Contoh Skripsi (Bentuk dan fungsi konteks dalam Percakapan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Kajian Pragmatik)

 

                                                            BAB I

                                                   PENDAHULUAN

 

1.1              Latar Belakang Masalah

             Bahasa untuk tujuan korespondensi sangat penting dalam keberadaan manusia. Bahasa bersifat diskresioner atau self-assertive, menyiratkan bahwa bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan, bekerja sama, dan mengenali diri sendiri (Chaer 2006:2). Dalam menyampaikan atau berkolaborasi, penting untuk memiliki pemahaman yang khas tentang apa yang disampaikan sehingga tidak ada kesalahpahaman antara anggota wacana, khususnya pembicara dan kaki tangan wacana. Hal ini penting agar dalam menyampaikan lebih setuju dalam memahami pentingnya diteruskan. Misalnya korespondensi yang terjadi antar mahasiswa, untuk situasi ini mahasiswa bahasa Indonesia. Bahasa bersifat subjektif, sehingga bahasa dibingkai dan disesuaikan dengan setting penutur dan kaki tangan wacana bergantung pada pengaturan bersama. Pemanfaatan bahasa tidak dapat dipisahkan dari penggunaan standar dan budaya (Kridalaksana dalam Chaer, 2009: 3).

Pragmatik adalah bagian dari semantik yang berkonsentrasi pada pemanfaatan bahasa dalam korespondensi. Rahardi (2005:48) mencirikan pragmatik, khususnya penyelidikan bahasa yang berkonsentrasi pada hubungan antar bahasa dan situasinya yang unik. Dengan demikian, pragmatik adalah studi bahasa yang mengkaji pemanfaatan bahasa yang dihubungkan dengan setting dalam jaringan wacana. Korespondensi atau kolaborasi yang terjadi atau selesai tergantung pada setting, khususnya setting tergantung pada pembicara dan kaki tangan wacana, setting umum dimana korespondensi atau kerjasama terjadi.

            Setting berperan penting dalam suatu kerjasama antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Setting adalah bagian dalam dari penyampaian, dari segala sesuatu yang bersifat jarak jauh yang meliputi sebuah ekspresi. Berdasarkan tatanan tersebut, secara keseluruhan setting dalam suatu diskusi atau pembicaraan dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu setting bahasa dan setting di luar bahasa. Latar dalam bahasa disebut dengan koteks, sedangkan latar di luar bahasa disebut dengan latar keadaan dan latar sosial atau seting apa adanya. Koteks disebut pembicaraan batin, sedangkan semua persoalan yang berhubungan yang melingkupi suatu pembicaraan, baik yang berkaitan dengan situasi maupun latar sosial, disebut sebagai latar dalam pembicaraan (Sumarlam 2005: 47).

               Satu kesatuan bahasa yang utuh, dalam bahasa suatu gagasan, pemikiran, pemikiran atau pemikiran yang utuh dapat dirasakan oleh khalayak, dengan demikian menciptakan setting yang layak dalam penyampaiannya. Hal ini dengan alasan bahwa dalam satuan sintaksis, pragmatik umum diingat untuk seluruh satuan linguistik.

            Dalam berbicara, mahasiswa dapat menggunakan wacana secara langsung atau tidak langsung. Tujuannya adalah untuk menjaga hubungan baik antar mahasiswa. Khususnya, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Indonesia berbicara dengan Mahasiswa yang berbeda dalam program studi terpisah harus berbicara sesuai dengan konteks.

           Lingkungan fisik atau konteks mungkin lebih mudah dikenali memiliki pengaruh yang kuat tentang tuturan-tuturan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Konteks merupakan fenomena berbahasa, Khususnya tuturan dalam kajian pragmatik yang belum banyak diteliti.

            Berdasarkan penilaian Tarigan (2009:30), pragmatik memperjelas ekspresi dalam situasi tertentu, dan menyoroti keragaman yang merupakan setting sosial dalam penyampaian. Tidak selalu korespondensi dapat berjalan seperti yang diharapkan, hal ini disebabkan oleh kontras kesejahteraan ekonomi di mata masyarakat yang gagal untuk benar-benar melihat bagaimana menyampaikan secara tepat sehingga perbedaan sering muncul di mata masyarakat.

                Semuanya dimulai dari latar hingga mempengaruhi pembicara, oleh karena itu “setting” merupakan instrumen penilaian mendasar seseorang dalam menyampaikan apakah itu disengaja atau tidak disengaja bergantung pada bagaimana kita memahami harapan yang disampaikan oleh orang lain (kaki tangan yang dibicarakan) kepada kita (penanya) untuk dimiliki. pilihan untuk memahami dan bereaksi dengan baik.

            Pragmatik membutuhkan terjemahan dari apa yang individu maksudkan dalam setting tertentu, dan apa arti setting itu untuk apa yang dikatakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemikiran tentang cara penutur memilah-milah apa yang ingin disampaikan, yang disesuaikan dengan individu yang disapa, di mana, kapan, dan dalam kondisi yang tepat. Karena keadaan tertentu, kita dapat memahami semua yang dibicarakan atau disampaikan antara pendamping wacana dan si penanya. Pragmatik berkonsentrasi pada bagaimana anggota audiens atau pendukung wacana dapat dekat dengan suatu ekspresi dan dapat diakui pada pemahaman yang direncanakan oleh pembicara atau pembicara. Pandangan ini memunculkan isu tentang apa keputusan antara apa yang diucapkan dan apa yang tidak diucapkan. Respon esensial melekat pada kemungkinan bahwa jarak kedekatan menyiratkan bahwa kedekatan antara individu dan orang lain juga mempengaruhi wacana bahasa, terlepas dari apakah kedekatan fisik, sosial, atau diterapkan, menunjukkan pertemuan serupa. Setting sebagai pembelajaran bahasa adalah untuk membantu kita memahami sebuah kata yang digunakan, hubungannya dengan pragmatik adalah untuk membantu siswa dengan lebih baik mendapatkan apa yang dikatakan atau dikatakan.

            Pragmatik menganggap keadaan yang disinggung sebagai komponen di luar bahasa (ekstralingual) sebagai penentu rencana wacana. Komponen ekstralingual inilah yang selanjutnya disebut sebagai setting (Pranowo, 2015:  489). Pragmatik adalah sepotong semantik yang mengkaji apa yang tersirat oleh bahasa untuk tujuan korespondensi antara pembicara dan anggota audiens, dan sebagai semacam perspektif tanda-tanda bahasa pada hal-hal "ekstralingual" yang dibicarakan.

            Alasan peneliti memilih penelitian dalam Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia karena Mahasiswa cenderung dalam menggunakan tuturan sehari-hari dengan baik kadang juga tidak sesuai dengan konteks. Kecenderungan Mahasiswa setempat dalam menggunakan tuturan yang tidak sesuai dengan konteks akan sangat mempermudah peneliti dalam mengidentifikasi fenomena bentuk dan fungsi dalam konteks Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada fenomena konteks yang terdapat dalam tuturan-tuturan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Demikian penelitian ini, peneliti menggunakan kajian pragmatik untuk mengkaji hubungan bahasa sesuai dengan konteks yang terjadi. Masalah konteks sangat dirasakan penting dan menarik untuk diteliti dengan judul “Analisis konteks dalam percakapan mahasiswa bahasa Indonesia”

            Sehubungan dengan ulasan di atas, maka pragmatik tidak terlepas dengan bahasa  baik dalam wacana, tuturan, maupun kata.

            Berikut beberapa contoh tuturan dalam percakapan yang berkaitan dengan konteks pada saat sekumpulan mahasiswa sedang duduk, disitulah peneliti menghampiri mereka dengan diam-diam peneliti merekam apa yang dibicarakan  antara Marta (penutur) dan Ema (mitra tutur), pada saat itu Marta menanyakan Ema tetapi Ema sedang sibuk  menelpon dengan orang lain.

 

 

            Contoh:

 

            Marta   : Ema su dapat tanda tangan?.

                         (Ema sudah dapat tanda tangan)

 

            Ema     :  ada tunggu pak ni

                                  (ada tunggu  pak ini)

                                 

                Marta     :  lah abis ni mo pulang

 

                                   (lalu abis ini mau pulang)

 

                Ema     : sudah

                                  (sudah)

 

 

            Tuturan yang dituturkan  Marta “ada tunggu pak ni” dan Ema merespon kepada Marta “sudah” pada tuturan Ema tidak sesuai dengan konteks.  Karena Ema sedang sibuk berbicara dengan orang lain lewat telepon akhirnya Ema menjawab Marta tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan Marta kepada Ema. Aspek konteks dapat dijelaskan bahwa, konteks merupakan peranan penting yang dapat menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan cara yang tidak sengaja, maupun sengaja digunakan dalam berbahasa (berbicara). Percakapan tersebut terjadi pada siang hari dimana mahasiswa-mahasiswa sedang duduk berkelompok, dan suasana pada saat itu sangatlah ribut sekali. Rekaman dilakukan secara tersembunyi.

 

 

            Contoh:

            Jeklin   : katong pigi sudah

            (Jeklin  : kita pergi sudah)

            Lyn      :  tunggu dolo, ibu balom datang e

                          (tunggu dulu, ibu belum datang)

 

            Pada tuturan  Jeklin “katong pigi sudah” maksud yang dituturkan Jeklin kepada lin ini sebagai perintah untuk pergi tetapi Lin menolak “ tunggu dolo ibu balom datang”  artinya Lin juga tidak sengaja menolak maksud yang disampaikan jeklin kepada Lin karena yang dimaksudkan Lin itu tunggu dulu sampai Lin sudah selesai bertemu dengan Ibu baru disitulah Lin dan Jeklin bole pergi.

            Ulasan konseptual konteks dalam percakapan yang kemudian dianalisis dalam perspektif kajian pragmatik. Konteks secara subtansif merupakan kajian pragmatik yang menarik untuk diteliti sebagai fenomena kebahasaan di masyarakat, khususnya mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

 

1.2              Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah bentuk dan fungsi konteks dalam percakapan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon? (Kajian Pragmatik)

 

1.3              Tujuan  Penelitian

Dari rumusan masalah di atas adapun tujuan penelitian ini adalah untuk  mendeskripsikan bentuk dan fungsi konteks  dalam Percakapan  Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Kajian Pragmatik).

1.4.      Manfaat Penelitian
            Manfaat penelitian terdiri atas manfaat Teoritis dan manfaat praktis.

 

1.4.1    Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dari aspek teori khususnya Konteks dalam kajian pragmatik.

1.4.2        Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat :

1.      Memberi kontribusi ilmu pengetahuan bagi pembaca mengenai Konteks  dalam tuturan masyarakat

2.      Dapat menjadi acuan bagi peneliti lain, yang akan melakukan penelitian serupa dengan menggunakan kajian yang lain.

3.      Sebagai informasi bagi semua pihak untuk mengetahui Konteks  dalam percakapan khususnya  kajian pragmatik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

2.1       Hakikat Bahasa

            Kridalaksana (Chaer 2009: 32), berpendapat bahwa bahasa adalah kerangka gambar, sebagai kuat, pilihan, berguna, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa adalah kerangka, mengandung makna bahwa bahasa dibentuk dari berbagai komponen yang dirancang secara tetap dan jelas. Sebagai kerangka kerja, bahasa tidak hanya efisien. Artinya, bahasa itu dibuat dari suatu gambaran tertentu, tidak disusun secara sembarangan atau tidak dirancang, sedangkan landasan mengandung arti bahwa kerangka bahasa tentu bukan kerangka yang soliter, melainkan terdiri dari berbagai subsistem fonologis, subsistem morfologis, subsistem sintaksis, dan subsistem kosa kata.

Bahasa bersifat subjektif, menyiratkan bahwa hubungan dengan gambar dan apa yang diwakilinya tidak diperlukan, dapat berubah dan tidak dapat diklarifikasi sehubungan dengan mengapa gambar membayangkan kepentingan tertentu, sementara bahasa berguna, menyiratkan bahwa ia memiliki tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. jumlah komponen. Selain itu, bahasa juga kuat, menyiratkan bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari berbagai hasil potensial yang dapat berubah kapan saja. Sedangkan unsur bahasa pada tataran kebahasaan juga menyebabkan banyak perubahan kaidah. Selain bahasa, ada juga yang berbeda. Artinya, terlepas dari kenyataan bahwa suatu bahasa memiliki prinsip atau contoh yang heterogen dari penutur yang memiliki landasan sosial. Dengan berbagai kecenderungan, bahasa terjadi dengan cara yang berbeda, baik pada tataran fonologis, morfologis, maupun kamus. Bahasa juga manusiawi, menyiratkan hanya dimiliki oleh manusia dan tidak diklaim oleh makhluk hidup lain di dunia ini.

 

 

 

2.1.1    Fungsi Bahasa

            Sebagaimana ditunjukkan oleh Halliday (Taringan 2009: 5) mengungkapkan tujuh unsur bahasa, khususnya:

            (1) Kapasitas Instrumen (Fungsi Instrumen) adalah untuk melayani            administrasi ekologis, membuat peristiwa-peristiwa tertentu terjadi,

            (2) Kapasitas Administratif (The Administrative Capacity) Kapasitas          ini berperan untuk mengawasi dan mengendalikan peristiwa, dan          bertindak untuk mengarahkan dan mengendalikan orang lain.

            (3) Kapasitas Ilustratif (The Authentic Capacity) adalah pemanfaatan          bahasa untuk membuat pertanyaan, menyampaikan realitas dan         informasi, memperjelas dan menjawab semua dalam semua "untuk mengatasi" realitas nyata, dari sudut pandang seseorang.

            (4) Kapasitas Interaksi (Kapasitas Asosiasi). Kapasitas interaksional           dipercayakan untuk menjamin dan mengatur fleksibilitas dan       perkembangan korespondensi sosial. Pencapaian korespondensi             global ini memerlukan informasi yang memadai tentang highlight   atau (shoptalk), penekanan yang luar biasa, (bahasa), lelucon, fabel     (legenda), tradisi dan budaya terdekat.

2.2       Pragmatik

            Pragmatik adalah penyelidikan penggunaan bahasa yang dihubungkan dengan setting di mana bahasa itu digunakan. Bahasa dapat dirasakan jika settingnya diketahui. Batasan kepraktisan adalah prinsip-prinsip penggunaan bahasa dalam hal bentuk dan makna yang berkaitan dengan harapan, setting, dan kondisi penutur.

 Pemahaman bahasa mengacu pada cara bahwa untuk memahami ekspresi bahasa, informasi juga diperlukan melewati pentingnya kata-kata dan hubungan sintaksisnya, khususnya hubungannya dengan setting di mana kata-kata itu digunakan. Ditinjau dari pengertian para ahli, maka tugas setting sangat penting dalam ilmu master, “Yule menjelaskan pragmatik sebagai bagian dari fonetik yang memusatkan perhatian pada makna yang diinginkan penutur” (Cahyono,Yudi Bambang 1995 : 213).

Klarifikasi mendorong secara seimbang akan pentingnya, untuk lebih spesifik tujuan yang disampaikan oleh pembicara melalui kehadiran pengaturan. Ini menyiratkan bahwa pragmatik berusaha untuk menggambarkan ekspresi yang disampaikan oleh pembicara atau pembicara dengan mengetahui maknanya.

            Melihat penilaian di atas, dapat diduga bahwa pragmatik adalah penyelidikan bahasa dalam pemanfaatannya dan makna yang disampaikan oleh kalimat-kalimat yang diketahui dengan memeriksa kalimat-kalimat relevan yang ada pada saat wacana itu terjadi. Kemudian, pada saat itu, kota dapat menemukan makna yang diinginkan oleh penutur dengan memusatkan perhatian pada latar yang melingkupi peristiwa wacana.

Seperti yang ditunjukkan oleh George (Tarigan 2009: 31), pragmatik menganalisis seluruh perilaku manusia, terutama yang sebanding dengan gambar dan sorotan tentang cara orang bertindak dalam keadaan umum menawarkan dan mendapatkan petunjuk. Dalam buku yang berjudul pragmatik, Stephen C Levinso mengumpulkan berbagai hambatan pragmatik dari berbagai sumber dan ahli, khususnya: (1) pragmatik adalah penyelidikan tentang hubungan antara bahasa dan pengaturan yang menjadi alasan untuk catatan atau laporan tentang pemahaman bahasa, dengan demikian . adalah tentang kemampuan klien bahasa untuk menghubungkan dan mencocokkan kalimat dan pengaturan dengan tepat. Menurut Levinson (Tarigan 2009: 27), dalam pragmatik terdapat sudut-sudut yang menjadi acuan yang sebanding dengan keadaan wacana dan merupakan ukuran.

 

2.2.1    Aspek-aspek Peristiwa Tutur

            Menurut Leaach (dalam Rohmadi, 27-28) aspek-aspek peristiwa tutur diklasifikasikan atas lima aspek yaitu:

1.         Penutur dan lawan tutur/ mitra tutur

     Dalam setiap situasi ujaran harus ada pihak  pembicara  dan pihak pendengar. Keterangan ini mengandung implikasi bahwa pragmatik tidak hanya terdapat pada lisan, tetapi mencakup bahasa tulis. Untuk memudahkan pembicara selanjutnya.

2.         Konteks Tuturan

       Kata konteks dapat diartikan dengan berbagai cara, misalnya kita    memasukan aspek-aspek yang “sesuai” atau “relevan” mengenai latar fisik dan social suatu ucapan. Dalam hal ini konteks dapat        diartikan sebagai latar belakang pengetahuan yang diperkirakan      dimiliki dan disetujui bersama oleh pembicara dan penyimak.

3.         Tujuan Tuturan

       Setiap situasi ujuaran atau ucapan tentu mengandung maksud dan   tujuan tertentu. Dengan kata lain yaitu kedua belah pihak yaitu        pembicara dan penyimak yang terlibat dalam suatu kegiatan            yang berorientasi pada tujuan tertentu.

4. Tindak Ilokusi

     Pragmatik menggarap tindak-tindak verbal yang berlangsung dalam           situasi-situasi khusus dalam waktu tertentu. Dalam hal ini, pragmatik            menggarap bahasa dalam tindakan yang lebih konkret dari tata           bahasa. Singkatnya, ucapan dianggap sebagai bentuk kegiatan atau             suatu tindak     ujar.

4.    Ucapan Sebagai Produk Tindak Verbal

    Ada pengertian lain dari kata ucapan yang dipakai dalam  pragmatik, yaitu mengacu pada produk suatu tidak verbal, bukan hanya pada           tindak verbal itu sendiri.

5.    Pragmatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, pendekatan         komunikatif mengacu pada kegunaan bahasa sebagai media komunikasi, yang mampu memberi makna, yang lazim disebut      dengan fungsi komunikatif dengan sejumlah fungsinya.

 

2.3.      Tindak Tutur

            Tindak wacana penting bagi pragmatik. Tindak wacana adalah ungkapan kalimat yang mengungkapkan tujuan pembicara yang diketahui oleh khalayak. Tindak wacana (discourse ates) adalah ungkapan yang dibuat sebagai komponen kerjasama sosial. Menurut Leoni (dalam Sumarsono, dan Paina Partama, 2010:329-330) tindak adalah peristiwa bentuk gramatikal, peristiwa wacana adalah peristiwa ciri gramatikal. Setiap kesempatan wacana dibatasi dalam latihan, dua bagian latihan yang langsung diatur oleh aturan atau standar untuk pembicara. Sepanjang garis ini, tindakan wacana adalah kualitas wacana dalam korespondensi. Diharapkan dalam mengenal wacana atau pembicaraan, seseorang dapat mencapai sesuatu, khususnya penyajian kegiatan. Wacana sebagai eksekusi dalam kegiatan ini disebut wacana performatif, yaitu wacana khusus yang diharapkan memainkan suatu kegiatan.

Tindak wacana sangat penting bagi individu, bersifat mental, dan dikendalikan oleh kemampuan bahasa pembicara dalam mengelola semua keadaan. Tindak wacana berpusat pada kepentingan atau sarana wacana mana, sedangkan peristiwa wacana lebih berpusat pada alasan terjadinya peristiwa tersebut. Tindak wacana ini terjadi mengingat peristiwa tindak wacana yang dilakukan oleh penutur kepada kaki tangan wacana dalam menyampaikan data. Austin (dalam Subyakto, 1992: 33) menggarisbawahi tindakan wacana sejauh berbicara. Kalimat-kalimat yang bersifat formal sebagai pertanyaan yang dapat memberikan data dan kapasitas sebagai tindak wacana yang dilakukan oleh penutur.

Gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa tindak wacana merupakan latihan seseorang yang melibatkan bahasa untuk korespondensi. Pengamat dan mahasiswa Program Studi Pembelajaran Bahasa dan Menulis Indonesia adalah pemecah masalah, para ilmuwan dan mahasiswa umumnya saling mempengaruhi dan mendukung dalam melakukan berbagai macam gerakan. Pada dasarnya, mahasiswa bahasa Indonesia dan konsentrasi menulis pada program adalah komponen penentu dalam pemecah masalah.

2.3.1    Macam-macam Tindak Tutur

            Austin (1962:94-107) membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan,

1.      Tindakan yang menginformasikan atau menyatakan susuatu “ The act of saying something”, yang disebut dengan tindak lokusi.

2.      Tindakan menghendaki mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu, “The act of doing something” atau tindak ilokusi.

3.      Tindakan memberikan pengaruh terhadap mitra tutur atau menghendaki adanya reaksi atau efek atau hasil tertentu dari mitra tutur, “ The act of affecting someone” atau tindak perlokusi.

 

a)                  Lokusi

Tindak lokusi adalah sebuah tindakan yang mengatakan sesuatu. Tindak lokusi melihat ketika sesorang menuturkan sebuah tuturan atau pertanyaan. Menurut Levinson ( dalam Cahyono, 1995: 224) tindak lokusi (locutionary act) adalah pengujaran kata atau kalimat dengan makna dan acuan tertentu.

Chaer dan Leonie (2010: 53) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “ berkata” atau tindak        tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Searle             (dalam Rahardi, 2005: 35) menyatakan tindak  lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat.

            Dari uraian di atas, dapat simpulkan bahwa tindak tutur lokusi adalah tindak  tutur yang berfungsi sebagai alat untuk mengiformasikan sesuatu, yaitu mengucapkan sesuatu dengan makna kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata itu sendiri kepada mitra tutur.

b)                 Ilokusi

Tindak ilokusi ( illocutionary act) adalah pembuatan peryataan , tawaran, janji, dan lain-lain dalam pengujaran dan dinyatakan menurut daya konvensional yang berkaitan dengan ujaran atau secara langsung  dengan ekspresi-ekspresi performatif (Levinson dalam Cahyono, 1995: 224).         Ketika penutur mengucapkan suatu tuturan, sebenarnya penutur  juga melakukan tindakan, yaitu menyampaikan maksud atau keinginan melalui tuturan tesebut.

            Wijana (1996:18-19) mengemukkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur  yang mengandung maksud dan fungsi daya ujar. Tindak tutur tersebut diidentifikasikan sebagai tindak tutur yang bersifat untuk menginformasikan sesuatu yang mengandung maksud dari daya tuturan. Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasikan, untuk itu tindak ilokusi berkaitan dengan siapa penutur, kepada siapa, kapan dan dimana tindak tutur itu dilakukan dan sebagainya. Tindak ilokusi ini merupakan bagian yang penting dalam memahami tindak tutur.

            Sementara Chaer dan Leonie (2010:53) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak ilokusi ini biasanya berkenan memberikan izin, mengucapkan terimakasih, menyuruh, menawarkan dan menjanjikan.

            Dari uraian di atas, dapat simpulkan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi menyampaikan suatu ide atau maksud untuk melakukan tindakan yang ingin dicapai kepada penuturnya sesuatu yang dapat dituturkan kepada lawan tutur.

c.  Perlokusi

            tindak tutur yang terakhir adalah tindak tutur perlokusi. Perlokusi merupakanakibat atau efek yang muncul dari mitra tutur setelah pendengar melakukan sebuah tuturan. Levinson (dalam Cahyono, 1995: 224) berpendapat bahwa tindak perlokusi ( perlocutionary act) adalah pengaruh itu berkaitan dengan situasi pengujaran. Tarigan (1986:114) mengilustrasikan daftar-daftar verba perlokusi dan ekspresi-ekspresi menyerupai verba perlokusi yakni; mendorong menyimak (lawan tutur) meyakini bahwa, meyakinkan, ,menipu, memperdayakan, membohongi, mengajurkan, membesarkan hati, mengilhami, memengaruhi, mencamkan, membuat penyimak memikirkan tentang dan lain sebagainya.

 Chaer dan Leonie (2010:53) menjelaskan tindak perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku non linguistik dari orang lain. Sebuah tuturan yang diujarkan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau  efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang mengutarakan maksud tertentu yang dapat mempengaruhi lawan tutur dalam berkomunikasi.

            Selain itu Searle dalam Wijana (1996:30) membedakan  tindak tutur  menjadi dua bagian yakni;

  1. Tindak tutur langsung

Tindak tutur langsung yaitu tindak tutur yang mencerminkan kesesuaian antara tuturan dengan yang diharapkan dalam berkomunikasi.

  1. Tindak tutur tidak langsung

Yaitu tindak tutur yang mencerminkan ketidaksesuaian antara tuturan dengan tindakan yang diharapakan.

 

2.3.2    Fungsi Tuturan

            Rohmadi (dalam Sumarsono, 2008). Kapasitas ekspresif berkaitan dengan penutur. Kapasitas konatif berkaitan dengan kaki tangan wacana. Kapasitas ilustratif itu setara dengan istilah karya metallinguistik, yang terkait dengan beberapa pilihan yang berbeda dari pembicara dan penanya, khususnya sebagai kode atau gambar. Kapasitas yang luar biasa terkait dengan pesannya. Kapasitas berbasis nilai terkait dengan implikasi.

Seperti yang ditunjukkan oleh hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa kapasitas bahasa terdiri dari;

            1. Agen bekerja

            Yaitu pemanfaatan bahasa untuk mengkomunikasikan suatu            kenyataan, misalnya menawarkan sudut pandang,            mengungkapkan, dan merinci.

            2. Amanat kerja

            Khususnya pemanfaatan bahasa sebagai jenis ketertiban, ajakan, dan          menawarkan bimbingan.

            3. Kapasitas ekspresif

            Khususnya pemanfaatan bahasa sebagai ungkapan perasaan, ucapan           terima kasih, pujian, ucapan 'maaf', pujian, dan komunikasi senang           dan kecewa.

 

            4. Kapasitas komisif

            Khususnya pemanfaatan bahasa, misalnya menjanjikan dan             menawarkan sesuatu.

2.4       Teks

            Pesan untuk situasi ini mengacu pada jenis rekaman dari suatu perkembangan kalimat atau ekspresi. Kalimat-kalimat digunakan dalam bermacam-macam bahasa yang dikomunikasikan. Untuk memahami suatu ungkapan, penting untuk memperhatikan setiap hal yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam korespondensi.

Oleh karena itu, salah satu sekutu hipotesis sejauh teks, Krisdalaksana (2011: 238) dalam referensi kata Lingustiknya menyatakan bahwa teks adalah:

            (1) unit bahasa total paling atas yang konseptual

            (2) rangkaian kalimat, kata-kata yang menyampaikan wacana

            (3) wacana yang diciptakan dalam hubungan manusia

Mengingat tiga implikasi teks yang dikemukakan dalam acuan kata etimologis, dapat dikatakan bahwa teks adalah suatu kesatuan bahasa yang dapat juga sebagai bahasa yang tersusun dan dapat juga sebagai bahasa yang dikomunikasikan karena kerjasama manusia atau korespondensi.

Jadi dapat dimaklumi bahwa pesan adalah suatu kesatuan bahasa yang memiliki isi dan struktur, baik lisan maupun tulisan, yang diteruskan oleh suatu sumber kepada penerimanya untuk menyampaikan suatu pesan tertentu. Pesan tidak hanya sebagai rangkaian kalimat yang tersusun, tetapi juga dapat berupa ekspresi atau struktur lisan, bahkan ada pesan yang berada di balik pesan tersebut.

 

2.5       Konteks

            Spesialis bahasa digunakan untuk memeriksa kalimat terlepas dari pengaturannya. Artinya jika kita tahu siapa pembicaranya, siapa audiensnya, cara mengartikulasikannya. Oleh karena itu, penting untuk memecah kalimat terlebih dahulu dengan menyelidiki situasi yang unik. Halliday (1994:6) mengatakan bahwa setting adalah teks yang sejalan dengan teks.

Setting merupakan dasar dari suatu korespondensi. Setting dapat dianggap sebagai pembenaran di balik terjadinya suatu diskusi/wacana. Segala sesuatu yang terkait dengan wacana, terlepas dari apakah itu terkait dengan signifikansi, atau data, benar-benar bergantung pada latar di balik peristiwa wacana (Mulyana, 2005: 21). Salah satu komponen setting yang sangat signifikan adalah setting umum, yang menggambarkan bagaimana kedua komponen ini secara luar biasa mempengaruhi pentingnya wacana.

            Sesuai (Moeliono 1988: 336) dan Samsuri (1987: 4), setting terdiri dari beberapa hal, khususnya anggota, waktu, tempat, adegan, tema, peristiwa, struktur. Perintah, kode, dan saluran. Dalam penyelidikan sosiolinguistik, Dell Hymes (1972:) menemukan dengan sangat baik tentang; penentu peristiwa wacana, melalui singkatan speaking. Setiap fonem membahas komponen penentu yang diharapkan.

            S  :       setting (latar) and scene (suasana), merupakan gambaran     latar dan suasana. Latar lebih bersifat terlihat, yang meliputi            tempat dan waktu terjadinya tuturan. Sementara scane adalah          latar psikis yang lebih mengarah pada suasana psikologis yang    menyertai peristiwa    tuturan.

            P  :  partisipasipants, peserta tuturan yakni orang-oran yang terlibat           dalam percakapan secara langsung, maupun tidak          langsung.

            E  :  ends (hasil) yaitu tanggapan dari sebuah pembicara yang         memang diharapkan    oleh penutur untuk mendapat hasil akhir.

            A  :  act sequensces (pesan/amanat), terdiri dari bentuk pesan dan isi          pesan. Dalam kajian pragmatik, bentuk pesan meliputi; gaya bicara.

            `K  : key mencakup cara, nada, sikap atau semangat ketika bercakap-cakap antara lain. Misalnya: serius,santai akrab.

            I   : instrumentalities (sarana), yaitu dengan memulai media            percakapan tersebut disampaikan, baik dengan cara lisan, tulisan,           surat radio.

            N  : norms (norma) adalah aturan yang membatasi   percakapan.     Baik     secara lembut, kasar, terbuka.

            G  : genres (jenis) yaitu bentuk pembicaraan yang    disampaikan. Ini         menunjuk pada jenis wacana.

            Sebagaimana dikemukakan oleh Preston ( Susilo Supardo, 1988:12) komponen sosiolinguistik yang menentukan pembahasan di atas adalah penggambaran latar nonfonetik yang terdiri dari;

            (1) pengaturan provinsi yang menggabungkan anggota dan jenis     pembicaraan.

            (2) pengaturan diatipik, untuk lebih spesifik pengaturannya, efek    lanjutan dari tatanan.

            (3) pengaturan pengakuan, khususnya sarana (saluran), standar dan             metode penyampaian.

Demikian pula, dalam mengkaji diskusi-diskusi dalam bahasa Indonesia, diskusi-diskusi tersebut harus disampaikan oleh penutur kepada para pendukung wacana (pembeli atau pengamat), baik berupa teks, gambar, maupun teks dan gambar.

Dalam memahami substansi atau tujuan yang terkandung dalam pembicaraan, tidak semata-mata dengan mengartikan makna dalam arti sebenarnya, namun penting untuk fokus pada setting yang melingkupi diskusi. Kesemuanya itu akan membantu kaki tangan wacana (shopper atau peruser) dalam membuat deduksi (membuat kesimpulan) tentang pentingnya yang terkandung di balik diskusi.

            Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam percakapan dapat dilakukan dengan berbagai prinsip. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

  1. Prinsip Penafsiran Personal
  2. Prinsip Penafsiran Lokasional
  3. Prinsip Penafsiran Temporal
  4. Prinsip Analogi

Konteks lain yang juga memiliki peranan penting dalam proses berkomunikasi adalah konteks situasi. Konteks situasi merupakan lingkungan langsung yang berada di dalam penggunaan bahasa (Riyadi Santosa, 2010:2).

Menurut Halliday ( dalam Riyadi, 2010: 2) konteks situasi terdiri dari tiga aspek:

1.      Field (medan)

2.      Tenor (pelibat)

3.      Mode (sarana)

            Bekerja secara simultan untuk membentuk suatu konfigurasi kontektual atau konfigurasi makna.

            Berdasarkan asumsi-asumsi yang disampaikan oleh beberapa pendapat pakar tersebut, maka peneliti mencoba untuk mengungkapkan makna atau maksud tertentu yang terkandung dibalik percakapan  yang terdapat dalam konteks  mahasiswa prodi pendidikan bahasa dan sastra indonesia dengan memperhatikan konteks internal dan konteks eksternal yang dimaksudkan.

 

2.6       Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

                Mahasiswa merupakan tingkat pelajar berlevel tinggi, sebagai mahasiswa terlebih khususnya mahasiswa bahasa Indonesia. seorang mahasiswa bahasa Indonesia kita tidak hanya dituntut untuk mengerti tapi kita juga dituntut untuk berbahasa yang baik dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan itulah yang sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.

            Mahasiswa  Bahasa Indonesia diharapkan lebih mempersiapkan diri untuk dapat mengiplementasikan berbahasa yang baik dilingkup masyarakat, khususnya pada ruang lingkup pendidikan. Sesuatu yang berhubungan dengan sosial tidak terlepas dari pengunaan bahasa indonesia lisan maupun tulisan dengan baik. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tidak mampu untuk mengiplementasikan bahasa yang baik dan benar di kalangan masyarakat khususnya Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam ruang lingkup pendidikan maka akan berpengaruh kepada masyarakat. Mahasiswa Bahasa Indonesia yang cakap pula dalam berbahasa indonesia lisan tentulah cakap pula dalam melakukan interaksi dengan orang lain maupun masyarakat.

            Mahasiswa  dilingkup perkuliahan yang bersifat formal, mahasiswa lebih memilih berbicara menggunakan Bahasa Indonesia karena mereka dituntut untuk hal itu. ketika dalam acara diskusi kelompok, presentasi, forum seminar dan kegiatan lain yang mengharuskan untuk menggunakan Bahasa Indonesia. Hal ini jelas terutama pada mahasiswa yang aktif dalam kegiatan organisasi, bahkan mereka juga sering menggunakan kata – kata ilmiah dalam penggunaannya untuk alasan tertentu. ketika sudah di luar area pembelajaran atau kegiatan formal, mereka masih juga tidak menggunakan Bahasa Indonesia.

            Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam berbahasa Indonesia lisan maupun tulisan mereka seperti kegiatan diskusi, presentasi, seminar dan kegiatan formal lainnya dan juga dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar agar sesuai dengan etika dalam berkomunikasi seperti berbahasa dengan baik, ramah, dan sopan.

 

2.7       Penelitian Yang Relevan

            Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayati dari Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, dengan judul skripsi “ Analisis Ko-Teks dan Konteks Dalam Wacana Teks Film Doraemon”, namun  yang membedakan dari penelitian ini adalah, penelitian ini disusun oleh penulis menggunakan kajian pragmatik,  untuk menganalisis Bentuk dan Fungsi Konteks Dalam Percakapan Mahasiswa Prodi Penididkan Bahasa dan Sastra Indonesia , berbeda dengan Skripsi Milik Nur Hidayati yang menggunakan Kajian Wacana dalam menganalisis Ko-teks dan Konteks Dalam Film Doraemon.

            Selain itu ada pula Rahmawati, dari Universitas Ponogoro dengan judul Skripsi Analisis Teks, Koteks dan Konteks dengan menggunakan pendekatan wacana teks. Rahmawati Menganalisis Teks, Ko-teks dan Konteks dari kalimat yang ada pada surat kabar. Berbeda dengan penelitian ini yang menjadikan manusia sebagai objek penelitian dan kata maupun tuturan-tuturan ujaran Mahasiswa Prodi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia sebagai data untuk dijadikan bahan analisis.

BAB III

METODE PENELITIAN


3.1         Jenis dan Pendekatan

              Jenis  penelitian  yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan Konteks dalam percakapan  Mahasiswa Bahasa Indonesia, Kajian Pragmatik. Penelitian deskripsi kualitatif ini lebih mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara empiris dan tidak menggunakan angka. Moleong (2004: 6)

              Penelitian ini dilakukan berdasarkan ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Moleong (2012: 8: 13), yakni:
             1.  Data bersifat alamiah

Dalam hal ini data alamiah tetap terkait sepenuhnya dengan  konteks, dengan sendirinya unsur-unsur yang berkaitan dengan konteks adalah tindakan, ucapan, dan gerak isyarat yang tidak diabaikan dalam penelitian ini, agar peneliti tidak kehilangan segala kepentingan yang berhubungan dengan konteks.

              2.  Manusia sebagai alat ( instrumen)

Manusia atau peneliti sebagai alat pengumpul data yang utama. Dalam penelitian ini peneliti menjadi alat pengumpul data  utama. Manusia atau peneliti dikatakan sebagai alat (instrumen) penelitian karena ia merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, yang pada akhirnya ia menjadi pelopor peneliti.

             3. peneliti bersifat deskriptif

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua data yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi pokok terhadap apa yang diteliti.
            4. Analisis data bersifat induktif
hal ini dilakukan untuk mempermudah pendeskripsian konteks yang muncul setelah peneliti membuat kerangka yang disusun berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul.

            5.  Lebih memetingkan proses dari pada hasil
            Dalam penelitian kualitatif dari segi proses lebih banyak dipentingkan dari pada hasil. Bukan berarti hasil tidak penting, tetapi proses yg menentukan hasil. Akan lebih jelas apabila bagian-bagian yang diteliti diamati dalam proses.

 

3.2       Lokasi Penelitian

            Penelitian ini berlokasi di Kampus FKIP Universitas Pattimura Ambon pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra  Indonesia.

3.3     Data dan Sumber Data

3.3.1.Data 
          
Data dalam penelitian ini adalah tuturan, yang berupa kata-kata atau kalimat yang mengandung Konteks dalam Percakapan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3.3.2. Sumber Data

            Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

 

3.4.     Kehadiran Peneliti

           Berdasarkan rancangan penelitian yang dibuat, maka kehadiran peneliti tentunya merupakan faktor penting, karena peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian. Mengapa dikatakan demikian, karena dalam penelitian kualitatif sudah dirancangkan peneliti sebagai  pengumpul data.

           peneliti mengumpulkan data di lapangan yakni dengan cara mengamati, atau merekam serta mencatat percakapan-percakapan yang dilakukan oleh  Mahasiswa Bahasa Indonesia di Kampus FKIP Universitas Pattimura Ambon.  Kehadiran peneliti tidak diketahui oleh subjek.

 

 

3.5     Teknik Pengumpulan Data

          Data  dalam penelitian ini, peneliti menggunakan  teknik penelitian sebagai berikut :

3.5.1 Teknik Observasi

           Observasi merupakan teknik yang didasarkan atas pengamatan peneliti secara langsung. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengobservasi tuturan-tuturan yang mengandung bentuk dan fungsi Konteks dalam percakapan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan cara melihat dan mengamati sendiri, mencatat perilaku kejadian sebagaimana yang terjadi di lokasi penelitian sebagai data penelitian.

3.5.2  Teknik Catatan Lapangan

             Teknik catatan lapangan dilakukan dengan mengamati sendiri, kemudian mencatat percakapan-percakapan yang disampaikan oleh Mahasiswa Bahasa Indonesia yang berlangsung ketika peneliti berada di lapangan.

             Teknik catatan lapangan juga dilakukan setelah peneliti kembali ke tempat tinggal dan tanpa menunda waktu penulisan. Pencatatan dilakukan secara kronologis dengan mengingat dan membayangkan apa yang  terjadi pada percakapannya.

 

3.5.3   Teknik Rekaman

            Rekaman digunakan untuk memperoleh data percakapan  Mahasiswa Bahasa Indonesia di Kampus Universitas Pattimura Ambon. Teknik rekam dilakukan untuk merekam percakapan-percakapan Mahasiswa Prodi Penidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

 

3.5.4    Teknik Wawancara

            Teknik ini dipakai untuk mengumpulkan informasi dari Mahasiswa khususnya  Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menanyakan kembali maksud dari apa yang diucapkan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. tidak menggunakan panduan wawancara.

 

3.6    Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mengumpulkan data dan informasi dalam penelitian ini    yakni;

         1.    Lembar Observasi

                 Lembar observasi digunakan untuk mencatat hasil observasi berupa Konteks dalam percakapan  Mahasiswa Bahasa Indonesia.

         2.    Alat Perekam / Kamera

                Alat perekam/ kamera digunakan untuk merekam percakapan mahasiswa dan juga untuk mengambil dokumentasi. Kamera yang digunakan adalah Hand phone samsung J3 2016.

         3.   Pencatatan Lapangan

       Pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat setiap konteks tuturan yang melatar belakangi percakapan-percakapan  antara para Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra  Indonesia.

 

3.7      Teknik Analisis Data

            Analisis data adalah proses memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistemasikannya, mencari dan menemukan apa yang penting serta  yang dapat disampaikan kepada orang lain. Menurut Bogdan dan Biklen ( Moleong, 2012: 248)

            Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukkan di atas maka digunakan analisis kualitatif yaitu teknik yang dipakai untuk menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari sumber data yakni mahasiswa Bahasa Indonesia..

 

3.7.1  Reduksi Data

              Reduksi data merupakan suatu bentuk yang memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu tentang pragmatik dalam Konteks  percakapan Mahasiswa Bahasa Indonesia “ di lokasi penelitian”, sehingga kesimpulan data dapat diangkat.

 

3.7.2   Sajian Data

           Sajian data merupakan proses penyusunan data dan informasi yang telah direduksi dengan mengidentifikasikan untuk mengetahui bentuk dan makna pragmatik dalam percakapan  Mahasiswa Bahasa Indonesia.

 

3.7.3   Kesimpulan

           Kesimpulan dilakukan saat peneliti berlangsung, dan berupa kesimpulan sementara. Sedangkan kesimpulan akhir akan diperoleh sesudah tahap akhir penelitian.

 

3.8      Teknik Pengecekan Keabsahan Data

           Agar dapat menjamin keakuratan data, maka peneliti akan melakukan pengecekan data kembali, karena dengan data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah juga. Demikian pula juga sebaliknnya data yang sah dan benar akan menghasilkan kesimpulan yang baik, dan yang menjadi Teknik  dalam penelitian ini yaitu Triangulasi.

            Moleong 2012: 330. Triangulasi cara memeriksa keabsahan data yang dipakai oleh peneliti dengan memanfaatkan sesuatu yang lain.

Sehubungan dengan itu maka Denzim (Moleong, 2012: 330) membagi triangulasi menjadi empat yaitu penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

            1.   Triangulasi mengguankan sumber berarti  derajat  kepercayaan  suatu informasi yang dibandingkan dan diperiksa melalui sumber yang ada.

 

       2.   Triangulasi memakai metode menurut Patton ( Moleong 2012: 331), 

              terdapat dua strategi yakni;

    a. Pengecekan derajat kepercayaan dan penemuan hasil    penelitian    

                 melalui beberapa teknik pengumpulan data.

         b. pemeriksaan derajat kepercayaan melalui beberapa sumber data  

   dengan  metode yang sama.

  3. Triangulasi dengan penyidik itu berarti dalam proses pengmatan    dan wawancara menggunakan lebih dari satu peneliti.

 

    4. Triangulasi dengan teori adalah memanfaatkan satu teori atau lebih       untuk diadu atau dipandu.

             Penelitian ini hanya memanfaatkan triangulasi teori. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan triangulasi yang memanfaatkan sumber dan teori.

Patton (dalam Moleong 1998:178) triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang membedakan dalam metode kualitatif.

             Sedangkan triangulasi teori berarti peneliti memeriksa data yang diperoleh dengan satu atau lebih teori sehingga menggunakan kecocokan. Dalam hal ini menyesuaiakan data dengan teori yang digunakan sehingga dapat memaparkan konteks dalam tuturan mahasiswa bahasa indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1       Hasil Penelitian

4.1.1    Deskripsi Data

 

            Data penelitian berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan bentuk dan fungsi konteks dalam  percakapan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Berikut ini adalah paparan data dari analisis  konteks dalam percakapan Mahasiswa Prodi Pendidikan  Bahasa dan Sastra Indonesia, menggunakan kajian pragmatik.

 

            Data 1

                        Ella      : “Anak e se poro su kaya babi bunting ”

                                      (anak e perut kamu sudah seperti babi hamil)

 

            Data 2        

            `           Marta : “Ida se baca sms saja, sama cacing kanal kapor”

                                     (Ida kamu baca sms saja sama cacing kenal kapur)

                        Ida     : “Iyo e”

                                    (iya e)

 

            Data 3

                        Filia :  Laki-laki basantang, gaga paskali

                                    (laki-laki putih, ganteng sekali)

 

            Data 4

                        Nabilla :  Ao sapa yang su parkir motor model bagini ni?”

                                       (ao, siapa yang sudah parkir motor  seperti begini)

                        Semi    : “ Oh io kak jang mara, tunggu beta kas pinda”.

                                        (oh, iya kakak maaf, sebentar saya pindahkan)

 

            Data 5

                        Eflin     : “Kasih beta dua ribu dolo”

                                       (berikan saya dua ribu dulu)

                        Meiske : “Pancuri”

                                       (pencuri)

 

 

 

 

            Data 6

                        Mando :  Masa  se mo  pi  samakan  Messi  deng Christian                                        Ronaldo tu  se  saki  kapa. Skarang  beta  tanya                                         sapa  yang  isi  gol paling banyak.

                        (kenapa kamu mau menyamakan Messi dengan                                Cristian Ronaldo, sepertinya kamu sedang sakit.                                     Sekarang saya  tanya siapa yang mengisi gol                                      terbanyak).

            Data 7

                        Fadila  : “Hi bobo tai lawang”

                                      (Hi bau tai sekali)

                        Asty    : “Io anjing tadi bera disitu”

                                      (iya tadi anjing buang kotoran nya disitu)

            Data 8

                                Dina : “Ani, anana penjas tadi balari lah kanal pot bunga                                                   lah akang jatuh”

                                    (Ani,  tadi  anak-anak  Penjas   berlarian   kemudian                                                 menyenggol Pot bunga lalu jatuh)

                        Ani  : “Io tunggu beta liat ini dolo nanti beta angka”

                                    (Iya, tunggu saya lihat ini dulu,  nanti saya angkat)

            Data 9

 

                        Hesty   : “Eh bu, cewe ka?”

                                       (Eh, kakak, pacar kamu ya?)

                        Eno     : “Io, adik. Ao dia su datang ulang-ulang mo se baru                                                   lia?”

                                       (benar adik. Bukankah dia sudah datang berulang                                                     kali, tapi kamu baru melihat ?)

                        Hesty   : “Bagimana mo lia”        

                                       (bagaimana mau lihat)

                                       Terjadi percakapan beberapa waktu

                        Hesty  : “Bu, dia su bajalang kamuka kapa tu !

                                      (kakak, dia sudah berjalan duluan)

            Data 10

                        Marsel  : “Hi su jam brapa ni Riko balom datang-datang lai                                        ka? Model bagini ni yang biking terlambat nanti”

                                      (sekarang sudah jam berapa Riko belum juga datang                                    ya?                                            

                                      cara seperti ini yang nantinya terlambat                                           Acel     : “Tunggu !, beta telpon dia”.

                                        (sebentar ! , saya telepon dia)

 

 

 

 

Data 11

                        Ana : “Hi Sry se pake krim jang tallu banyak lai !”

                                    (Sry pakai Cream jangan terlalu banyak)

                        Sry  :“Ini jua seng talalu banyak mo, se tinggal ulang-ulang                                              akang”

                                    (Ini jua tidak terlalu banyak)

                        Ana  : “Barang muka su talalu putih lai”.

                                    (soalnya wajah kamu sudah terlalu putih)

 

                Data12

 

                         Masni  : Jeklin bali  pulsa 10 do

                                      (Jeklin beli pulsa 10)

                        Jeklin   : Bilang se pung nomor         

                                      (sebutkan nomor kamu)

                        Masni  : 0812….

                                     (0812)

                                     (Masni memberikan uang Rp. 100.000.00)

                        Jeklin   : “Hi seng ada uang kacil kapa ni, nanti sa”.

                                     (Hi Sepertinya tidak ada uang kecil)

               

            Data 13

                                Isman  : “Isak ojek beta dolo”.

                                      (Marsel ojek saya dulu)

                        Isak : “Beta lapar e

                                      (saya lapar)

             ( sambil memegang perutnya)

 

            Data 14

                                Ana     : Mana laptop?

                                     (dimana laptopnya?)

                        Jeklin   : Ia,  tunggu beta lupa

                                     (sebentar saya lupa

            Data 15

                        Inggrit : “We katong foto dolo”

                                      (hai, kita foto dulu)

                        Ela       : “Io, kamong dua sorong kasini sadiki”

                                       (iya, kalian berdua geser  kesini sedikit)

                                       Selesai mereka bertiga foto.

                        Yane    : Ela pinjam se hp par beta liat do                

                                      (Ela pinjam hp kamu buat saya lihat foto)

                        Ela       : Batrei momati e

                                      (betrei sudah mau mati)

                        Yane    : Io sudah

                                     (iya sudah)

 

Data 16

                        Yopi         :  Mari duduk dolo

                                         (Mari duduk dulu)

                        Barnes   : “Beta buru-buru pot”

                                         (saya buru-buru teman)

                        Yopi      : Se jua sekarang su paling sombong lai”.

                                          (sekarang kamu sudah sombong

 

            Data 17

                        Nevi: “Panas lawang e  ”.

                                    (Sangat panas sekali)

                        Ella : Seng ada kertas labe-labe lai, satu par beta sa ni

                                 (Tidak ada kertas lebih, ini hanya satu untuk saya)

 

            Data 18

                        Ebi : “ Ha pas ada dia. Rut iko gerak jalan jua e?”

                                    (ya tepat ada dia. Rut ikut gerak jalan ya?)

                        Rut : “ Beta ada saki e. Jang mara e”.

                                     (saya sedang sakit. Maaf ya !)

           

            Data 19

                        Siska      :  “Ada yang balom makan”

                                                (ada yang belum makan)

                                Abigael  :  ada, beta Meliati dan Eflin. Lapar

                                                     (Ada, saya Meliati dan Yane.lapar)

                                Siska    :   “Mau makan kaseng”

                                         (mau,  makan atau tidak)

                               

Data 20

                                Siska    : “Kamareng es pisang ijo enak ka seng?”

                                       (es pisang Hijau kemarin enak tidak ?)

                        Yane    : “Paleng enak tamang, apalagi kalo se tamba es                                                         batu sadiki”

                                     (sangat enak teman, apalagi kalau ditambahkan                                                         sedikit es batu)

 

                Data 21

                        Gres  : “Sabantar baganti lah katong pi nonton pesta e”

                                    (Sebentar ganti pakaian lalu kita pergi nonton pesta ya)

                        Mey : “Beta besok  pagi sibuk e”

                                    (saya, besok pagi sibuk)

 

 

 

4.2.      PEMBAHASAN

 

                        Pada bab ini secara berturut-turut akan dideskripsikan hasil penelitian tentang Bentuk dan Fungsi konteks dalam percakapan mahasiswa prodi pendidikan bahasa dan sastra indonesia.

                        Berdasarkan ranah teoritis konteks pada dasarnya ketika berada      dalam suatu struktur menunjukkan bahwa konteks memiliki peranan        penting yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain.  Tujuan inilah yang menyebabkan suatu wacana menjadi utuh dan lengkap.

                        Untuk menganalisis konteks dalam percakapan mahasiswa prodi pendidikan bahasa dan sastra indonesia  akan mengacu pada rana teori deiksis orang, deiksis waktu, deiksis tempat. Hal ini bertujuan untuk mempermudah analisis konteks dalam setiap percakapan.

 

     1).    Konteks : Tuturan pada data 1 dituturkan  saat Ella sedang duduk   dengan teman-teman. saat itu marko datang dan menghampiri         mereka kemudian Ella  kaget melihat badan Marko dan berkata.

            Ella      : “Anak e se poro su kaya babi bunting ”

                          (anak e perut kamu sudah seperti babi hamil)

           

          Wacana tuturan diatas adalah sebuah ungkapan yang disampaikan Ella, kepada temannya Marko, ketika Marko baru datang  dan menghampiri Ella dan teman-teman yang sedang duduk,  dengan  berat badan yang bertambah gemuk dan perut yang besar. Hubungan antara Marko dan Ella adalah teman dekat, bukan saja Ella dan Marko tetapi teman-teman juga yang duduk bersama dengan Ella  semua adalah teman angkatan.

                        Bentuk ‘anak e’ mengacu pada seseorang pada tuturan lain menjelaskan    seseorang yang kelihatan sangat gemuk dan baru saja            datang. Hal ini menjelaskan bahwa berdasarkan sifat kesejajaran             bahwa tuturan  ‘anak e’ sejajar dengan tuturan ‘Se poro su kaya babi          bunting’. Dalam tuturan Ella menginformasikan kepada Marko           bahwa  “anak e se       poro su kaya babi bunting. Jadi fungsi tuturan             pada data 1 yaitu termasuk     dalam fungsi memberikan informasi atau fungsi informasi.

          Selanjutnya berdasarkan sifat koordinatif tuturan ‘Anak e’ menjadi sumber koordinatif tuturan ‘Se Poro su kaya deng babi bunting, yang di tafsirkan orang yang bernama Marko yang memiliki badan dan perut gemuk sekali. Dengan demikian tuturan ‘Anak e’ memiliki hubungan dengan tuturan ‘seporo su kaya babi bunting. Berdasarkan analisis ini maka yang menjadi konteks dalam wacana ungkapan percakapan di atas adalah tuturan ‘anak e’.

 

     2).   Konteks: Percakapan antara Marta dan Ida terjadi siang hari di        tempat duduk rumah payung/gasebo. Saat itu Ida sedang sibuk      membaca pesan pada gawainya, dengan gerak gerik yang tidak             tenang.

 

            Marta : “Ida se baca sms saja, sama cacing kanal kapor”

                         (Ida kamu baca sms saja sama cacing kenal kapur)

            Ida     : “Iyo e”

                        (iya e)

 

                                Bentuk “ sama cacing kenal kapur “ mengacu pada seseorang pada tuturan  lain menjelaskan seseorang yag kelihatan          seperti cacing ketika kenal kapur. Hal ini menjelaskan bahwa         bentuk  “Lia ana Ida”           sejajar dengan tuturan cacing kanal kapur”.   Berdasarkan  sifat koordinatif tuturan lia ana Ida menjadi sumber          pada tuturan diatas adalah Ida. Hubungan antara Marta dan Ida       adalah teman dekat dan satu           angkatan sehingga tuturan  pun terlihat          jelas secara konteks. Fungsi   informasi yang  terdapat pada data       tuturan  2 “Ida se baca sms saja sama cacing kanal kapor”             merupakan fungsi memberikan informasi bahwa ujaran tersebut            merupakan ungkapan yang di ujarkan oleh Martha yang disebabkan      oleh Ida yang ketika menerima pesan  dan membaca pesan tersebut           merasa tidak tenang, gelisah dan tidak nyaman, secara konteks      mungkin terlihat berkaitan dengan jawaban Ida namun secara             pragmatik yang diperlihatkan secara gesture Ida menandakan          tanggapan Marta terhadap dirinya benar meski tidak secara langsung     dia mengatakannya namun sebagai mitra tutur Ida paham.

 

     3).   Konteks : tuturan Filia kepada Melon terjadi siang hari di depan      ruangan kelas matematika. Saat itu melon lewat dan Fili mengatakan       tuturan tersebut.

               

                Filia :  Laki-laki basantang, gaga paskali

                        (laki-laki putih, ganteng sekali)

 

                                Konteks tuturan diatas adalah sebuah ungkapan yang           disampaikan    Filia kepada Melon. Bentuk “ Laki-laki basantang”           mengacu pada             seseorang dalam tuturan lain menjelaskan seorang             anak  yang kelihatan   putih. Hal ini menjelaskan bahwa berdasarkan          sifat kesejajaran bahwa tuturan” laki-laki basantang” sejajar dengan tuturan “gaga paskali” berdasrakan sifat koordinatif tuturan             gaga paskali yang ditafsirkan yang mana anak tersebut terlihat        ganteng dan putih. Dengan demikian tuturan “ laki-laki basantang”         memiliki hubungan dengan konteks tuturan ganteng paskali.                                     Berdasarkan pragmatik dalam wacana ungkapan diatas        adalah bentuk “Laki-laki basantang’. Basantan merupakan kata yang   biasa merujuk pada buah kelapa dan santan memiliki warnah putih             seperti susu sehingga kata ini dipakai untuk menggukapkan bahwa laki laki yang bernama Melon putih dari biasanya. Jadi data pada     tuturan 3 yaitu termasuk dalam fungsi memberikan informasi. 

 

     4).   Konteks : Percakapan antara Semi dan Nabilla terjadi di depan jalan           muka prodi. Pada saat itu Semi datang dengan motor dan          memarkir motornya di depan motor Nabilla.            

             

            Nabilla :  Ao sapa yang su parkir motor model bagini ni?”

                         (ao, siapa yang sudah parkir motor  seperti begini - ini)

            Semi    : “ Oh io kak jang mara, tunggu beta kas pinda”.

            (oh, iya kakak maaf, sebentar saya pindahkan)

 

Wacana tersebut dilihat dari analisis pragmatik, ungkapan yang dikatakan oleh Nabila merupakan bentuk secara langsung menyuruh motor yang menghalangi segera dipindahkan karena hal tersebut sangat menganggu aktifitasnya pada saat Nabilla ingin keluar masuk dengan motornya. Sehingga Nabilla menuturkan “ Ao sapa yang su parkir motor model bagini ni”? . Fungsi memberikan informasi terdapat pada data  tuturan 4 “Ao sapa yang su parkil motor model bagini ni” artinya mengingat agar yang punya motor tidak memparkil sembarangan yang nantinya menghalangi orang lain.

        Sebagai pemilik motor dan mitra tutur yang merasa motor terebut miliknya Semi pun memahami maksud tuturan Nabilla dan diapun membalas dengan kesiapan untuk memindahkan motornya. Konteks terjadi akibat motor yang parkir sembarangan.

 

     5).   Konteks : Percakapan antara Eflin dan Meiske  terjadi pada siang   hari      di muka ruangan  kuliah kelas B.

 

            Eflin     : “Kasih beta dua ribu dolo”

                          (berikan saya dua ribu dulu)

            Meiske : “Pancuri”

                           (pencuri)

                    

Berdasarkan Konteks yang terjadi, Meiske dan Eflin mempunyai hubungan sebagai saudara, yang mana Eflin sering meminta uang kepada Meiske, sebagai saudara tentunya istilah kata yang digunakan kerap kali diucapkan namun berdasarkan analisis Pragmatik bentuk “pencuri” bukan berarti  Eflin mencuri, namun kata pencuri yang di maksudkan adalah meminta uang secara terus menerus sehingga dia kesal, dan tidak ingin memberikan uang, dan berdasarkan kebiasaan penggunaan kata tersebut dapat di artikan Meiske tidak memiliki uang untuk diberikan sehingga kata “pencuri” muncul namun bukan menyuruh mencuri secara betul hanya ungkapan yang diujarkan ketika sedang marah atau kesal. Fungsi tuturan pada data 5 berfungsi untuk memberikan informasi bahwa Meiske tidak ada uang untuk di berikan kepada Eflin.

 

     6).   Konteks : Tuturan tersebut dituturkan pada saat Mando sedang        duduk dengan teman-temannya di Gasebo depan kelas A dan  pada        saat itu mereka membahas tentang sepak bola.

 

             Mando : Masa se mo pi samakan Messi deng Christian Ronaldo tu                             se  saki  kapa. Skarang  beta  tanya  sapa  yang  isi  gol                                   paling banyak.

             (kenapa kamu mau menyamakan Messi dengan Cristian                  Ronaldo, sepertinya kamu sedang sakit. Sekarang saya                tanya siapa yang mengisi gol terbanyak).

 

          Wacana diatas menggambarkan situasi dimana mereka sedang membicarakan tentang pemain bola kegemaran mereka, namun dilihat dari tuturan tersebut dapat dilihat dari analisis konteks, mereka membicarakan sosok yang mereka kagumi sehingga mereka membandingkan dan membanggakan apa yang mereka  sukai, namun dilihat secara Pragmatik, bentuk  se saki kapa” biasanya merujuk pada orang yang sedang sakit, tetapi lain halnya tidak seperti itu. “Se sakit kapa” merujuk pada sebuah bentuk bahwa mitra tuturnya salah, bahwa Christian Ronaldo adalah pemain bola yang mengisi Gol terbanyak, sehingga kata itu di ungkapkan hanya untuk mengingatkan mitra tutur bahwa Messi terkalahkan oleh Christian Ronaldo.

          Jadi fungsi yang terdapat pada data tuturan 6 yaitu fungsi memberikan informasi bahwa Christian Ronaldo merupakan persepak bola terbaik yang terbukti dia adalah pesepak bola dengan pencetak gol terbanyak selama ini .

 

     7).     Konteks : Percakapan antara Fadila dan Asty terjadi pagi hari Fadila baru saja datang menghampiri Asty. Saat itu Ani sedang  duduk dengan dua orang temannya.

 

            Fadila : “Hi bobo tai lawang”

                            (Hi bau tai sekali)

             Asty   : “Io anjing tadi bera disitu”

                           (iya tadi anjing buang kotoran nya disitu)

 

          Bentuk “ Hi bobo tai lawang”.  Pada  tuturan tersebut Fadila tidak sengaja untuk menuturkan tuturan itu. Tetapi, karena situasi baunya terlalu menyengat untuk dihirup. Sehingga Asty merespon bahwa “Io anjing tadi bera disitu”.

                        Fungsi yang terdapat pada data tuturan 7  “Hi bobo  tai        lawang" dan tuturan “Io tadi anjing bera disitu” kedua tuturan       tersebut saling mengiformasikan agar cepat untuk berdiri dari tempat          itu. Karena mereka berdua teman dekat dan sekaligus teman      angkatan jadi mereka berdua saling menginformasikan antara satu            sama lain agar cepat berdiri dari tempat itu karena tidak nyaman.

                                Berdasarkan Konteks : bau kotoran hewan, sehingga Fadila             mengucapkan “Hi bobo tai lawang”. Berdasarkan analisis           Pragmatik kata tersebut merujuk pada bau yang tak sedap dan             menyengat, sehingga sebagai mitra tutur Asty menjelaskan apa      yang membuat area situ menjadi bau tak sedap dan menyengat.

 

     8).    Konteks : Percakapan antara Dina dan Ani terjadi pagi hari di depan           ruang kelas B. Saat itu anak-anak dari Program Studi Penjas sedang         berlari di depan ruang kelas.

 

            Dina : “Ani, anana penjas tadi balari lah kanal pot bunga lah akang                                  jatuh”

                        (Ani, tadi anak-anak Penjas  berlarian  kemudian                                          menyenggol Pot bunga lalu jatuh)

 

            Ani  : “Io tunggu beta liat ini dolo nanti beta angka”

                        (Iya, tunggu saya lihat ini dulu,  nanti saya angkat)

                                                                                          

                        Percakapan di atas terjadi pada saat Dina melihat Pot bunga            yang jatuh. Pada tuturan bentuk“Ani anana penjas tadi balari lah       kanal   pot bunga lah akang jatuh”, tuturan yang dituturkan Dina             kepada Ani . Artinya tidak sengaja anana penjas menjatuhakn pot   bunga dikarenaka mereka tadi buru-buru sehingga menabrak pot   punga lalu jatuh. Dengan demikian Dina menginformasikan            kepada Ani sehingga Ani mendengar informasi itu dan Ani         pun      mengucapkan “Io tunggu beta biking ini dolo nanti beta angka”.

                        Jadi fungsi tuturan yang terdapat pada data 8 Dina hanya     mengiformasikan bahwa pot  bunga             jatuh dan tidak sama sekali     bermaksud perintahkan Ani untuk mengangkat, bisa saja karena Ani             memahami maksud konteks yang diucapkan Dina kepada Ani         sehingga Ani dapat mengangkat pot bunga yang jatuh dengan        perkataan  tunggu      beta liat ini dolo nanti beta angka”.

                        Berdasarkan analisis pragmatik menurut Sudut pandang      ujaran yang di sampaikan oleh Dina adalah     kalimat perintah yang merujuk agar   Ani mengangkat pot tersebut, sehingga konteks yang             terjadi berkaitan. Karena dilihat dari kedua percakapan Dina dan Ani          mempunyai hubungan sebagai teman dekat dan sekaligus teman      angkatan jadi tidak masalah jika saling mengingatkan antara satu             sama lain. Ani tanpa membantah dan mengujarkan “Io tunggu beta            liat ini dolo nanti beta angka”. Berdasarkan analisis pragmatik        menurut Sudut pandang Ani   ujaran yang di sampaikan oleh Dina             adalah kalimat perintah yang merujuk agar Ani mengangkat pot     tersebut, sehingga konteks yang terjadi berkaitan. Karena dilihat dari kedua   percakapan Dina dan Ani mempunyai hubungan sebagai             teman dekat dan sekaligus teman angkatan jadi tidak menjadi          masalah jika saling mengingatkan antara satu sama lain.

 

      9).   Percakapan antara Hesti dan Eno terjadi siang hari ditempat  duduk             Gasebo depan ruangan dosen.

 

            Hesty   : “Eh bu, cewe ka?”

                           (Eh, kakak, pacar kamu ya?)

            Eno     : “Io, adik. Ao dia su datang ulang-ulang mo se baru lia?”

                          (benar adik. Bukankah dia sudah datang berulang   kali,                                tapi kamu baru melihat ?)

            Hesty   : “Bagimana mo lia”  

                          (bagaimana mau lihat)

                          Terjadi percakapan beberapa waktu

            Hesty  : Bu, dia su bajalang kamuka kapa tu !

                         (kakak, dia sudah berjalan duluan)

 

                        Berdasarakan analisis Konteks yang terjadi, Pacar dari Eno tidak    menyukai percakapan antara Hesty dan Eno sehingga dia     memilih untuk berjalan mendahului Eno. Pada tuturan bentuk “             bagimana mo lia” artinya Hesti belum pernah melihat cewe dari      teman Eno sehingga ia pun mengatakan bahwa bagaimana mo     lia merupakan bentuk secara langsung.

                        Jadi fungsi tuturan pada data  9  dari pernyataan Hesty “ Bu,            dia su bajalang kamuka kapa tu ” berfungsi sebagai penjelasan          rinci. Dengan demikian dilihat dari analisis konteks dan             Pragmatik dapat di ambil kesimpulan bahwa secara tidak langsung Hesty ingin mengatakan bahwa Pacar dari Eno tidak menyukainya.                Hubungan antara kedua percakapan diatas adalah saudara             dekat.

 

    10). Konteks : Percakapan antara Marsel dan Acel terjadi siang hari  pada         saat mereka bersiap-siap dari kampus untuk ke acara wisuda    Marsel. Saat    itu mereka sudah bersiap-siap dan tinggal menunggu              kedatangan Riko.

 

            Marsel  : “Hi su jam brapa ni Riko balom datang-datang lai ka?                                 Model bagini ni yang biking terlambat nanti !”

                           (sekarang sudah jam berapa Riko belum juga datang ya?                               cara seperti ini yang nantinya terlambat)

            Acel     : “Tunggu !, beta telpon dia”.

                           (sebentar ! , saya telepon dia)                     

 

Dari percakapan di atas berdasarkan analisis konteks yang menjadi dasar ujaran tersebut diucapkan adalah kedatangan Riko yang akan mengantar Marsel dan Acel untuk pergi ke acara Wisuda menggunakan mobilnya namun tak kunjung datang, dan mereka takut terlambat. Berdasarkan analisis Prakmatik bentuk “Tunggu!, Beta telpon dia, jika dilihat dari percakapan antara, Marsel dan Acel mungkin tidak berkaitan tetapi secara mitra tutur Acel dia paham di situasi dan ujaran  yang di tuturkan Marsel.

Sehingga fungsi tuturan pada data 10 “Tunggu !, beta telpon dia” merupakan respon yang diberikan oleh Acel sebagai penegasan agar Riko segera datang dan dapat pergi bersama dengan Marsel dan Acel ke acara wisuda. Secara konteks pragmatik maka percakapan tersebut saling berkaitan.

 

    11).  Konteks: Percakapan antara Ana dan Sry terjadi saat sedang duduk             bersama di emperan depan Program Studi Bahasa Indonesia.  saat          itu Sry baru selesai mandi dan hendak pergi ke kampus.

 

            Ana : “Hi Sry se pake krim jang tallu banyak lai !”

                        (Sry pakai Cream jangan terlalu banyak)

            Sry  :“Ini jua seng talalu banyak mo, se tinggal ulang-ulang akang”

                        (Ini jua tidak terlalu banyak)

            Ana  : “Barang muka su talalu putih lai”.

                        (soalnya wajah kamu sudah terlalu putih)

 

Dari konteks percakapan diatas bentuk “Barang muka su talalu putih lai” ujaran yang diungkapakan Sry merupakan ungkapan dimana Sry mengingatkan Ana bahwa dia menggunakan Cream atau bedak secara berlebihan.

Se tinggal ulang-ulang akang” jika di lihat secara konteksnya Ana menggunakan  secara berulang kali, namun dilihat secara pragmatik, ujaran tersebut merupakan kritikan terhadap Ana yang menggunakan Cream terlalu banyak sehingga wajahnya sangat putih dengan Cream atau bedak yang digunakan. Hubungan antara Ana dan Sry adalah teman dekat dan satu angkatan apa salah jika Ana mengingatkan Sry agar kedepan tidak memakai bedak lagi yang berlebihan.

Dengan demikian fungsi tuturan pada data 11 “Hi Sry se pake krim jang tallu banyak lai !” berfungsi sebagai penegasan agar ke depan lagi Sry tidak menggunakan bedak yang berlebihan.

Berdasarkan analisis Pragmatik, “Barang muka su talalu putih lai” ujaran yang di maksudkan Ana adalah penggunan  Cream atau bedak secara berlebihan. pada Sry terlihat sangat putih, bukan warna kulit Ana yang putih, sehingga penggunaan Cream yang banyak terlihat sangat tidak kontras dengan warna kulit yang sebenarnya, hingga terlihat mencolok dan jelek.

 

 

 

 

    12).  Konteks : Percakapan antara Jeklin dan Masni terjadi pada                                                              saat Masni membeli pulsa pada Jeklin.

 

            Masni  : Jeklin bali  pulsa 10 do

                          (Jeklin beli pulsa 10)

            Jeklin   : Bilang se pung nomor

                          (sebutkan nomor kamu)

            Masni  : 0821….

                          (0821)

                          (Masni memberikan uang Rp. 100.000.00)

            Jeklin   : “Hi seng ada uang kacil kapa ni, nanti sa”.

                          (Hi Sepertinya tidak ada uang kecil)

 

                        Pada Percakapan diatas, berdasarkan analisis Konteks          menggambarkan bahwa Masni membeli pulsa elektrik pada Jeklin    menggunakan pecahan uang Seratus Ribu rupiah. Bentuk    percakapan yang terdapat dalam tuturan diatas Jeklin ia tidak     memiliki pecahan uang Kecil untuk memberi kembalian dan      Jeklin mengatakan “nanti sa”. Jadi fungsi tuturan pada data 12       “Nanti sa” tuturan ini  yang menjadi penjelasan dari kedua           percakapan diatas. 

                        Percakapan tersebut yang memiliki arti sebagai penjelasan rinci bahwa, Masni bisa membayar setelah ia memiliki uang dengan        nominal harga yang semustinya ia bayarkan, dan konteks dari             percakapannya Masni dengan Jeklin tidak harus membayar pulsa    yang dibelinya dari Jeklin pada saat itu juga, namun memberinya kelonggaran dalam membayar. Hubungan antara Masni dan Jeklin adalah teman dekat karena satu angkatan sehingga tidak menjadi    masalah jika Masni melum melunasi uang pulsa pada jeklin.

 

    13).  Konteks : Percakapan antara Isak dan Isman terjadi  pada siang  hari           dimuka ruangan kuliah kelas B saat Isman sedang berdiri, tiba-tiba   Isak     lewat dengan motor.

            Isman  : “Isak ojek beta dolo”.

                           (Marsel ojek saya dulu)

            Isak : “Beta lapar e

                          (saya lapar)

 ( sambil memegang perutnya)

 

            Tuturan yang dituturkan oleh Isak “beta lapar e” tidak sesuai dengan pernyataan Isman berdasarkan analisis pragmatik jawaban tersebut bahwa bentuk “beta lapar e” merujuk bahwa Isak sedang lapar dan secara tidak langsung dia menolak  Isman untuk mengantar. Jadi fungsi tuturan pada data 13 yaitu Konteks yang terjadi dengan pernyataan “Isak ojek beta dolo” menimbulkan penjelasan  secara rinci  bahwa ia lapar dan harus makan dulu, setelah selesai makan baru bisa pergi bersama dengan  Isman. Dengan demikian dilihat dari konteks  Isman dan Isak  adalah teman dekat dan satu angkatan sehingga tuturan tersebut dapat berlangsung secara baik dalam situasi.

 

    14).  Konteks : percakapan antara Ana dan Jeklin terjadi pada saat mereka          mau     berangkat ke kampus.

 

            Ana     : Mana laptop?

                         (dimana laptopnya?)

            Jeklin   : Ia,  tunggu beta lupa

                                  (sebentar saya lupa)

 

                        Tuturan diatas adalah sebuah ungkapan yang disampaikan oleh       Ana kepada Jeklin, Pada percakapan diatas, mereka yang sedang         bersiap- siap ke kampus teringat akan laptop. Bentuknya secara tidak    langsung Jeklin menjawab “Ia, tunggu beta lupa”    Fungsi konteks, kedua            ujaran saling berkaitan. Hubungan antara Ana dan Jeklin adalah sahabat sekaligus teman angkatan sehingga    percakapan pun terlihat jelas         bahwa konteksnya saling berkaitan   antara satu sama lain.

                        secara konteks mereka berdua yang sudah memiliki kedekatan dan             dalam situasi yang sama maka ujaran tersebut antara mitra tutur dan      penutur bisa saling mengerti. Jadi fungsi tuturan pada data 14 yaitu           memberikan penjelasan secara rinci keberadaan laptop. Sehingga fungsi     tuturan yang dituturkan Jeklin kepada Ana “Ia, tunggu beta lupa”             merupakan penjelasan secara rinci keberadaan leptop tersebut. “tunggu          beta lupa”, merujuk pada sebuah ujaran yang menyatakan dirinya lupa             menaruh leptop yang menjadi konteks dari wacana di atas.

 

    15).  Konteks : Percakapan antara Inggrit, Ela dan Yane terjadi pada saat            mereka sedang duduk bersama dimuka ruang kelas matematika.

 

            Inggrit : “We katong foto dolo”

                           (hai, kita foto dulu)

            Ela       : “Io, kamong dua sorong kasini sadiki”

                          (iya, kalian berdua geser  kesini sedikit)

                         Selesai mereka bertiga foto.

            Yane    : Ela pinjam se hp par beta liat do                

                          (Ela pinjam hp kamu buat saya lihat foto)

            Ela       : Batrei momati e

                         (betrei sudah mau mati)

            Yane    : Io sudah

                          (iya sudah)

 

                                Wacana  tuturan  diatas   adalah  sebuah  ungkapan yang      disampaikan oleh Yane, Inggrit dan Ella. Hubungan antara Yane, Inggrit dan Ela mereka adalah teman dekat karena satu        angkatan,sehingga mereka            saling berbagi satu sama lain dalam   hal ini mereka ingin foto bersama.

                        Berdasarkan bentuk “batrei mo mati”,walaupun Ella tidak   secara langsung menolak Yane tetapi dengan kata tersebut     memiliki          fungsi

            bahwa handphone  miliknya tidak ingin  dipinjamkan  dan penolakan         secara baik agar teman-temannya tidak berfoto menggunakan           handphonenya. Jadi fungsi tuturan pada data 15 “ matrei mo mati”             berfungsi sebagai penjelasan secara rinci. Dengan demikian            konteksnya      dapat dilihat bahwa handphone milik Ella dipakai             untuk berfoto sehingga percakapan itu terjadi dan penjelasan pun             secara rinci terlihat     jelas.

 

    16). Konteks : percakapan antara Yopi dan Barnes terjadi pagi hari        dimuka ruangan kuliah kelas A pada saat Yopi sedang duduk sambil mengisap roko dan memegang hanphone. Kemudia Barnes lewat di depannya, dan ia memangil Barnes. Terjadilah percakapan singkat di keduanya.

  

                Yopi   : “Mari duduk dolo!”.

                         (Sini duduk dulu !)

             Barnes: “Beta buru-buru pot”

                          (saya buru-buru teman)

            Yopi    : Se jua sekarang su paling sombong lai”.

                            (sekarang kamu sudah sombong)

 

 

                        Percakapan antara Yopi dan Barnes terjadi siang hari dimuka          ruangan kuliah kelas A pada saat Yopi sedang duduk sambil          mengisap rokok dan memegang Handpone. Bentuk tuturan “ Se      jua sekarang su paling sombong lai” mengacu pada seseorang dalam tuturan lain yang menjelaskan seseorang yang kelihatan tinggi diri bukan berarti Barnes tinggi diri, tetapi tidak sengaja Yopi         menuturkan tuturan itu kepada Barnes.

                        Hanya karena Barnes sibuk sehingga tuturan “beta buru-   buru     pot e” yang dituturkan Barnes, rupanya dia menolak ajakan Yopi untuk duduk bersama. Jadi fungsi tuturan pada data 16             “beta buru-buru pot e” merujuk bahwa ia sedang sibuk berfungsi   sebagai penjelasan secara rinci sehingga ia tidak bisa menerima        tawaran Yopi, tanpa ia mengatakan sibuk mitra tutur pun  dapat             memahami maksud ujaran yang disampaikan oleh Barnes.                                       Sedangkan dilihat dari Konteks  dapat digambarkan Jika dia      duduk bersama dengan Yopi, maka dia tidak dapat melanjutkan             perjalanannya yang lagi menumpuk. Jika duduk dengan Barnes       duduk dengan Yopi maka pekerjaannya tidak akan selesai.

             

    17).  Konteks :  percakapan antara Ella dan Nevi pada saat ibadah PMK             di dalam ruang kuliah kelas B. Namun pada saat itu ibadah belum            mulai. Ella sedang duduk sambil memegang kertas untuk dijadikan         kipas.   Tak lama datanglah Nevi dan terjadilah percakapan.

 

            Nevi: “Panas lawang e  ”.

                      (Sangat panas sekali)

            Ella:  Seng ada kertas labe-labe lai, satu par beta sa ni

                     (Tidak ada kertas lebih, ini hanya satu untuk saya)

 

                        Dari percakapan Nevi dan Ela, pernyataan Ella menyatakan            bahwa bentuk “ panas lawang e” mengacu pada  suhu atau suasana             pada saat itu    panas akibat    terik matahari. Hubungan antara Nevi      dan Ella adalah teman dekat   karena mereka satu angkatan sehingga          Secara tidak langsung ungkapan pragmatik yang di ujarkan Nevi agar Ella memberinya kertas untuk dijadikan kipas namun sebagai            mitra tutur si Ela memahami dan mengerti maksud yang dari Nevi,            sehingga ia memberi jawaban bahwa tidak ada kertas lebih, hanya             satu untuk dirinya.

                        Jawaban itulah menandakan bahwa mitra tutur paham akan kondisi, yang   mana Nevi merasa panas sehingga kertas adalah solusi   untuk   dijadikan kipas, analisis pragmatik pada konteks ini dapat dilihat             pada saat Nevi  mengatakan   Panas lawang e”       sebagai mitra tutur Ella paham apa yang dimaksudkan.

                        Demikian Konteks      tuturan “Seng ada kertas labe-labe    lai, satu par beta sa ni” jadi fungsi tuturan pada data 17    berfungsi memberikan keterangan mengenai keadaan atau   kondisi            penutur.

                        Keadaan penutur dalam konteks tersebut digambarkan         dengan wajah yang terlihat kepanasan. Karena itulah konteks pada          tuturan diatas  berfungsi memberikan keterangan yang             menggambarkan kondisi peserta tutur. Pada saat itu merasa sangat panas.

 

    18). Konteks : Percakapan antara Ebi dan Rut terjadi pagi hari dimuka    ruangan kuliah kelas A pada saat itulah percakapan terjadi.

 

            Ebi : “ Ha pas ada dia. Rut iko gerak jalan jua e?”

                        (ya tepat ada dia. Rut ikut gerak jalan ya?)

            Rut : “ Beta ada saki e. Jang mara e”.

                      (saya sedang sakit. Maaf ya !)

 

                        Wacana tuturan diatas adalah sebuah ungkapan yang            disampaikan oleh Ebi terhadap Rut, yang dimana Ebi menyuruh   Rut mengikuti gerak jalan namun ditolak oleh Rut. Wacana tuturan             diatas   adalah sebuah ungkapan yang disampaikan oleh Ebi terhadap          Rut, yang dimana Ebi menyuruh Rut mengikuti gerak jalan namun ditolak oleh Rut. Oleh karena pada tuturan Rut “ Beta ada saki, jang     marah” menandakan sebagai bentuk keterangan bahwa dirinya sakit          dan tidak ingin terlibat dalam acara dimaksud. Jadi fungsi tuturan    pada data 18 berfungsi memberikan keterangan.

                        Berdasarkan fungsi “beta ada sakit” merujuk pada keterangan yang berarti dia tidak ingin mengikuti gerak jalan tersebut. Sehingga berdasarkan analisis ini maka yang menjadi        konteks dalam wacana mengacu pada ungkapan percakapan adalah             “Rut ikut gerak jalan ya. dilihat dari kedua percakapannya hubungan       antara Eby dan Rut adalah      teman dekat karena satu angkatan      sehingga percakapan berlangsung secara baik dan jelas dalam suatu   komunikasi.

              

    19).  Konteks  percakapa terjadi  siang  hari  di depan ruangan   kelas      matematika. Peserta tuturan memiliki hubungan yang sangat         akrab. Tuturan terjadi sangan santai. Pada  saat  tuturan  terjadi             penutur berbicara dengan wajah yang bersungut-sungut sambil        mengucapkan  kata lapar.

            Siska      :  Ada yang balom makan

                                     (ada yang belum makan)

                Abigael  :  ada, beta Meliati dan Eflin. Lapar

                                      (Ada, saya Meliati dan Yane.lapar)

                Siska    :    Mau makan kaseng

                             (mau,  makan atau tidak)

 

                        Konteks percakapan terjadi siang hari di depan ruangan       kelas matematika peserta tuturan  memiliki hubungan yang        sangat akrab. Tuturan terjadi sangan santai. Pada saat tuturan  terjadi  mitra             tutur berbicara dengan wajah yang bersungut-sungut sambil            mengucapkan  kata lapar. Bentuk pada kata “ Lapar” menandakan       bahwa dirinya dan beberapa teman juga lapar dan harus segera              makan.

                        Tuturan diatas dapat dilihat  bahwa peserta tutur memiliki   hubungan yang sangat akrab. Tuturan Siska “Mau makan kaseng” artinya Siska menawarkan teman-temannya untuk ikut makan             bersama dengannya. Jadi fungsi konteks pada data tuturan 19          berfungsi memberikan keterangan. Fungsi konteks dapat memberikan keterangan bahwa  keadaan atau kondisi mempengaruhi         penutur. Sehingga tindakan nonverbal dalam konteks yang dilakukan            menggambarkan mitra tutur berbicara dengan wajah yang bersungut-           sungut sambil mengucapkan kata lapar. Keadaan penutur dijelaskan             dalam konteks  ini  mencerminkan kondisi  yang  dialami. Keadaan            terjadi karena mitra tutur merasa lapar dan ingin ikut makan bersama dengan teman-temannya. Konteks ini berfungsi sebagai keterangan       yang menggambarkan kondisi atau situasi suatu peserta penutur,     yaitu kondisi fisik dan psikologi.

 

    20). Konteks : percakapan Siska dan Yane terjadi pagi hari saat Yane     sedang duduk dengan teman-temannya dan tiba-tiba Siska datang dan  menghampiri mereka di depan ruangan kaprodi.

 

            Siska    : Kamareng es pisang ijo enak ka seng?

                        (es pisang Hijau kemarin enak tidak ?)

            Yane    : Paleng enak tamang, apalagi kalo se tamba es batu sadiki

                         (sangat enak teman, apalagi kalau ditambahkan sedikit es                            batu)

 

                        Wacana tuturan diatas adalah sebuah ungkapan yang            disampaikan    oleh siska kepada Yane, Berdasarkan analisis     konteks dari wacana  percakapan diatas, bentuk secara langsung    tuturan yang dituturkan oleh            Yane “ paleng enak tamang e, apalagi           kalo se tamba es batu sadiki”. Jadi fungsi tuturan pada data 20    berfungsi memberikan penjelasan secara rinci bahwa es pisang hijau          enak tamang e, apalagi kalo tamba es batu sadiki.

                        Dalam tuturan tidak ada sama sekali tuturan yang bermaksud          mengkritik es pisang hijau yang di buat Yane, tetapi berdasarkan            Analisis Pragmatik, bisa saja es yang dibuat Yane terlalu kental             sehingga harus ditambahkan es batu agar nantinya saat es larut,       rasanya menjadi pas ataupun Es pisang Hijau tersebut kurang dingin sehingga kenikmatan es kurang pas sehingga ujaran tersebut             dinyatakan. Hubungan antara Yane,   Siska dan teman-temannya     adalah satu angkatan dan pada saat itu Yane          sedang duduk bersama            dan datanglah Siska menghampiri mereka dan terjadilah percakapan.

 

    21). Konteks : Percakapan antara Gres dan Mei  terjadi siang hari di       gasebo atau sering disebut dengan istilah lain rumah payung.

 

            Gres  : “Sabantar baganti lah katong pi nonton pesta e”

                        (Sebentar ganti pakaian lalu kita pergi nonton pesta ya)

            Mey : “Beta besok  pagi sibuk e”

                        (saya, besok pagi sibuk)

 

 

                        Dari percakapan antara Gres dan Mey, berdasarkan analisis             konteks : jika dilihat tidak ada keterkaitan antara ajakan Gres dan          Mey     karena Konteksnya Gres mengajak Mey untuk menonton             pesta,dan Mey sebagai mitra tutur mengatakan “beta besok pagi     sibuk e” sebagai bentuk bahwa besok dirinya sibuk di pagi hari.         Jawaban tersebut mengacu pada penolakan secara tidak langsung ia             memberikan penjelasan secara rinci mengenai permintaan dari Gres.          Jadi fungsi tuturan pada data 21 yaitu memberikan penjelsan secara   rinci.

                        Bahwa fungsi ujaran yang di ujarkan Mey merupakan                      penolakan secara tidak langsung memberikan penjelasan secara rinci           bahwa dirinya memiliki kesibukan di pagi sehingga memonton pesta          hingga larut bisa mengakibatkan tidur larut malam dan terlambat    bangun, atau hal lainnya, karena besok pagi dia sibuk sehingga jika    menonton pesta dengan Gres hingga Larut besok dia melakukan       aktivitas tidak maksimal dan Faktor   yang lain mungkin Mey tidak             menyukai ajakan tersebut.

                        secara konteks pertanyaan dan jawaban dari objek penutur   tidak    saling berkaitan namun dilihat secara konteks pragmatik        secara keselurahan kedua ujaran saling berkaitan, penolakan secara            langsung namun Jawaban sebagai keterangan  yang diberikan Mey             dapat   dipahami oleh Gres sebagai mitra tutur dan           memahami      maksud dari Mey. Hubungan antara Mei dan Gres adalah saudara             kandung sehingga  percakapan berlangsung secara baik dalam         konteks.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

5.1       KESIMPULAN

 

Berdasarkan paparan dan pembahasan hasil analisis data  di Universitas Pattimura Ambon Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagaimana telah jeaskan dan di paparkan dalam BAB IV,

Dapat penulis simpulkan adanya dua puluh satu bentuk dan empat fungsi konteks tuturan pragmatik dalam percakapan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menggunakan pendekatan kajian pragmatik.

Penulis menemukan empat fungsi konteks situasi dalam menentukan maksud berbahasa  yang terdiri dari . 1. Fungsi memberikan informasi terdapat (8) data. 2. Fungsi  memberikan penjelasan rinci terdapat (8) data. 3. Fungsi memberikan penegasan terdapat (2) data.

4. Fungsi memberikan keterangan terdapat (3) data.

 

5.2       SARAN

 

Berdasarkan hasil analisis data serta kesimpulan yang telah penulis kemukakan di atas, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1.         Dalam penelitian ini peneliti hanya menemukan empat fungsi konteks. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat menemukan fungsi konteks situasi yang lebih memadai.

2.         Diharapkan agar Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia  dapat memahami setiap maksud tutur yang dituturkan oleh teman bicara agar tidak terjadi salah maksud tutur dalam sebuah percakapan.

3.         Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi peneliti lain yang membahas tentang bentuk dan fungsi konteks dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda, ataupun data yang berbeda.

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAFTAR NAMA DOSEN PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNPATTI.

Contoh Skripsi (ANALISIS WACANA KRITIS MODEL NORMAN FAIRCLOUGH PADA TEKS FACEBOOK GRUP NEW PILAR SBT)

Contoh Skripsi (TINDAK TUTUR DIREKTIF PENJUAL DAN PEMBELI DALAM GRUP FACEBOOK KOBISONTA DAGANG)