempertentangkan  (reading to compare or contrast)

Membaca agar mendapatkan perincian-perincian atau fakta-fakta contohnya untuk mengetahui proses-proses yang sudah dibuat oleh sang tokoh; Apa saja  yang sudah dilakukan oleh sang tokoh; apa yang sudah terjadi terhadap tokoh khusus, atau agar memecahkan persoalan-persoalan yang dilakukan oleh sang tokoh.

Membaca agar mendapatkan gagasan pokok contohnya untuk memahami alasan sehingga menjadi hal yang baik dan menarik, persoalan yang diperoleh dalam cerita, apa saja yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan meliputi perkara-perkara yang diperbuat oleh sang tokoh agar sampai pada tujuannya.

Membaca agar mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita sama halnya dengan mendapatkan dan memahami apa yang terjadi pada tiap bagian cerita, apa yang terjadi pada mulanya, kedua, ketiga dan seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk mengatasi suatu persoalan, pertunjukan dan adegan-adegan yang dibuat secara dramatisasi.

Membaca agar dapat menyimpulkan, membaca inferensi seperti mendapatkan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan layaknya gaya mereka itu, apa yang akan ditunjukan oleh sang tokoh berubah, kemampuan yang dimiliki para tokoh yang menjadikan mereka berhasil atau gagal.

Membaca agar mengelompokkan atau mengklasifikasikan contohnya agar mendapatkan serta mengetahui apa yang tidak biasa, tidak semestinya menyentuh seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

Membaca menilai, membaca mengevaluasi misalnya agar mendapatkan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita akan melakukan sama halnya seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.

Membaca untuk memperundingkan  dibuat agar menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal.

2.1.2    Aspek-Aspek Membaca

Membaca adalah suatu kecakapan yang kompleks.  Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1.    Keterampilan yang bersifat mekanis, yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup, pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistic, pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan/bunyi dan kecepatan membaca bertaraf lambat.

2.    Keterampilan yang bersifat memahami, yang dianggap berada pada uraian yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup, memahami pengertian sederhana, memahami makna, evaluasi atau penilaian dan kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

2.1.3 Jenis-Jenis Membaca

 Jenis-jenis membaca yang dikembangkan diberbagai kalangan atau tingkatan sosial, yaitu sebagai berikut.

1.      Membaca intensif

Membaca intensif atau intensive reading dalam pengertian bahasa yaitu membaca saksama, telaah teliti. Sedangkan pengertian secara umum, membaca intensif adalah membaca secara bersungguh-sungguh dan terus menerus hingga memperoleh hasil yang optimal yaitu adanya pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai ide penjelas, secara rinci sampai ke relung-relungnya agar pesan dalam bacaan merasuk ke otak hingga hati. Pada umumnya objek membaca intensif ini lebih menitikberatkan pada karya-karya ilmiah seperti buku pelajaran dan perkuliahan, makalah, esai, karya-karya analisis.

Untuk mencapai tujuan membaca intensif, ada 2 keterampilan yang sebaiknya diperhatikan yaitu:

a.         Membaca secara eksplorasi atau exploration reading ialah mengadakan penjelajahan terhadap isi bacaan untuk menemukan pemahaman secara menyeluruh secara tersurat dengan bersifat universal dan sistematis.

b.        membaca secara terpaadu atau integrate reading ialah membaca dengan cara memadukan antara pengenalan simbol bacaan, pemahaman isi dan pemahaman tata bahasa.

2.        Membaca kritis

Membaca kritis memiliki tingkatan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan membaca intensif. Membaca kritis adalah membaca dengan berusaha memahami isi bacaan serta berusaha menemukan kesalahan-kesalahan atau kekeliruan yang terdapat dalam bacaan baik dari segi kekeliruan penyusunan kata atau kerangka dalam pola kalimat, penyusunan tata bahasa, dan juga makna yang tersurat dan tersirat. Selain itu membaca kritis pada prinsipnya yaitu masyarakat pembacanya bersikap cermat, teliti, korektif, dan disamping memahami ide-ide bacaan atau tulisan pada buku dengan baik dan detail, perlu juga direspon atau ditanggapi, bahkan dianalisis. Saddhono dan Slamet, (2012:78) dalam (Muhsyanur, 2014) .          

3.    Membaca cepat

Membaca cepat atau speed reading  yaitu jenis membaca yang pada dasarnya lebih mengutamakan kecepatan dalam memperoleh informasi-informasi. Menurut Yasrul Efendi dan Wulandari (2013:8) dalam (Muhsyanur, 2014), membaca cepat yaitu suatu proses membaca dalam waktu yang cepat dan dengan pemahaman yang tepat.

Menurut Nurhadi (2005) dalam (Muhsyanur, 2014), speed reading atau membaca cepat yaitu jenis membaca yang mementingkan kecepatan untuk mengelolah secara cepat proses menerima informasi dengan tidak meninggalkan pemahaman kepada aspek bacaan. Sedangkan pendapat Aritonang (2006), dalam (Muhsyanur, 2014) membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan tertinggi, hampir keseluruhan materi dibaca dalam waktu tertentu yang disertai pemahaman isi 70%.

4.        Membaca Apresiatif dan Estetis

Membaca apresiatif dan estetis merupakan dua kegiatan membaca yang bersifat khusus karena lebih berhubungan dengan nilai-niali dan factor intuisi atau perasaan. Apresiatif bersifat apresiasi atau penilaian sedangkan estetis bersifat estetika atau keindahan. Membaca apresiatif dan estetis bisa juga dikatakan membaca indah yaitu suatu jenis kegiatan membaca dengan berusaha menghidupkan dan untuk mengkomunikasikan suatu bahan bacaan yang mempunyai nilai sastra dengan mengutamakan segi keindahan yang terdapat pada suatu karya sastra.

5.    Membaca Teknik

Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia beratri suatu pengetahuan atau kepandaian dan suatu cara atau sistem dalam melakukan sesuatu. pada kenyataannya, membaca teknik memang lebih merujuk pada suatu sistem untuk mencapai hasil membaca yang efektif dan efesien. Pengertian lain, membaca tektik merupakan salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada pelafalan kata-kata baku, melagukan kalimat dengan benar, pemenggalan kelompok kata dan kalimat dengan tepat, menyesuaikan nada, irama, dan tekanan, kelancaran dan kewajaran serta jauh dari ketersendatan, kesalahan ucap atau cacat baca lain.

Menurut  Saddhono dan Slamet (2014;123), dalam (Muhsyanur, 2014:35) memberikan penjelasan bahwa dengan mengacu pada pelafalan yang standar, kegiatan pembacaan berita, pengumuman, materi pelajaran, pendataran, ceramah, naskah pidato, khotbah, dan lain-lain.

Jenis-jenis membaca ditinjau dari bersuara atau tidak bersuara ketika orang itu sedang membaca, diantaranya:

1.      Membaca yang bersuara

yakni suatu proses atau kegiatan yang menjadi alat bagi guru, murid, maupun pembaca dan juga orang lain.

2.      Membaca yang tidak bersuara (dalam hati)

yakni proses membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan.

2.1.4   Metode SQ3R

1.        Pengertian metode SQ3R.

Metode SQ3R memberikan strategi yang diawali dengan membangun gambaran umum terkait bahan yang dipelajari, menjadikan pertanyaan dari judul suatau bab dan dilanjutkan dengan membaca agar mencari jawaban dari pertanyaan.

Metode SQ3R dikembangkan oleh Robinson, seorang guru besar psikologi dari Ohio State Univercity sejak tahun 1941. (Nurhadi, 1989) SQ3R adalah metode yang sangat baik untuk membaca secara intensif dan rasional.

Adapun penjelasan mengenai lima tahapan Metode SQ3R diantaranya

a.  Survey

Mengadakan peninjauan dapat mengumpulkan informasi yang diperlukan agar memusatkan perhatian ketika membaca. Baca pendahuluan memberikan pandangan dari pengarang terkait dengan peristiwa penting dalam bab. Perhatikan grafik, diagram, adanya grafik atau diagram ditunjukan agar memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks.

b.      Question

setelah garis besar pemikiran suatu bab didapatkan, mulai memperhatikan kepala judul/subbab yang lazim dicetak tebal. Perhatikan kepala judul ini satu per satu dan merubah beberapa judul ini menjadi pertanyaan.

c.       Read

dengan membaca kita mulai memasukan informasi ke dalam kerangka pemikiran bab yang telah kita buat pada proses Survey. Bacalah suatu sub bab dengan saksama dan jangan berpindah dari subbab yang lain sebelum kita buat pada question.

d.      Recite

pada umumnya kita cepat sekali lupa degan apa yang telah kita baca. Dengan melakukan proses Recite ini kita bisa melatih pikiran untuk berkonsentrasi dan mengingat bahan yang dibaca.

e.       Riview

Memberi kita agar menyelesaikan kerangka pemikiran dalam suatu bab dan memperbaiki daya ingat kita terhadap bahan pada bab tersebut. Proses ini dapat dikerjakan dengan cara membaca kembali seluruh subbab.

2.1.5   Pengertian membaca pemahaman

Kegiatan membaca pemahaman adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca. Membaca pemahaman adalah pemahaman arti atau maksud dalam suatu bacaan melalui tulisan. Untuk memhami isi suatu bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman yang baik. Pemahaman adalah salah satu aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada dasarnya pemahaman suatu bahan bacaan dapat meningkatkan keterampilan membaca itu sendiri maupun untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan. (Tarigan  1987:37).

2.1.6 Aspek-aspek membaca pemahaman

Membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. oleh karena itu, kita perlu mengenal dan menguasai beberapa aspek dalam membaca pemahaman.

Aspek-aspek dalam membaca pemahaman meliputih:

1.           Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal,)

2.           Memahami signifikasi atau makna yakni maksud dan tujuan pengarang relevansi atau keadaan kebudayaan danreaksi pembaca.

3.           Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)

4.           Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Tarigan, 1987:12)

Membaca pemahaman tidak dituntut hanya sekedar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi juga mampu menganalisis atau mengevaluasi dan mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan awal yang telah dimilkinya

2.1.7 Tujuan membaca pemhaman

Tujuan membaca pemahaman yaitu untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argument yang logis, urutan atau pola-pola teks pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (Tarigan,1987:36)

2.1.8  Prinsip-prinsip membaca pemahaman

Menurut (Herliyanto, 2015)

Mengemukakan mengenai prinsip-prinsip membaca sebagai berikut:

1.      Pemahaman merupakan proses konstruktiv sosial

2.      Keseimbangan kemahiran adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan

3.      Guru membaca yang professional (unggul) mempengaruhi belajar siswa

4.      Pemabaca yang baik memegan peranan penting yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca

5.      Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna

6.      Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas

7.      Perkembangan kosa kata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca

8.      Pengikutsertaan merupakan suatu faktor kunci pada proses pemahaman

9.      Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan

10.  Asesment yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman

2.1.9  Langkah-langkah Membaca Pemahaman

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membaca yaitu:

1.      Menentukan tujuan membaca

2.      Preview yaitu membaca selayang pandang

3.      Membaca secara keseluruhan isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat menemukan ide pokok yang tertuang dalam setiap paragraph

4.      Mengemukakan isi bacaan dengan mengunakan kalimat dan kata-kata sendiri (Herliyanto. 2015:14)

Kemampuan membaca pemahaman yang tinggi diharapkan dapat menangkap ide pokok yang terdapat dalam bahan bacaan, menemukan hubungan suatu ide pokok dengan ide pokok lainnya selanjutnya dapat menghubungkan apa yang dipahami dari bahan bacaan tersebut dengan ide-ide di luar bahan bacaan.

 

2.1.10    Langkah-Langkah Pembelajaran Membaca Menggunakan Metode SQ3R

Sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran metode SQ3R, peneliti menerapkan langkah-langkah tersebut dalam proses pembelajaran di kelas pada materi teks proposal sebagai berikut:

1.      Pendahulan

1)      Guru memasuki kelas, dan memimpin doa.

2)      Guru mengecek kehadiran siswa di kelas.

3)      Guru memberikan tes awal (pretest) berupa soal esay berjumlah 5 soal kepada siswa untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang pemahaman membaca teks proposal yang dibaca selama 15 menit.

4)      Guru menanyakan tentang materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

5)      Guru melakukan apresiasi untuk membuka wawasan siswa terkait materi yang dipelajari.

6)      Guru menyampaikan kompetensi dasar, indicator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam pembelajaran.

7)      Guru menyampaikan materi teks proposal yang di dalamnya terdapat informasi dan poin-poin penting secara garis besar untuk membentuk pemahaman siswa mengenai materi yang akan di diskusikan dalam kelompok.

8)      Guru menjelaskan terkait dengan metode pembagian kelompok kepada siswa.

2.      Kegiatan inti

1)      Pembagian kelompok:

1)      Guru membagi siswa dalam 3 kelompok terdiri dari 6-7 orang dengan kemampuan yang berbeda-beda.

2)      Setiap siswa di dalam kelompok diberikan bacaan latar belakang pada teks proposal yang sama sesuai dengan subbab yang akan dipelajari dan didiskusikan oleh kelompok.

3)      Tiap siswa di dalam kelompok diberikan kesempatan untuk membaca latar belakang teks proposal tersebut selama 15 menit.

4)      Siswa dari masing-masing kelompok mendiskusikan hasil bacaan mereka selama 30 menit.

2)      Guru mengumpulkan hasil diskusi dari setiap kelompok.

3.      Penutup

1)      Guru dan siswa sama-sama mengumpulkan materi teks proposal yang telah dipelajari.

2)      Guru memberikan tes akhir (posttest) berupa soal esay berjumlah 5 soal yang sama seperti yang digunakan pada awal tes (pretest) kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman akhir siswa tentang pemahaman membaca teks proposal yang dikerjakan selama 15 menit.

3)      Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan terkait dengan materi yang dipelajari.

4)      Guru memberikan tugas yang harus dikerjakan siswa dirumah.

5)      Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari siswa pada pertemuan berikutnya.

2.2         Penelitian relevan

Penelitian ini mengenai penggunaan metode membaca SQ3R dalam kecepatan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat. Berdasarkan penelitian untuk mendapatkan pemahaman lebih banyak, ditemukan tulisan yang berkaitan dengan penulisan ini yaitu:

(Khuzaimatun Siti, 2009) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Sumberlawang”. Dengan menggunakan penelitian ini mengungkapkan bahwa menggunakan metode SQ3R dalam membaca pemahaman membuat siswa berpikir kritis dan kreatif, dimulai dari menghubungkan latar belakang pengetahuan dengan teks pada bacaan sampai dengan mengulang bagian-bagian di akhir materi sehingga siswa menjadi pembaca yang efektif dan efisien..

(Hatalaibessy Misye, 2016) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Bercerita melalui Model Pembelajaran SQ3R Siswa Kelas VII-1 SMP Negeri 3 Ambon”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model pembelajaran survei Question Read Recite Review (SQ3R) dapat meningkatkan pemahaman berbicara siswa yang diperoleh rata-rata kelas eksperimen 80,66 dan kelas kontrol 60,00. Ada perbedaan hasil belajar bahasa indonesia sebelum dan sesudah diterapkan metode SQ3R siswa kelas VII-1 SMP Negeri 3 Ambon. Dengan demikian kesimpulannya adalah ada peningkatan kemampuan bercerita yang digunakan melalui model pembelajaran SQ3R terhadap siswa kelas VII-1 SMP Negeri 3 Ambon.

(Sujiono, 2014) dengan judul “Penerapan Metode SQ3R pada Pembelajaran Kompetensi Membaca Kritis” dalam penelitian ini dijelaskan tentang tahapan-tahapan penggunaan metode SQ3R. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebagai survey terhadap bahan bacaan sangat membantu pembaca. Melalui kegiatan survei terhadap bahan bacaan akan mengkondisikan pembaca akan dengan mudah dan cepat mengetahui judul dan sub judul yang akan dibaca.

Penelitian di atas dapat jadikan sebagai tolok ukur dan pembanding dengan penelitian yang terdapat kesamaan dengan judul peneliti

 

2.3          Kerangka Berfikir

Keterampilan membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Siswa dituntut untuk menguasai keterampilan ini karena siswa banyak akan diperhadapkan dengan keterampilan membaca, pentingnya membaca bagi peserta didik yaitu menambah wawasan, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan daya ingat, dan menambah informasi.

Kemampuan membaca yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat masih rendah, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti akan menggunakan metode SQ3R dalam usaha meningkatkan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat, karena metode yang digunakan oleh guru sangat monoton dan media yang digunakan juga tidak bervariasi, sehingga siswa tidak dapat atau kurang menguasai materi yang diberikan.

 Berdasarkan hasil survei awal, pretes dan wawancara dengan guru dan siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat, dapat diperoleh satu kesimpulan bahwa minat dan hasil pembelajaran membaca pemahaman dinilai masih rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode yang dapat diterapkan untuk memudahkan siswa dalam memahami suatu bacaan. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode SQ3R. Dengan menggunakan metode SQ3R diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa, serta meningkatkan semangat siswa dalam proses belajar mengajar.

2.4     Hipotesis Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2019), hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara sebab jawaban atau hasil yang diberikan belum didasarkan dengan fakta-fakta empiris yang didapat melalui tindakan penggumpulan data, baru didasarkan pada teori. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

 = Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode SQ3R dalam membaca pemahaman  siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Barat

   = Terdapat pengaruh penggunaan metode SQ3R dalam membaca pemahaman  siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Barat.

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1    Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu model penelitian yang selalu menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, menafsirkan data sampai dengan hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan keadaan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA NEgeri 11 Seram Bagian Barat. Metode deskriptif merupakan penelitian yang paling sederhana yakni bertujuan untuk menggambarkan kejadian atau fenomena-fenomena yang terjadi.

Dalam penelitian ini, menggambarkan keadaan membaca pemahaman siswa sebagai tujuan utama. Dengan demikian meggunakan metode deskriptif sangat tepat dengan tujuan yang ingin dicapai menggambarkan keadaan yang apa adanya.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desin one shot case study

                              Pola :  X          O

Keterangan:

X               : treatment atau perlakuan

O               : Hasil Observasi sesudah treatment

 

 

3.2    Populasi

       Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 11Seram Bagian Barat yang terdiri atas kelas XI IPA dan XI IPS yang berjumlah 42 siswa, dengan rincian

Kelas XI IPA = 22 siswa

Kelas XI IPS = 20 siswa

Jumlah keseluruhan siswa adalah 42 siswa, karena populasi kurang dari 100, maka diambil semua untuk penelitian. jadi penelitian ini disebut penelitian populasi.

3.3  Variabel Penelitian

Berdasarkan pendapat  (Sugiyono, 2007) adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1.        Variabel Independen, variabel ini biasanya dikatakan sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh atau yang menjadi sebab perubahannya maupun timbulnya variabel dependen (terikat). Misalnya metode SQ3R.

2.        Variabel Dependen, variabel ini sering disebut sebagai variabel terikat.Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi akibat adanya variabel bebas. dalam peneitian ini yang sebut variable dependen misalnya membaca pemehaman.

 

 

 

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku.

3.4.2                  Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada jam pelajaran Bahasa Indonesia seperti biasanya yang dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2022-2023, yang dilaksanakan setelah proposal ini diujiankan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1)        Teknik Wawancara

Teknik wawancara  dilakukan kepada guru, dan siswa untuk menggali data tentang proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dan metode SQ3R yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman membaca pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat. Penulis menanyakan terkait dengan kendala-kendala yang dihadapi, proses pembelajaran yang telah dipelajari, apa yang dipahami setelah pembelajaran selesai, apakah metode pembelajaran itu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa atau tidak.

2)        Teknik Observasi

Teknik observasi dibuat agar mengamati perkembangan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman yang dikerjakan oleh siswa serta guru sebelum kegiatan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan. Observasi ini dikerjakan dengan cara peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yakni selain  mengamati proses pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Namun juga berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari untuk memperoleh data yang lebih lengkap pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat khususnya pada kedua kelas yang dijadikan peneliti sebagai penelitian.

3)         Teknik Tes

Teknik pengumpulan data berupa tes dengan soal esay yang diberikan di awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diterapkan metode SQ3R dengan memberikan Pretest, dan sesudah diterapkan metode SQ3R kemudian diberikan Posttest.  Bahan yang akan disiapkan oleh peneliti adalah menyiapkan sebuah contoh teks proposal yang ada pada buku Bahasa Indonesia kelas XI. Setelah membaca teks proposal itu, siswa diminta untuk menentukan informasi penting yang ada dalam teks proposal. Teknik tes inilah yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga dapat diketahui pengaruh penggunaan metode SQ3R terhadap membaca pemahaman siswa.

 

 

 

 

 

Tabel 3.1 Soal Tes

No.

Soal Tes

1.       

Temukan informasi penting yang ada pada latar belakang proposal yang anda baca!

2.       

Sebutkan jenis proposal apa yang anda pelajari?

3.       

Jelaskan maksud dan tujuan teks proposal!

4.       

Setelah mempelajari teks proposal apa yang anda ketahui tentang teks proposal?

5.       

Hal yang harus diperhatikan dalam menulis teks proposal adalah?

 

4)                  Teknik Angket

Teknik ini digunakan untuk menyaring data yang berhubungan dengan membaca pemahaman siswa.

3.6  Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Instrument penelitian merupakan alat bantu agar peneliti menemukan data agar dijadikan sebagai hasil penelitian.

1)        Observasi

Peneliti melakukan observasi dengan mengamati proses pembelajaran siswa pada lingkup SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat, kususnya pada kelas XI IPA dan XI IPS. Sehingga peneliti dapat mengambil temuan-temuan dari hasil observasi untuk digunakan sebagai sumber data penelitian dan keadaan dalam kelas tersebut.

2)      Wawancara

untuk melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternativ jawabannya yang sudah disiapkan.

Tabel 3.2 Pertanyaan Wawancara untuk Guru

a)      Wawancara untuk Guru

No.

Pertanyaan Wawancara

  1.  

Langkah-langkah apa sajakah yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

  1.  

Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan hasil belajar siswa menurun?

  1.  

Bagaimana respon siswa ketika melakukan pembelajaran membaca?

  1.  

Apakah siswa pernah merasa malas ketika menerima pembelajaran membaca?

  1.  

Langkah-langkah apa sajakan yang paling efektif yang pernah Bapak/Ibu terapkan untuk menarik perhatian siswa?

  1.  

Metode apa yang digunakan pada saat meteri membaca?

 

Tabel 3.3 Pertanyaan Wawancara untuk Siswa

b)      Wawancara untuk Siswa

No.

Pertanyaan Wawancara

  1.  

Apakah kamu menyukai pembelajaran membaca?

  1.  

Apakah pembelajaran membaca terasa sangat menarik?

  1.  

metode apa yang digunakan guru saat proses pembelajaran?

  1.  

Apakah metode tersebut terasa membosankan?

  1.  

Apakah cara penyampaian materi membuat anda cepat memahami?

  1.  

Apakah selain di sekolah (di luar jam pelajaran / di rumah) anda selalu belajar membaca?

 

3)      Angket atau Kuisioner

dalam membuat angket atau kuesioner dalam penelitian ini yaitu peneliti bisa memberikan angket kepada responden berupa data yang dapat dijawab secara tertutup atau terbuka. Kuesioner dalam penelitian ini merupakan survei yang hendak dilakukan untuk mendapatkan data primer atau data yang diperoleh secara langsung dari objeknya. Angket atau kuesioner ini ditunjukan kepada siswa kelas XI. Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai negativ, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a.       Sangat tidak setuju

b.      Tidak setuju

c.       Ragu ragu

d.      Setuju

e.       Sangat setuju

Tabel 3.4 Interpretasi Skor Angket

Skor

Kualitas

0%-20%

Sangat lemah

21%-40%

Lemah

41%-60%

Cukup

61%-80%

Kuat

81%-100%

Sangat kuat

                                                                                    (Ridwan, 2009)

Tabel 3.5 Kuisioner

No.

Pertanyaan

Pilihan Jawaban

 

                                                   

STS

TS

RR

S

SS

1.

Pertama kali saya melakukan pembelajaran membaca SQ3R saya yakin bahwa pembelajaran ini gampang bagi saya

 

 

 

 

 

2.

Materi awal pembelajaran SQ3R sangat sulit dimengerti dari apa yang saya inginkan

 

 

 

 

 

3.

Setelah membaca informasi pendahuluan, saya percaya bahwa saya mengetahui apa yang seharusnya saya pelajari dari pembelajaran ini

 

 

 

 

 

4.

Menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran SQ3R menjadikan saya sangat puas terhadap hasil yang telah saya capai

 

 

 

 

 

5.

Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi pembelajaran SQ3R dengan apa yang telah saya ketahui

 

 

 

 

 

6.

Banyak halaman-halaman yang memuat banyak informasi sehingga mudah untuk saya dapat mengambil ide-ide penting dan mengingatnya

 

 

 

 

 

7.

Materi pembelajaran SQ3R sangat menarik perhatian

 

 

 

 

 

8.

Apakah setelah pembelajaran saya dapat memahami apa yang telah dibaca sesuai dengan metode membaca SQ3R yang diajarkan

 

 

 

 

 

9.

Terdapat perbedaan setelah diterapkannya metode membaca SQ3R terhadap membaca pemahaman saya

 

 

 

 

 

10.

Apakah metode membaca SQ3R membuat saya menyukai pembelajaran membaca

 

 

 

 

 

11.

Setelah mempelajari metode membaca, pemahaman saya lebih baik dari sebelumnya

 

 

 

 

 

12.

Kecepatan pemahaman yang saya alami jauh berbeda dengan pemahaman sebelum saya mempelajara metode membaca SQ3R

 

 

 

 

 

 

Keterangan Pilihan Jawaban

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3      = Ragu-ragu

4= Setuju

5.    = Sangat Setuju

4)      Dokumentasi

Dokumentasi merupakan instrument penelitian, dalam pengumpulan data diperlukan dokumentasi berupa serangkaian gambar-gambar yang dapat dijadikan sebagai bahan bantuan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan telepon seluler untuk mengambil gambar saat penelitian.

3.7  Teknik Analisis Data

Tes adalah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengukuran, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2016). Instrument ini digunakan untuk melihat dan mengukur kemampuan membaca pemahaman setelah memberikan pretest dan posttest untuk mengukur perbedaan kemampuan siswa sebelum dan sesudah perlakuan.

 -

                             

                                                                                    (Arikunto 2016:245)

 

Keterangan :

t     : harga t

   : rata-rata kelompok sebelum perlakuan

   : rata-rata kelompok sesudah perlakuan

: standar deviasi sebelum perlakuan

: standar deviasi sesudah perlakuan   

 

Tabel 3.6 tolok ukur penilaian kemampuan membaca pemahaman

Presentasi penguasaan

Nilai

Mutu

Tingkat kemampuan

85-100

A

5

Sangat baik

70-84

B

4

Baik

55-69

C

3

Sedang

40-54

D

2

Kurang

≤39

E

1

Sangat kurang

(A.  Effendi Sanusi, 2013:80)

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian pada tanggal 17 Januari 2022 sampai dengan tanggal 17 Februari 2022 di SMA 11 Seram Bagian Barat yang terbagi atas 2 kelas  yaitu kelas XI IPA dan  XI IPS dengan rincian kelas XI IPA 22 siswa dan kelas XI IPS 20 siswa. jadi total siswa pada seluruh kelas XI  adalah 42 siswa.

4.1.1    Deskripsi Hasil Penelitian

1.      Data Observasi

Berdasarkan hasil observasi peneliti saat melakukan penelitian di SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat, saat peneliti bertanya pada beberapa siswa yang hendak membaca setelah proses pembelajaran selesai dan pertanyaan peneliti yaitu ada yang tidak dipahami? Ada kendala apa dalam membaca? dan merekapun menjawab bahwa mereka sulit memahami apa yang telah mereka baca.

2.      Data Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran, ia mengatakan bahwa kebutuhan membaca siswa sangat kurang mengingat pada saat pembelajaran yang singkat dan jika dibuat kelompok kecil untuk membaca maka waktu yang digunakan bukan untuk membaca melainkan bercerita. Setiap guru tentunya selalu memberikan motivasi untuk siswa agar rajin membaca.

Pertanyaan wawancara yang diberikan kepada guru mata pelajaran yaitu Ibu Nurmila Mahu, S.Pd:

1.      Langkah-langkah apa sajakah yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

Jawab:

Kami selalu memberikan tugas membaca untuk siswa karena mereka jika tidak disuruh membaca maka mereka tidak akan membaca.

2.      Factor-faktor apa saja yang menyebabkan hasil belajar siswa menurun?

Jawab:

Siswa ketika diberikan tugas apalagi jika dibuat kelompok belajar maka mereka hanya bercerita dan tidak belajar.

3.      Bagaimana respon siswa ketika melakukan pembelajaran membaca?

Jawab:

Mereka tidak semangat bahkan ada yang sampai tidur di meja saja tanpa membaca satupun, ketika ditegur baru dia mencari alasan untuk membuka buku.

4.      Apakah siswa pernah merasa malas ketika menerima pembelajaran membaca?

Jawab:

Mereka selalu malas pada saat pembelajaran membaca mereka merasa bosan degan pembelajaran membaca.

5.      Langkah-langkah apa saya yang paling efektif yang pernah Bapak/Ibu terapkan untuk menarik perhatian siswa?

Jawab:

Membuat kelompok secara acak, memilih siswa yang tidak terlalu dekat karena jika membentuk kelompok da nada teman dkatnya maka mereka akan bercerita.

6.      Metode apa yang digunakan pada saat materi membaca?

Jawab:

Metode diskusi dan Tanya jawab.

Data yang kedua diperoleh dari siswa, mereka mengatakan bahwa mereka tidak menyukai materi membca karena membaca menurut mereka membosankan.

Wawancara yang diberikan oleh siswa Muhamad Rafly Hehanussa sebagai berikut:

 

  1. Apakah kamu menyukai pembelajaran membaca?

Jawab:

Saya tidak menyukai materi membaca karena saya tidak suka membaca.

  1. Apa pembelajaran membaca terasa sangat menarik?

Jawab:

Tidak. Saya justru merasa bosan dengan materi membaca.

  1. Metode apa yang diberikan guru pada saat proses pembelajaran?

Jawab:

Diskusi dan Tanya jawab

  1. Apakah metode tersebut terasa membosankan?

Jawab:

Sangat, karena saat diskusi kami semua tidak fokus hanya ada beberapa yang fokus saja.

  1. Apakah cara penyampaian materi membuat anda cepat memahami?

Jawab:

Saya kadang memahami kadang juga tidak.

  1. Apakah selain di sekolah (di luar jam pelajaran/di rumah) anda selalu belajar membaca.

Jawab:

Saya belajar membaca kecuali ada tugas dari guru kalau tidak ada tugas saya tidak belajar.

3.      Data Angket

Data angket diperoleh setelah peneliti memberikan beberapa pernyataan yang telah diberikan beberapa pilihan jawaban. Angket diberikan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pengaruh minat baca terhadap hasil belajar metode SQ3R yang telah peneliti jelaskan. Berikut ini adalah data angket:

 

Tabel 3.7 Penskoran Kuesioner Hasil Pembelajaran dengan

 Metode SQ3R kelas XI

 No Pertanyaan

Tingkat Persetujuan

STS

TS

RR

S

SS

  1.  

-

-

-

32

10

  1.  

36

6

-

-

-

  1.  

-

-

-

-

42

  1.  

-

-

-

-

42

  1.  

-

-

-

36

6

  1.  

-

-

-

20

22

  1.  

-

-

-

31

11

  1.  

-

-

-

15

27

  1.  

-

-

-

39

3

  1.  

-

-

-

17

25

 

4.2          Pembahasan

1.      Hasil Angket kelas XI

Data hasil kuesioner siswa diberikan terdiri dari 10 butir pertanyaan yang diberikan kepada kelas XI dengan jumlah 42 siswa yang menjadi responden, setiap jawaban memiliki lima alternatif jawaban yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju. Berdasarkan data kuesioner yang diperoleh maka dapat dihitung rata-rata jawaban berdasarkan skor setiap jawaban dari responden yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut:

1.      Pernyataan Pertama

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 32 responden yang menjawab S = 32 x 4= 128

Jumlah skor untuk 10 responden yang menjawab SS = 10 x 5 =50

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 178. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (178 : 210) x 100% = 84.5%

 

                STS             TS                    RR                   S                 SS

                                                                                                178

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (178 : 210) x 100% maka rata-rata skor 84,5%  terletak pada daerah setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

     84,5%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

2.  Pernyataan dua

Jumlah skor untuk 36 responden yang menjawab STS = 36 x 1= 36

Jumlah skor untuk 6 responden yang menjawab TS = 6 x 2 = 12

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab S = 0 x 4= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab SS = 0 x 5 = 0

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 48. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (48 : 210) x 100% = 22,8%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

   48

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (48 : 210) x 100% maka rata-rata skor 22,8%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria lemah.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

    22,8%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

3.  Pernyataan tiga

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab S = 0 x 4= 0

Jumlah skor untuk 42 responden yang menjawab SS = 42 x 5 =210

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 210. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (210: 210) x 100% = 100%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

                                                                               210

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (210 : 210) x 100% maka rata-rata skor 100%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

                                                                                                                       100%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

4.  Pernyataan empat

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab S = 0 x 4= 0

Jumlah skor untuk 42 responden yang menjawab SS = 42 x 5 =210

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 210. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (210: 210) x 100% = 100%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

                                                                               210

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (210 : 210) x 100% maka rata-rata skor 100%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

                                                                                                                       100%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

5.      Pernyataan lima

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 36 responden yang menjawab S = 36 x 4= 144

Jumlah skor untuk 6 responden yang menjawab SS = 6 x 5 = 30

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 174. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (174: 210) x 100% = 82,8%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

                                                                        174

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (174 : 210) x 100% maka rata-rata skor 82,8%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

                                                                                                    82,8%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

6.      Pernyataan enam

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 20 responden yang menjawab S = 20x 4= 80

Jumlah skor untuk 22 responden yang menjawab SS = 22 x 5 = 110

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 190. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuisioner terhadap hasil belajar itu (190: 210) x 100% = 90%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

                                                                           190

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (190: 210) x 100% maka rata-rata skor 90%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

                                                                                                           90%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

7.  Pernyataan tujuh

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 31 responden yang menjawab S = 31 x 4= 124

Jumlah skor untuk 11 responden yang menjawab SS = 11 x 5 = 55

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 179. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (179: 210) x 100% = 85%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

                                                                         179

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (179 : 210) x 100% maka rata-rata skor 85%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

                                                                                                     85%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

8.  Pernyataan delapan

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 15 responden yang menjawab S = 15 x 4= 60

Jumlah skor untuk 27 responden yang menjawab SS = 27 x 5 = 135

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 195. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (195: 210) x 100% = 92%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

                                                                          195

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (2174 : 210) x 100% maka rata-rata skor 92%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

                                                                                                              92%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

9.  Pernyataan sembilan

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 39 responden yang menjawab S = 39 x 4= 156

Jumlah skor untuk 3 responden yang menjawab SS = 3 x 5 = 15

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 171. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (171: 210) x 100% = 81%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

                                                                       171

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (171 : 210) x 100% maka rata-rata skor 81%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

                                                                                                  81%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

10.  Pernyataan sepuluh

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab STS = 0 x 1= 0

Jumlah skor untuk 0 responden yang menjawab TS = 0 x 2 = 0

Jumlah skor untuk 0  responden yang menjawab RR = 0 x 3 = 0

Jumlah skor untuk 17 responden yang menjawab S = 17 x 4= 68

Jumlah skor untuk 25 responden yang menjawab SS = 25 x 5 = 125

Jadi jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 42 = 210, jumlah skor yang diperoleh dari hasil kuesioner penelitian yaitu 193. Jadi berdasarkan data tersebut maka hasil kuesioner terhadap hasil belajar itu (193: 210) x 100% = 91%

  STS               TS                    RR                   S                 SS

                                                                          193

                 25        50        75          100           125         150          210

          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner 42 responden (193 : 210) x 100% maka rata-rata skor 91%  terletak pada daerah sangat tidak setuju dan tergolong kriteria sangat kuat.

Sangat lemah               lemah               cukup              kuat                 sangat kuat

                                                                                                               91%

            0                      20                    40                    60                    80             100

 

 

No

Responden

P

L

Jumlah Responden

1.       

Siswa kelas XI

20

22

42

 

1.        Hasil Belajar Siswa

Dalam penelitian ini yang penulis maksudkan adalah nilai rapot yang diperoleh siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran pada semester genap tahun 2022 data ini diperoleh dari dokumentasi nilai rapot pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat. Penilaian hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan deskripsi presentase. Dengan rumus one shot case study sebagai berikut:

 -

 

Tabel 3.8 Daftar Nilai Tes Kelas XI IPA

 

No

                               Nama                              

Jenis Tes

Pretest

Posttest

1

Asnita Sari Wakanno

65

90

2

Daud Mujawir Samallo

60

85

3

Faril Latif Lussy

60

80

4

Fibri Maryam Tubaka

65

90

5

Hakim Tubaka

60

95

6

Inda Chairunnisa Hehanussa

65

85

8

Maman Purnama Hehanussa

60

80

7

Rukia Hehanussa

65

80

9

Maryam Lussy

60

85

10

Mochammad Farhan Khafiz Lussy

65

85

11

Muhammad Ali Manuputty

65

80

12

Muhammad Rafly Hehanussa

60

85

13

Nabila Rengur

65

85

14

Nandra Lussy

70

95

15

Rezky Adam Hehanussa

55

80

16

Risda waty Majapahit

65

85

17

Risky Abdusalam Tubaka

60

85

18

Sahrudin La Riba

65

95

19

Sity Marsya Hehanussa

60

80

20

Sulaiha Hehanussa

60

80

21

Wa Ida

65

85

22

WA Nia

65

85

 

Jumlah

1.380

1875

 

Rata-rata

62.72

85.22

 

Dari tabel tersebut maka dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

t = 62.72 – 85.22

35.72 – 62.76

t = 22.5

     27.04  

= 83. 21

 

Berdasarkan nilai tersebut maka diperoleh nilai 83.21  , maka diperoleh dari tolok ukur penilaian penggunaan metode SQ3R terhadap membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat yaitu kategori baik.

 

 

 

Tabel 3.9 Daftar Nilai Tes XI IPS

 

No

                               Nama                              

Jenis Tes

Pretest

Posttest

1

Aril Hurry

65

85

2

Aino Samadara

60

85

3

Baldin Hehanussa

60

85

4

Dwi Kharni Hehanussa

65

90

5

Firda Waty Haulussy

60

80

6

Fityan Rajab Hehanussa

65

80

7

Kalsum Lussy

65

95

8

Irawaty Lestaluhu

70

90

9

Gunawan Bugis

65

85

10

Lofasya Efelin Manuputty

65

80

11

Milan Kurniawan Tubaka 

60

85

12

Moh Yusuf Hehanussa

60

90

13

Muhammad Sasly Fajar As’ad

65

85

14

Mustakim Manuputty

60

85

15

Niswa Tubaka

70

80

16

Paulina Solemede

65

85

17

Siti Amalia Hehanussa

60

80

18

Shahrul Johar Hehanussa

75

90

19

Yohana Solemede

60

80

20

Zelvia Khairani  Tubaka

60

80

 

Jumlah

1.275

1.695

 

Rata-rata

63.75

84.75

 

Dari tabel tersebut maka dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

t = 63.75 – 84.75

45.70 – 73.75

t = 21

     28.05

= 74.86

 

Berdasarkan nilai tersebut maka diperoleh nilai 74.86  maka diperoleh dari tolok ukur penilaian penggunaan metode SQ3R terhadap membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat yaitu kategori baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan data penelitian dengan judul “ Penggunaan Metode SQ3R dalam Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat” maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut.

1.      Berdasarkan data hasil pretest pada kelas XI IPA telah diketahui nilai rata-rata, yakni 62,72, sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 85,22. Artinya hasil pretest dan posttes memiliki nilai selisih rata-rata sebesar 15,5. Selain itu terdapat peningkatan nilai rata-rata pada kelas IPA sebesar 22,5 yang nilai rata-rata pretest, yakni 62,72 menjadi 85,22

2.      Berdasarkan data hasil pretest pada kelas XI IPS telah diketahui nilai rata-rata, yakni 63,75, sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 84,75. Artinya hasil pretest dan posttes memiliki nilai selisih rata-rata sebesar 14,5. Selain itu terdapat peningkatan nilai rata-rata pada kelas IPA sebesar 21,0 yang nilai rata-rata pretest, yakni 63,75 menjadi 84,75

3.      Berdasarkan hasil kuesionar yang diberikan kepada siswa, telah diketahui bahwa terdapat peningkatan siswa atau antusiasme siswa terhadap membaca pemahaman menggunakan metode membaca SQ3R.

5.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh oleh peneliti selama melakukan penelitiannya pada SMA Negeri 11 Seram Bagian Barat, maka saran yang akan peneliti berikan sebagai berikut:

1.        Pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran sangat membantu guru dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap hasil belajar.

2.        Metode SQ3R ini dapat dijadikan salah-satu alternatif guru bahasa Indonesia untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelas agar membantu siswa dalam memahami isi bacaan dan lebih aktif sehingga mampu menguasai materi yang telah disampaikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAFTAR NAMA DOSEN PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNPATTI.

Contoh Skripsi (ANALISIS WACANA KRITIS MODEL NORMAN FAIRCLOUGH PADA TEKS FACEBOOK GRUP NEW PILAR SBT)

Contoh Skripsi (TINDAK TUTUR DIREKTIF PENJUAL DAN PEMBELI DALAM GRUP FACEBOOK KOBISONTA DAGANG)