Bentuk tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia.

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi atau alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain agar mereka dapat mengerti apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, bahasa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena bahasa dan pikiran manusia sangatlah berhubungan erat. Melalui bahasa, manusia bisa menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, dan ide baru. Manusia juga dapat menerima pengetahuan, informasi, berita, atau pesan-pesan melalui bahasa. Bahasa dalam proses komunikasi dan berinteraksi sangat diperlukan oleh setiap manusia, bahkan selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatannya. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya secara normal. Menurut Kridalaksana (1984:24), bahasa adalah sistem arbiter yang digunakan untuk bekerja sama, berinteraksi, atau mengidentifikasi diri. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, menjadikan bahasa sebagai media penyampaian pesan pada media-media cetak dan elektronik, seperti majalah, koran, dan televisi.

Efendi (1993:34), menyatakan bahwa bagian dari media komunikasi yang sangat berhubungan erat dengan kehidupan manusia adalah televisi. Televisi sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian masyarakat luas bahkan sampai masyarakat di daerah terpencil. Televisi sebagai bagian dari media audio visual, menyampaikan pesan berupa suara dan gambar bergerak, sehingga mudah diterima oleh para penonton, serta menjadi hiburan dalam keluarga setelah melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Seiring perkembangannya, proses komunikasi melalui media massa bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu menggunakan media elektronik maupun media cetak. Namun, media yang paling digemari oleh masyarakat pada umumnya adalah media elektronik, karena banyak media yang dapat menunjang ketercapaian seseorang untuk mengakses suatu kabar atau pemberitahuan dengan menggunakan media elektonik, dan tidak perlu untuk susah payah dalam mengaksesnya. Media itu antara lain, televisi, handphone dan internet. Salah satu manfaat internet yaitu sebagai media informasi dan hiburan. Informasi dan hiburan pada televisi yang kita nonton, bisa juga kita menontonnya pada sebuah aplikasi yang ada pada handphone yaitu YouTube. YouTube sudah mulai menyaingi televisi sebagai sarana media yang paling sering diakses pengguna internet. Pengguna internet sering menggunakan YouTube untuk menonton sebuah acara yang tidak sempat mereka tonton secara langsung ketika disiarkan di televisi atau sebuah acara yang sudah pernah ditonton, namun ingin menontonnya kembali untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan, berita, sinetron ataupun komedi.  

Istilah stand up comedy yang dilakukan oleh satu orang sudah sering didengar orang. Sebuah seni pertunjukan komedi yang dilakukan oleh satu orang di atas panggung itu disebut dengan komika. Menurut Pragiwaksono (2012), stand up comedy itu berangkat dari observasi, melihat fenomena sosial, menganalisis dan membahasnya secara monolog yang lucu. Pemilihan stand up comedy sebagai bahan penelitian adalah karena dalam acara stand up comedy ini bukan hanya tontonan yang menghibur saja, tetapi lawakan yang dilontarkan oleh komika ada kritik atau pesan yang disampaikan, sehingga keberadaan acara ini membawa pengaruh terhadap pemikiran para penonton karena setiap tema yang dibicarakan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari sosial, politik, budaya, dan pendidikan, yang menarik untuk diteliti lebih dalam. 

Stand up comedy adalah acara humor tunggal yang ditayangkan di stasiun televisi Kompas Tv. Acara ini mulai tayang pada tahun 2011 hingga 2021 dari musim pertama sampai musim ke-9 dan tayang setiap hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Pada acara stand up comedy ini penulis mengambil tayangan stand up comedy pada musim ke-4 tahun 2014 yang tayang setiap hari Kamis pukul 22.00 WIB, dengan durasi waktu yang diberikan untuk melawak adalah 3-7 menit, dan durasi tayangan acara stand up comedy adalah 60-120 menit. Peneliti menganalisis video dengan menonton kembali tayangan ulang melalui handphone lewat aplikasi Youtube. Penulis tertarik dengan cara berkomedi dari pemenang kedua stand up comedy Indonesia Kompas Tv pada musim ke-4 tahun 2014 yaitu Abdurrahim Arsyad atau yang lebih dikenal dengan nama Abdur Arsyad yang berasal dari Larantuka Nusa Tenggara Timur. Alasan peneliti memilih Abdur Arsyad sebagai objek penelitian ini adalah karena Abdur Arsyad merupakan seorang komedian yang tuturan komedinya banyak mengandung tindak tutur ilokusi. Ciri khas pada Abdur ketika berkomedi ialah semua materi yang disampaikan selalu mengangkat tema kritik sosial dan keprihatinan, juga keresahannya akan fenomena yang terjadi dalam masyarakat, lebih khusus pada daerah asalnya di Indonesia Timur.

Peneliti memilih judul Bentuk Tuturan Ilokusi Komika Abdur Arsyad dalam Acara Stand Up Comedy Indonesia karena acara stand up comedy oleh komika Abdur Arsyad menyajikan tuturan-tuturan mengenai berbagai masalah di Indonesia, terlebih khusus pada daerah NTT. Abdur membawakan stand up comedy dengan logat khas NTT. Lawakannya bertujuan untuk mengkritik, menyampaikan berbagai keluhan, juga keresahannya terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya, dan tuturan dalam stand up comedy yang ia bawakan banyak mengandung tuturan ilokusi seperti pada beberapa contoh berikut :

Tuturan 1. “Enam kali sudah kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif mengeluh. Penutur menggunakan istilah nahkoda sebagai perumpamaan untuk menyebutkan presiden atau pemimpin negara kita, karena seorang nahkoda saja yang bisa mengambil keputusan ke mana arah kapal akan dijalankan. Tugas seorang pemimpin negara sama dengan tugas seorang nahkoda, yaitu sama-sama membawa dan menentukan arah suatu negara, dan penutur menyebutnya “kapal tua.” Penutur menyatakan jika sudah enam kali Indonesia mengganti presiden tetapi Indonesia kita masih sangat jauh dari kata sejahtera, lebih khusus kita yang berada di bagian Indonesia Timur karena sangat tertinggal dalam masalah pembangunan infrastruktur, listrik dan jaringan internet, dan masih banyak lagi masalah-masalah lainnya yang menandakan bahwa Indonesia masih belum sejahtera.

Tuturan 2. “Teman-teman, data dari Polda Metro Jaya tahun 2011, Jakarta ini adalah daerah dengan tingkat kriminalitas paling tertinggi, paling tinggi di Indonesia, dan tahun ini itu terancam menjadi lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4. Teman-teman, saya punya keluarga datang 4 orang berarti kapak di luar ada 4 bis, di bawah bangku situ itu saya punya mama ada simpan parang, beliau ada tunggu momen itu.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur komisif “mengancam.” Pada tuturan “Jakarta ini adalah daerah dengan tingkat kriminalitas paling tertinggi, dan tahun ini itu terancam lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4” penutur mengancam jika tahun 2014 ini Jakarta terancam akan menjadi daerah tingkat kriminalitas tertinggi jika penutur tidak menjadi juara SUCI 4, sebab para keluarganya sudah menyiapkan benda-benda tajam yang bisa melukai siapa saja yang tidak mendukung penutur untuk mendapatkan juara pertama pada acara Stand Up Comedy Indonesia 4. Walaupun tuturan ini adalah sebuah lelucon semata, tetapi tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur komisif mengancam.

Tuturan 3. “Huuuu, asikk asikk asikk, Assalamualaikum, Wr, Wb. Teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini tidak berarti. Setiap tawa kalian yang ada di ujung materi itu adalah semangat bagi kami.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif mengucapkan “terima kasih.” Pada tuturan “teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini tidak berarti. Setiap tawa kalian yang ada di ujung materi itu adalah semangat bagi kami” penutur menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para penonton yang sudah mendukung setiap komika yang tampil, lebih khusus penutur sendiri sebab telah mendapat perhatian penuh dan fokus dari para penonton selama penutur tampil di atas panggung.

Penutur dalam komunikasi tentunya mempunyai tujuan dan makna yang berbeda sesuai dengan kondisi pada saat penutur menyampaikan tuturannya. Artinya, segala tuturan yang disampaikan oleh penutur penutur memiliki arti. Penting untuk mengetahui bentuk tindak tutur humor yang digunakan komika dalam stand up comedy, seperti halnya ketika seorang komika menyampaikan pesan kepada khalayak, karena seorang komika tidak selalu mengatakan apa yang dimaksudkan, sama dengan apa yang dikatakan. Ketidaksesuaian tuturan komika dengan konteks, maka pesan yang disampaikan komika kepada khalayak tidak akan dimengerti. Dengan mengetahui maksud yang terkandung dalam pesan yang disampaikan, khalayak pun dapat melakukan tindakan yang cocok dengan apa yang dimaksudkan oleh komika tersebut, sehingga akhirnya dapat tercapai kesamaan makna antara komika dan khalayak.

Materi yang disampaikan biasanya dibuat berdasarkan tema yang telah ditentukan sebelumnya. Wacana tersebut biasanya dapat berupa fenomena yang sedang resmi dibicarakan, masalah politik maupun sosial, sampai masalah percintaan anak muda saat ini. Materi yang ada, dikemas secara menarik dan mengandung humor tentunya, agar audiensi tertarik menyimak dari awal hingga akhir.

Pemilihan pragmatik sebagai landasan teori berdasarkan alasan bahwa ilmu pragmatik ialah cabang ilmu bahasa yang mempelajari bentuk suatu bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana bagian dari kebahasaan itu dipakai untuk menyampaikan berbagai informasi (Wijaya, 2008:4). Pemilihan teori tindak tutur sendiri karena penggunaan bahasa oleh Abdur Arsyad banyak terdapat bentuk tindak tutur ilokusi yang terkandung di dalam tuturannya yaitu mengkritik, mengeluh, mengancam, menyatakan dan lain-lain, maka dalam tuturan Abdur ini berhubungan dengan tindak tutur ilokusi.

Keresahan yang ada pada Abdur dikemas dengan cara berkomedi, juga bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat. Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud tuturan. Berbeda denga lokusi dan perlokusi, tindak tutur ilokusi tidak mudah diidentifikasikan. Keadaan ini timbul karena ilokusi itu berhubungan dengan siapa yang berbicara kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur itu dilaksanakan, dan lain sebagainya. (Rustono 1999:3). Dengan demikian tindak ilokusi memegang peran penting agar dapat memahami tindak tutur. Karena itulah tindak tutur ilokusi perlu dikaji lebih dalam lagi agar tindak tutur dapat dipahami dengan baik. Jadi penelitian ini mengarah pada upaya menentukan tindak tutur ilokusi yang terdiri atas representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif dengan cara mengamati tuturan yang diucapkan oleh Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia.

 

 

 

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia?

1.3  Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia.

1.4  Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.      Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu pragmatik, khususnya bentuk tindak tutur ilokusi.

2.      Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi:

a.       Pembaca, dapat menambah pengetahuan dalam bidang pragmatik terutama pemahaman tentang bagaimana tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam acara stand up comedy Indonesia.

b.      Peneliti, dapat mengetahui tentang tuturan ilokusi apa saja yang dituturkan oleh komika Abdur Arsyad.

c.       Peneliti lain, dapat dijadikan sebagai dasar melanjutkan penelitian ini dalam kajian yang berbeda.

 

 

BAB II

PERSPEKTIF TEORETIS DAN KAJIAN PUSTAKA

 

2.1  Perspektif Teoretis

Pada bagian 2.1 ini, penulis akan menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2.1.1 Definisi Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Menganalisis maksud pengguna bahasa dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri (Yule, 2014:3).

Wijaya (1996:2) dalam bukunya Dasar-Dasar Pragmatik menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, bagaimana satuan kebahasaan yang digunakan dalam komunikasi. Makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud penutur.

Levinson (1983:9) menyatakan bahwa “Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language”. ‘Pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasi atau ditandai (terlukiskan) di dalam truktur bahasa’.

Yule (1996:3) mengatakan bahwa “pragmatics is the study of contextual meaning”. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Studi ini akan melakukan pengiterpretasian makna sebuah tuturan dengan memperhatikan konteks pemakaiannya dan bagaimana konteks itu mempengaruhi penutur dalam menentukan suatu tuturan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal dan pemahaman konteks. Dari uraian di atas juga dinyatakan bahwa pragmatik sebagai ilmu keterampilan menggunakan bahasa. Dengan kata lain pragmatik sebagai keterampilan berpatokan pada kemahiran seseorang menggunakan bahasa yang komunikatif.

Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus yang memunculkan adanya konteks yang bisa menimbulkan perbedaan interpretasi dari penutur. Pragmatik merupakan salah satu variable yang memberikan pengetahuan tentang cara dan bagaimana suatu bahasa digunakan. Pragmatik disesuaikan dengan makna yang disampaikan sebagai representasi dari pemikiran penutur suatu bahasa. Pengertian pragmatik seringkali tertutupi oleh pengertian semantik yang memang mengacu pada analisis makna. Namun, perbedaan itu bisa sangat berbeda apabila dilihat dari makna dua hal tersebut. Pragmatik menganalisis makna memiliki definisi hanya sebagai ciri-ciri ungkapan dalam suatu bahasa tertentu yang tidak berpengaruh oleh latar belakang situasi dan kondisi, sedangkan semantik tidak menghubungkan makna dengan penutur bahasa dan bahasa yang dituturkannya.

Hubungan antara pragmatik dan tindak tutur atau speech act sangatlah erat. Tarigan (1986:34) menyatakan bahwa “telaah umum mengenai bagaimana konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan kalimat yang disebut pragmatik.”  Teori speech act merupakan bagian dari pragmatik, dan pragmatik pun merupakan bagian dari cabang linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks, dengan demikian pragmatik mencakup bagaimana pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpretasi ujaran-ujaran.

2.1.2 Konteks Situasi Tutur

Pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai sebuah tuturan. Menurut Wijana, (1996:10) dalam mengkaji makna suatu tuturan ada beberapa aspek situasi yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a.    Penutur dan Lawan Tutur

Konsep penutur dan lawan tutur mencakup peneliti dan pembaca dikarenakan tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin.

b.    Konteks Tuturan

Penelitian pragmatik selalu mempertimbangkan konteks suatu tuturan. Leech (1993:20) mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur menafsirkan makna tuturan. I Dewa Putu Wijana, (1996:11) menyebutkan bahwa konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dipahami oleh penutur dan lawan tutur. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.

Rustono (1999:19) menjelaskan bahwa konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana penjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi ekspresi dan situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Alwi et al. (dalam Rustono, 1999:20) menuturkan bahwa konteks terdiri atas unsur-unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana.

Di dalam peristiwa tutur ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan peristiwa tutur. Hymes (dalam Rustono,1999:20) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menandai dalam peristiwa tutur adalah 1) setting atau scene yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur; 2) participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain; 3) end atau tujuan; 4) act yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa tutur; 5) key yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam mengekspresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; 6) instrument yaitu alat atau sarana untuk mengekspresikan tuturan, apakah secara lisan, tulis, melalui telepon atau bertatap muka; 7) norm atau norma yaitu aturan permaianan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan sebagainya; yang lazim dikenal dengan singkatan SPEAKING. Selanjutnya Hymes (dalam Rustono, 1992:21) mengemukakan bahwa “ciri-ciri konteks yang relevan meliputi delapan hal yaitu: penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan tempat bertutur, ciri konteks, kode, amanat atau pesan, peristiwa atau kejadian.”

c.    Tujuan Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan makud yang sama. Begitu sebaliknya berbagai macam maksud dapat pula diutarakan dengan tuturan yang sama (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).

d.    Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Pragmatik selalu berhubungan dengan tindak verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu sehingga tuturan merupakan suatu bentuk kesatuan yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutarannya (Wijana, 1996:11).

e.    Tuturan sebagai Produk Tindakan Verbal.

Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa.

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal (bukan tindak verbal sendiri) (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).

2.1.3 Teori Tindak Tutur

Tindak tutur (speech act) merupakan teori yang mengkaji tentang makna bahasa yang didasarkan pada hubungan antara tuturan dengan tindakan yang dilakukan penuturnya. Tindak tutur merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara dan pendengar atau penulis dan pembaca serta apa yang dibicarakan. Bertutur dapat dikatakan sebagai aktivitas, karena hal tersebut kemungkinan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Tuturan merupakan sarana utama komunikasi dan memiliki makna yang nyata dalam komunikasi, dengan bentuk ujaran yang melibatkan dua pihak dalam suatu kondisi tertentu (Chaer, 2010:61).

Menurut Arifiany (2016:2), tindak tutur adalah perilaku berbahasa seseorang yang berupa ujaran dalam sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi, tindak tutur yang terhitung jumlahnya dan dikategorikan menjadi lima jenis yaitu representatif, direktif, ekspresif komisif dan deklarasi. Teori tindak tutur pertama kali dicetuskan oleh Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh Searle (1969).

Tuturan yang memiliki sifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu dikatakan sebagai tindak tutur (Chaer dan Agustina, 2010:50). Tindak tutur memiliki maksud dan tujuan tersendiri, yang merujuk pada pengaruh atau aktivitas terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Konsep tindak tutur pertama kali dicetuskan oleh Austin (1962:1-11) dalam bukunya How to Do Things with Word. Austin memilah 3 bentuk tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindakan dalam menyampaikan sesuatu dengan kata dan kalimat yang cocok dengan arti yang terdapat di dalam kamus, (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang berisi maksud, berhubungan dengan siapa yang berbicara kepada siapa, kapan, dan dimana tindak tutur itu dilakukan, dan sebagainya, (3) tindak tutur perlokusi, ialah tindak tutur yang penyampaiannya mempunyai maksud untuk mempengaruhi mitra tutur.

2.1.4 Jenis-jenis Tindak Tutur

Ketika seseorang terlibat percakapan dengan seorang yang lain secara sengaja, maupun tidak, kedua orang tersebut telah melakukan proses tindak tutur, baik berupa tindakan melaporkan, menyarankan, atau menjanjikan. Secara pragmatis, tindak tutur dibedakan atas 3 macam tindakan yang dapat dibentuk oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

2.1.4.1 Tindak Tutur Lokusi

Tindak lokusi ialah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini diucapkan dalam bahasa Inggris menjadi The act of saying something. Rahardi (2005:35) menyatakan bahwa tindak lokusioner ialah tindak tutur dengan kata, gabungan kata, dan kalimat yang cocok dengan arti yang tercantum dalam kata, gabungan kata, dan kalimat itu. Tindak lokusi adalah tindak untuk menyatakan sesuatu (Wijana 1996:17). Pernyataan tersebut sejalan dengan Rustono (1999:35) bahwa lokusi atau lengkapnya tindak lokusi yaitu tindak tutur yang mempunyai maksud untuk memberitahukan sesuatu. Tindak lokusi tidak mempersoalkan arti atau fungsi tutur. Penjelasan yang disampaiakan berkaiatan dengan lokusi ini adalah apakah arti tuturan yang diucapkan itu. Lokusi semata-mata tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata-kata di dalam kamus.

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dinilai sangat simpel untuk diidentifikasikan sebab pengidentifikasiannya lebih dapat dilakukan tanpa menyertakan maksud tertentu. Tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranannya untuk memahami tindak tutur (Lihat Parker dalam Wijana 1996:18). Contoh: “Badan saya lelah sekali.” Penutur dalam kalimat ini menginformasikan kepada lawan tutur bahwa penutur merasa badannya sangat lelah sekali, tanpa ada maksud tertentu kepada lawan tuturnya untuk harus memerhatikan penutur, seperti dipijit oleh lawan tuturnya.

2.1.4.2 Tindak Tutur Ilokusi

Austin (dalam Rustono, 1999:35) menyatakan kalau tindak ilokusi ialah tindak untuk mengerjakan sesuatu. Tindak ilokusi yaitu tindak tutur yang berisi maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono 1999:37). Tindak tutur ini sering disebut The act of doing something.

Contoh: Udara hari ini sangat panas. Pada tuturan ini, penutur memberitahu kalau penutur meminta supaya pintu atau jendela segera dibuka, atau meminta mitra tuturnya untuk menyalakan kipas angin.

Tindak tutur ilokusi dibagi atas 5 jenis oleh Searle dalam (Rohmadi, 2004:32). Kelima jenis itu ialah tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif dan deklarasi. Berikut penjelasannya.

1.    Tindak Tutur Representatif

Representatif ialah tindak tutur yang membawa penuturnya pada kenyataan akan kejadian yang dikatakannya. Bentuk tindak tutur ini bisa dikatakan dengan tindak tutur asertif. Yang tergolong tindak tutur jenis ini ialah tuturan mengungkapkan, memaksakan, menyetujui, membuktikan, memberitahukan, memberikan kesaksian, menyebutkan, memperkirakan. Contoh jenis tuturan ini adalah “Kota Ambon sangat indah pada malam hari, karena banyak lampu natal menghiasi sepanjang jalan.” Tuturan tersebut termasuk tindak tutur representatif sebab berisi keterangan dari penuturnya pada kebenaran akan isi tuturan tersebut yaitu pada kenyataan bahwa pada bulan Desember ini, untuk menyambut kelahiran Yesus Kristus semua warga Kota Ambon menghiasi setiap jalan dengan kerlap kerlip lampu natal yang indah.

2.    Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif ialah tindak tutur yang mempunyai maksud supaya mitra tutur melaksanakan tindakan sama seperti apa yang dikatakan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif dikatakan juga dengan tindak tutur impositif.  Yang tergolong dalam bentuk tindak tutur ini diantaranya ialah tuturan meminta, mengajak, mendesak, mengusulkan, memerintahkan, menagih, menyuruh, memohon, menantang, memberi aba-aba. Contohnya adalah “Bukalah jendela itu aku sangat kegerahan.” Contoh yang terbilang ini tergolong dalam tindak tutur jenis difektif sebab tuturan itu dituturkan dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang disebutkan dalam tuturannya yakni menyuruh untuk membuka jendela. Indikator dari tuturan direktif yaitu suatu reaksi yang dibuat oleh mitra tutur sesudah mendengar tuturan yang dikatakan oleh penutur.

3.        Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ini disebut dengan tindak tutur evaluatif. Tindak tutur ekspresif ialah tindak tutur yang maksud dari penuturnya diartikan sebagai pertimbangan atas kejadian yang diucapkan dalam tuturan tersebut, antara lain tuturan mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan, dan mengkritik. Tuturan “Saya sudah bersusah payah untuk membuat lukisan ini sebagai tugas akhir saya, tapi kenapa kamu merusaknya dek?” Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ekspresif menyalahkan yang dimaksudkan sebagai ulasan mengenai apa yang dituturkannya, yaitu sudah bersusah payah membuat lukisan untuk tugas akhir tetapi dirusak oleh adiknya. Contoh tuturan lain ialah “Suaramu bagus sekali yah” (memuji), “Semua ini gara-gara kamu, kalau saya kamu tidak ceroboh kita pasti bisa mendapat juara 1” (menyalahkan), “Selamat yah atas gelarnya, diberkati selalu” (mengucapkan selamat).

4.        Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melakukan apa saja yang diucapkan dalam setiap ujarannya, misalnya bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan. Contoh tindak tutur komisif berjanji adalah “Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.” Tuturan itu mengikat penuturnya untuk mampu menepati janjinya agar tidak mengulagi lagi kesalahan yang dibuatnya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk harus menepati janji yang telah dituturkannya.

5.        Tindak Tutur Deklarasi

Tindak tutur deklarasi yakni tindak tutur yang mempunyai maksud agar penuturnya membentuk keadaan (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Yang tergolong dalam jenis tuturan ini ialah tuturan dengan arti mengesankan, menghalangi, membatalkan, melarang, mengakui, mengizinkan, mengatur, mendukung, memaafkan. Tindak tutur deklarasi dapat dilihat dari contoh berikut ini:

a)    “Saya tidak jadi pergi sebab kurang enak badan” (membatalkan)

b)   “Ibu memaafkan kesalahanmu” (memaafkan)

c)    “Bapak mengizinkanmu untuk pergi bersama teman-temanmu” (mengizinkan).

 

 

2.1.4.3 Tindak Tutur Perlokusi

Tindak perlokusi ialah tindak tutur yang pengutarannya dimaksudkan untuk memengaruhi lawan tuturnya. Tidak tutur perlokusi disebut sebagai The act of affecting someone. Tuturan yang disampaikan oleh seorang penutur selalu mempunyai dampak atau daya pengaruh (perlocutinary force). Dampak yang diperoleh sering mengujarkan sesuatu itulah bagi Austin dinamakan tidak perlokusi (Lihat Rustono, 1999:36). Akibat dari tuturan itulah bisa ditimbulkan bagi penutur secara sengaja ataupun secara tidak sengaja. Tindak tutur yang perkataannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur inilah menjadi tindak perlokusi.

Terdapat sebagian kata kerja yang menandai tindak perlokusi. Menurut Leech (dalam Rustono, 1999:37), kata kerja diantaranya ialah merayu, membohongi, memaksa, membujuk, membuat marah, menggangu, memuaskan, mempermalukan, manarik perhatian, dan sebagainya.

Tindak pelokusi juga sulit dideteksi sebab wajib menyertakan kondisi tuturannya. Jadi bisa dijelaskan bahwa setiap perkataan dari seorang penutur mengharuskan sekali agar yang terkandung di dalam tuturan tersebut hanya ilokusi saja, dan perlokusi saja, tetapi tidak menutup kemungkinan pula kalau satu tuturan berisi keduanya atau juga tiga-tiganya sekaligus. Contoh: Ada hantu! Tuturan ini memiliki akibat dari tuturan yang ditimbulkan, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.

 

2.1.5 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan adanya fungsi dari bahasa tersebut, maka tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sebuah tindak tutur, tindak ilokusi juga memiliki fungsi ilokusi. Menurut Leech (1983:1004), fungsi ilokusi dibagi atas 4 macam sebanding dengan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa sopan santun. Adapun fungsi tindak ilokusi antara lain kompetitif (competitive), menyenangkan (convivial), bekerja sama (collaborative), dan bertentangan (cinflictive). Fungsi-fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1.    Kompetitif (bersaing)

Searle (dalam Leech, 1983:104) mengungkapkan bahwa fungsi kompetitif ialah tuturan yang pada dasarnya tidak bertatakrama (discourteous), misalnya meminta menggunakan sikap memaksa, akhirnya disini melibatkan sopan santun. Fungsi ilokusi kompetitif ini, sopan santun mempunyai sifat negatif dan bersaing dengan tujuan sosial misalnya memerintah (commanding), meminta (requesting), menuntut (demanding), dan mengemis (begging).

2.    Konvivial (menyenangkan)

Fungsi konvivial atau menyenangkan adalah tuturan yang bertatakrama. Tujuan ilokusi searah dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini, sopan santun makin positif wujudnya dan mempunyai tujuan untuk mencari peluang agar lebih santun, misalnya menawarkan, mengajak, memanggil, menyampaikan terima kasih, dan mengucapkan selamat.

3.    Kolaboratif (kerja sama)

Fungsi kerja sama tidak menyertakan sopan santun, sebab dalam fungsi ini, sopan santun tidak penting. Tujuan dari ilokusinya tidak menyertakan tujuan sosial; misalnya menyatakan, melaporkan, mengumumkan, dan mengajarkan.

4.    Konfliktif (bertentangan)

Fungsi bertentangan ini tidak berisi unsur sopan santun sama sekali sebab fungsinya didasarkan pada tujuan untuk memicu kemarahan. Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya meneror, menyalahkan, mencaci maki, dan mengutuk.

 

2.1.6 Pengertian Stand Up Comedy dan Perkembangannya di Indonesia

Stand up comedy adalah seni pertunjukan komedi yang dilakukan oleh satu penampil (One man show) atau biasa disebut komika. Menurut Pragiwaksono (2012), Stand up comedy itu berangkat dari observasi, memotret fenomena sosial, menganalisis dan membahasnya secara monolog dan lucu. Komedi mungkin memang sudah dinikmati, tetapi ia sangat sulit didefinisikan. Hal ini sebagian besar disebebkan oleh keterbatasan definisi itu sendiri. Sebuah contoh definisi tentang komedi : komedi/komedi/n sandiwara yang penuh dengan kelucuan-kelucuan (yang tidak masuk akal); saniwara gembira komedi pertunjukan cerita yang dimainkan oleh orang; sandiwara; pertunjukan. Setidaknya syarat komedi adalah: 1) mengakibatkan ketawa, 2) akhir cerita yang gembira, 3) representasi dari kehidupan sehari-hari. Tapi sekalipun ketiga syarat ini dipenuhi, usaha untuk memberikan komedi masih agak sulit dikatakan berhasil.

Stand up comedy ialah komedi atau lawakan yang dilaksanakan di atas panggung oleh seseorang dengan menyampaikan berbagai kelucuan berdurasi 10-45 menit. Stand up comedy awal dikenal sejak abad ke 18 di Eropa dan Amerika Serikat.

Pelaku stand up comedy disebut dengan stand up comic atau comic (komika). Setiap komika membawakan cerita lucu, atau komentar dalam bentuk menyindir dengan pembawaan dan gerak gerik tersendiri yang disampaikan oleh komika tersebut. Saat akan naik ke atas panggung, setiap komika sudah membuat catatan tentang materi yang akan disampaikan nanti. (Nationalgeographic, 2012).

Materi stand up comedy yang hanya 1 orang untuk berdialog ialah hasil pengamatan, keresahan, dan juga tanggapan dari para komika yang dibalut dengan komedi. Hal tersebut yang membuat bentuk komedi ini dinamakan “stand up” comedy, di mana seseorang dapat menyampaikan pandangannya dengan terbuka terhadap sesuatu dengan cara yang menghibur, dan merujuk pada komika yang menyampaikan lelucon dengan cara berdiri.

Adapun istilah-istilah yang ada dalam stand up comedy ialah sebagai berikut:

1.    Joke telling: Melawak dengan memberikan cerita lucu, teka-teki, dan juga humor yang sudah dikumpulkannya dari macam-macam sumber.

2.    Bit: Dasar materi stand up yang mencakup set-up dan punchline.

3.    Set:  Dasar pementasan stand up umumnya terdiri dari sejumlah bit.

4.    Set-up: Sesi yang tidak lucu dari sebuah bit, biasanya dugaan atau dasar-dasar dari bit tersebut ke bagian yang lucu.

5.    Punchline: Bagian yang lucu dari sebuah bit. Dampak yang mengagetkan muka disebut punch-line dengan kalimat yang harus menonjol.

6.    Kill: Di saat kita berhasil membuat para penonton tertawa sepanjang babak pementasan.

7.    Bomb: Saat kita tidak mampu untuk membuat para penonton tertawa dengan lawakan kita. (Ensiklopedia, 2013)

Selain istilah di atas, ada juga teknik-teknik stand up comedy di antaranya:

1.    One liner

Bit pendek yang hanya terdiri atas 1-3 kalimat. Tekniknya sangat mudah namun membutuhkan pemikiran lebih keras daripada teknik lainnya karena satu bit pendek tersebut sangat diharapkan untuk bisa membuat penonton tertawa.

2.    Call back

Memakai punch-line pada bit yang terdahulu untuk dibawa kembali pada bit berikutnya.

3.    Rule of Three 

Cara pemakaian tiga kalimat dengan kalimat pertama dan kedua sebagai set up dan kalimat terakhir sebagai punch-line.

4.    Act out

Memakai gerakan dari anggota tubuh untuk mengganti kalimat dan umumnya mempunyai tahapan keberhasilan yang tinggi bila digunakan sebagai punch-line.

5.    Impersonation

Metode meniru para Tokoh terkenal. Peniruan ini bisa dalam bentuk gaya berbicara, setiap gerakan pada tubuh dan juga berbagai kata khas yang dimiliki.

 

6.    Riffing

Membawa para penonton agar ikut menjadi bagian dari joke. Kebanyakan dilakukan secara langsung.

7.    Roasting

Metode dalam stand up di mana setiap komika menjadikan seseorang sebagai korban tertawaan. Kebanyakan dari korban tertawaan yaitu bintang tamu, juri, dan teman komikanya sendiri yang menjadi bahan candaan komika. Pada situasi ini, orang yang diroasting telah menyetujuinya. https://www.lacasacomics.com/2014/04/beberapa-teknik-dalam-stand-up-comedy.html?m=1 diakses pada tanggal 10 November 2021. (sumber: pandji.com)

Biasanya Stand up comedy ini lebih banyak ditampilkan di kafe, bar, atau universitas. Namun, sejalan dengan semakin maraknya tren stand up comedy di Indonesia, bentuk komedi ini mulai ditayangkan di televisi. Apalagi, belakangan ini ajang pencarian bakat dalam bidang stand up comedy pun semakin banyak dan menarik perhatian masyarakat. Kelihatan dari perolehan poin dari program-program tersebut. Ada beberapa komika Indonesia yang berasal dari program tersebut juga makin dikenal seperti Raditya Dika, Panji Pragiwaksono, dan seorang komika asal NTT yang juga tidak kalah akan lawakannya yang mengocok perut yaitu Abdur Arsyad.

 

2.2  Kajian Pustaka

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkenaan dengan tindak tutur juga pernah dilakukan oleh Dwi Prasetyo (2009) dengan judul “Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV: Sebuah kajian pragmatik. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah (1) tindak tutur representatif meliputi subtindak tutur menyatakan dan melaporkan. (2) tindak tutur direktif meliputi subtindak tutur mengajak, memohon, menyarankan atau mengusulkan, memerintah atau menyuruh, dan menasehati. (3) tindak tutur komisif meliputi subtindak tutur menawarkan, menolak, mengancam, bersumpah dan berjanji. (4) tindak tutur ekpresif meliputi subtindak tutur mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengkritik, menyalahkan, mengeluh dan memuji. Selain tuturan ilokusi terdapat beberapa macam implikatur percakapan yaitu menegaskan, menawarkan, memperingatkan, menyuruh dan melarang

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Elvi Sari Pulungan (2018) dengan judul “Analisis Tindak Tutur dalam Acara Stand Up Comedy Academy 3 Indosiar: Kajian Pragmatik. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah (1) 6 tuturan lokusi, 16 tuturan ilokusi, yaitu representatif, direktif dan ekspresif. Yang pertama representatif meliputi: menyatakan (7 tuturan), menunjukkan (1 tuturan), mengakui (2 tuturan), menyebutkan (1 tuturan), berspekulasi (1 tuturan) total 12 tuturan representatif. Kedua direktif meliputi: meminta (2 tuturan) total 2 tuturan direktif. Ketiga ekspresif meliputi: (2 tuturan) yaitu mengucapkan terima kasih (1 tuturan) dan mengkritik (1) tuturan total 2 tuturan ekpresif.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lurgardis Atulolon, Kanisius Rambut, dan Maksimilianus Doi dengan judul Illocutionary Acts In Abdur’s Stand Up Comedy Indonesia. Hasil menunjukan bahwa ada tiga kategori dalam tindak ilokusi dari ujaran-ujaran Abdur yakni asetif, direktif, dan ekspresif. Banyak ujaran Abdur termasuk dalam asertif, yakni berbicara tentang seorang pembicara yang berusaha untuk yakin dalam melakukan suatu keyakinan tertentu, ketika berbicara tentang fakta dari situasi yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang diekspresikan di dalam komedi. Ujaran-ujaran Abdur mempunyai keunikan tersendiri karena ujaran-ujaran tersebut mempunyai makna mendalam yang tersirat didalam komedi.

Kedua penelitian terdahulu ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkit dengan aspek ilokusi, tetapi dengn sumber data yang berbeda, sedangkan satu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lurgardis Atulolon, Kanisius Rambut, dan Maksimilianus Doi memiliki kajian yang sama dengan peneliti yaitu melihat aspek tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia, pada sesi 4. Sekalipun sama kajiannya, tetapi cara pandang kami berbeda dalam melihat tuturan ilokusi ini, sehingga penelitian ini tetap layak untuk dilakukan.

.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1  Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, dan tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang semua data berupa uraian-uraian tanpa angka. Uraian tersebut menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan dengan menarik kesimpulan berdasarkan analisis kualitatif.

Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri atau sifat yang disebut karakteristik. Menurut Bogdan dan Biglen dalam Moleong, (2012:9-12), ada 11 karakteristik penelitian kualitatif, tetapi penelitian ini hanya menggunakan 6 karakteristik yang relevan dengan penelitianyang dilakukan. Karakteristik itu adalah sebagai berikut:

a.    Manusia sebagai alat, manusia/peneliti merupakan alat pengumpulan data yang pertama

b.    Teori dari dasar (Ground Theory) penggunaan teori ini menuju pada arah penyusun teori berdasarkan data.

c.    Deskriptif, meksudnya data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka.

d.    Lebih mementingkan proses daripada hasil, penelitian kualitatif lebih banyak mementinggkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti, akan lebih jelas apabila diamati dalam proses.

e.    Adanya batas yang ditentukan oleh fokus, maksudnya perlunya batas penelitian atas dasar yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.

f.     Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, yakni kualitas eksternal, reabilitas, dan objektif.

Penelitian yang berjudul “Analisis Tuturan Ilokusi dalam acara Stand Up Comedy Indonesia oleh Komika Abdur Arsyad” di Stasiun televisi Kompas Tv termasuk penelitian kualitatif. Subroto (1992:5) berpendapat bahwa “metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang dengan menggunakan metode statistik”). Penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Istilah deskriptif berarti bahwa penelitian yang dilaukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah suatu bahasa yang mempunyai sifat pemaparan apa adanya (Sudaryanto, 1992:62).

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data tuturan ilokusi yang ada pada Acara Stand Up Comedy Indonesia oleh Komika Abdur Arsyad. Hal ini berdasarkan definisi Arikunto (2009:234) mengenai penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang diartikan demi mendapatkan berbagai informasi tentang status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif meneliti tentang persoalan yang ada dalam masyarakat, dan kebiasaan yang berjalan dalam kehidupan masyarakat serta keadaan tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang terjadi dan berbagai dampak dari suatu kejadian.

Berdasarkan jenis penelitiannya, Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami suatu kejadian tentang apa yang dirasakan oleh subjek penelitian misalnya karakter, kesan, motifasi, dan tindakan secara keseluruhan dan dengan cara digambarkan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu latar belakang khusus yang natural dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong 2006:6). Dengan demikian, data dari penelitian ini dinyatakan dalam bentuk verbal (bahasa). Berdasarkan metode deskriptif kualitatif ini peneliti melakukan analisis tuturan ilokusi dalam acara stand up comedy Indonesia oleh komika Abdur Arsyad.

3.2    Data dan Sumber Data

Suatu penelitian kualitatif, tentunya tidak lepas dari data yang diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari sumber lisan yaitu tuturan komika Abdur Arsyad yang mengandung tuturan ilokusi dalam acara Stand Up Comedy Indonesia. Data lisan ini kemudian ditranskripsikan menjadi data tulis untuk dianalisis.

Menurut Subroto (1992:34), sumber data adalah asal data penelitian diperoleh. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang telah tersedia dari alam yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh penulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu “Acara Stand Up Comedy Indonesia” season 4 yang yang diupload tayangan ulang pada bulan Mei-Agustus di aplikasi YouTube.

 

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk meneliti tindak tutur ilokusi dalam dialog yang merupakan bahasa lisan adalah teknik rekam. Menurut Subroto (1992:32), yang dimaksud dengan teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik rekam, teknik simak dan catat. Teknik simak adalah penyimakan bahasa lisan yang secara spontan dan mengadakan pencatatan data yang relevan dan sesuai dengan sasaran serta tujuan penelitian (Subroto, 1992:41). Jadi setelah data penelitian didapatkan melalui teknik rekam (berupa MP3 Player), peneliti kemudian melakukan penyimakan dan setelah itu melakukan pencatatan terhadap tuturan-tuturan Abdur Arsyad yang didalamnya mengandung ilokusi.

Adapun proses pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa langkah yaitu: peneliti mencari video stand up comedy Abdur Arsyad dengan menggunakan aplikasi youtube, menonton video stand up comedy tersebut, mentranskripsikan audio pada video dalam bentuk tulisan, mengidentifikasi data berdasarkan bentuk tindak tutur ilokusi dan bentuk strategi bertutur.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Moleong (2006:198) menyatakan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai instrumen penelitian. Yang dimaksud dengan peneliti sendiri atau manusia sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri yang berbekal tentang pemahaman kajian teori pragmatik yaitu, tindak tutur.

 Di samping itu, peneliti memerlukan alat-alat instrumen yang merupakan alat bantu bagi peneliti untuk mendapatkan sejumlah data. Instrumen itu antara lain, (1) handphone, dipakai untuk mendengarkan tuturan dalam acara stand up comedy Indonesia oleh Abdur Arsyad. (2) buku catatan

3.5  Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah model interaktif Miles dan Huberman. (1992:15-16). Data yang dikumpulkan dianalisis melalui tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan.

Analisis data melalui tiga alur kegiatan itu yaitu :

1.          Reduksi data, yaitu proses pemilihan dan pemusatan pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data yang muncul pada catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis data dengan suatu bentuk analisa data yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data sehingga kesimpulan final dapat diambil dan diverifikasi.

Pada proses reduksi data, penulis akan memisahkan data tuturan yang disampaikan oleh komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia yang mengandung tindak tutur ilokusi dan yang tidak. Setelah dipisahkan, peneliti mulai mengklasifikasikan jenis tuturan tersebut. Setelah diklasifikasikan peneliti menemukan 39 tuturan yang meliputi tindak tutur representatif sebanyak 18 tuturan, tindak tutur direktif sebanyak 5 tuturan, tindak tutur ekpresif sebanyak 14 tuturan dan tindak tutur komisif sebanyak 2 tuturan.

2.              Penyajian data, merupakan alur kedua dalam kegiatan analisis data yaitu kumpulan informasi tentang penelitian yang dilakukan dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dalam penelitian ini, setelah peneliti mereduksi data tentang tuturan ilokusi oleh komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia, selanjutnya penulis akan menyajikan atau memaparkan data dalam bentuk uraian.

3.              Kesimpulan, sekumpulan informasi yang tersusun memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Pada penelitian ini, setelah peneliti selesai mereduksi dan menyajikan data, selanjutnya peneliti mulai melakukan penarikan kesimpulan. Peneliti menganalisis tuturan ilokusi oleh komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia dan dikaitkan dengan teori yang dipegang. Setelah itu barulah peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

3.6  Pengecekan Keabsahan Data

Data yang diperoleh pada saat penelitian perlu dilakukan pengecekan atau diperiksa keabsahannya. Teknik yang digunakan untuk mengecek keabsahan data adalah teknik triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005:330).

Teknik triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan triangulasi dengan metode dan teori. Triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan berupa sumber data dengan metode yang sama. Peneliti memverifikasi data dari teknik rekaman, transkrip, dan pencatatan untuk mendapatkan data yang benar-benar absah. Teknik triangulasi dengan teori, menurut Patton (1987) yaitu dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu atau lebih teori dan hal ini dinamakan penjelasan banding. Dalam proses ini, peneliti membandingkan data yang diperoleh dengan teori-teori ataupun penelitian terdahulu yang relevan, sehingga mendapatkan data yang benar atau sahih. Teori yang digunakan peneliti dalam menganalisis data yaitu teori mengenai tindak tutur khususnya tindak tutur ilokusi yang dikemukakan oleh Searle, Leech, dan Yule.

 

 

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

 

Pada bab ini akan dideskripsikan hasil penelitian tentang tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam Acara Stand Up Comedy Indonesia. Berdasarkan hasil video yang ditonton pada aplikasi youtube, lawakan yang disampaikan oleh komika Abdur Arsyad dalam acara Stand Up Comedy Indonesia terdapat tuturan ilokusi yang dilihat dari daya ilokusinya yaitu representatif, direktif, ekspresif dan komisif.

4.1     Paparan Data

Paparan data berikut ini difokuskan pada tuturan oleh komika Abdur Arsyad dalam Acara Stand Up Comedy Indonesia yang ditayangkan per episode. Berdasarkan hasil video stand up comedy oleh Abdur Arsyad dapat dirincikan sebagai berikut.

(1)     Tayang ulang di YouTube pada tanggal 25 Mei 2020.

Tema Materi : Anggota DPR Sudah Gila dari Awal.

Tuturan :

                1.       Huuuu, asikk asikk asikk, Assalamualaikum, Wr, Wb. Teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini tidak berarti. Setiap tawa kalian yang ada di ujung  materi itu adalah semangat bagi kami.

                2.       Teman-teman sudah 16 tahun kita tertatih dalam reformasi, ditipu oleh para politisi yang katanya berikan bukti bukan janji, tapi begitu ada tangis suara minor di pelosok negeri mereka sibuk mencari koalisi bukan solusi.

                3.       Makanya teman-teman daripada sibuk nonton mereka yang debat di televisi, lebih baik datang ke sini bisa cuci mata ada tante Feni.

             4.          Teman-teman ada 6608 orang yang berebut kursi di DPR RI 560 kursi, ini berarti 1 orang  cuma punya peluang menang 8%, 8% memang tidak semua, tapi ada orang yang menghabiskan uang banyak untuk mendapatkan posisi ini.

             5.          Saya bilang seperti ini teman-teman karena bapak saya itu caleg di 2014. Beliau buat kartu nama bagus sekali lengkap dengan foto, kemudian beliau bagi ke seluruh masyarakat kampung, beliau bagi bagi bagi. Begitu KPU datang untuk sosialisasi, ternyata di surat suara tahun ini itu tidak ada foto caleg, tidak ada. Bapak saya langsung stres, iya karena kalau tidak ada foto caleg itu bagaimana masyarakat mau memilih?! Masyarakat di sana kan rata-rata buta huruf, jangankan mau memilih, huruf A besar macam gunung Krakatau saja mereka pikir lam alif.

             6.          Teman-teman menurut saya, selama pendidikan di Indonesia tidak merata, demokrasi kita akan selalu rusak. Karena suara seorang Profesor dengan suara seorang preman sama-sama dihitung satu. Suara orang yang memilih karena analisa dengan suara orang yang memilih karena dibayar sama-sama dihitung satu.

             7.          Makanya teman-teman jangan ada yang golput, karena kita semua yang ada di sini dan yang ada di rumah adalah harapan Indonesia.

 

(2)          Tayang ulang di YouTube pada tanggal 28 Mei 2020.

Tema Materi : Mama saya penonton sinetron garis keras Indonesia.

Tuturan :

1.    Berbicara tentang perempuan, berarti kita berbicara tentang Ibu, sosok perempuan tangguh tempat kita berteduh membasuh peluh, dia yang peling mengerti kita saat kita jatuh, mengangkat kita dan memberi semangat baru.

2.    Teman-teman pada umumnya perempuan pertama yang kita kenal adalah mama. Saya punya mama itu adalah perempuan yang paling suka nonton sinetron, itu dari jaman dulu yang tersanjung sama yang sekarang tukang ojek naik haji itu, semua iya saya punya mama itu layak mendapatkan piala citra dalam kategori penonton sinetron garis keras Indonesia.

 

(3)          Tayang ulang di Youtube pada tanggal 8 Juni 2020.

Tema Materi : Mama saya Guru, tapi ujian online kompetensi tak pernah lulus.

Tuturan :

1.    Pemerintah itu memberikan sertifikasi pada guru-guru tua, tapi mereka menuntut agar guru-guru bisa kreatif. Sekarang pertanyaannya, apa yang bisa kita tingkatkan dari mereka yang satu dua tahun lagi pensiun, yang bisa ditingkatkan tinggal amal dan ibadah saja. Teman-teman memaksa orang tua untuk kreatif itu sama seperti kita memaksa balita untuk mengerti statistik. Aduh adek lucunya, eh dek rata-rata simpangan baku umur teman-temanmu berapa ya? Aaaaaaa pingsan.

2.      Maksud saya begini teman-teman, kalau pemerintah itu memang mau memberikan tunjangan untuk guru-guru yang tua, yasudah kasih saja, tidak perlu tuntut apa-apa dari mereka karena apa, karena memang itu haknya mereka.

3.      Teman-teman kalau tidak ada mereka, siapa yang mau puluhan tahun mengajar di pelosok desa sana, siapa? Sinyal saja masuk desa itu sinyal pikir pikir. Lamakera itu desa saya  teman-teman, Lamakera itu salah satu desa terpencil di NTT. Itu di sana itu memang belum maju, listrik saja baru masuk.

(4)           Tayang ulang di YouTube pada tanggal 15 Juni 2020.

Tema Materi : Sibuk nyebrang jalan, sopir-sopir angkot sampai hapal.

Tuturan :

1.      Jadi kalau sudah malam-malam kemudian ada ibu hamil yang mengalami pendarahan, itu berarti malam itu dewi fortuna juga ikut sial, karena malam gelap kita harus bawa ke Rumah Sakit, dingin menyengat, harus nyebrang, perahu kecil, ombak besar, aduh mama sayangeeeee, itu mau suami siaga penggalang penegak mau pembina semua simpul jari, aduh Tuhan, aduh Tuhan tolongggg, begitu.

2.      Dia hanya bawa kapal itu kalau pakai perahu begitu dia hanya bisa pegang kemudi di belakang karena dia tahu tugasnya dia untuk jaga mesin tetap hidup, tapi isterinya tetap hidup itu urusan Tuhan.

(5)           Tayang ulang di YouTube pada tanggal 27 Juni 2020.

Tema Materi : Pertama kali ke ancol airnya hitam dan gelap

Tuturan :

1.      Teman-teman kita itu memang seringkali menilai orang itu dari penampilan, banyak orang yang bilang dont judge the book by its cover, tapi kita ini manusia stop tipu-tipu, stop tipu-tipu, we are judge the book by its cover, we are.

2.      Saya baru pertama kali lihat itu pantai Ancol itu air lautnya hitam gelap tidak bisa lihat apa-apa. Itu macam oli mesin kita kasih pasir itu, itu pantai ancol men. Ada ubur-ubur yang berenang itu napas satu-satu, adakala dia membentuk huruf SOS.

3.      Teman-teman pantai di rumah saya di pantai weri di Larantuka sana, itu Cuma 50 meter dari rumah saya. Pantai itu pokoknya saking dekat itu kalau ada tsunami itu rumah saya hanyut duluan begitu. Iya, itu pantainya itu bersih airnya jernih, saking jernihnya itu kalau siang-siang ikan mau kawin itu ikan takut.

(6)           Tayang ulang di Youtube pada tanggal 29 Juni 2020.

Tema Materi : Tradisi di Timur abis sunat dibawa ke pantai.

Tuturan :

1.      Iklan itu teman-teman, suka tipu-tipu sumpah. Dulu saya waktu masih di NTT itu saya lihat iklan pantai ancol itu bagus sekali bersih, begitu saya datang ternyata itu pantai ancol itu kotornya macam orang tidak pernah sikat gigi pakai zact gitu.

2.      Kenapa yang tidak diiklankan itu kenapa tidak pantai-pantai yang ada di timur, pantai-pantai di sana itu kan bersih-bersih, itu teman-teman selain buat wisata, pantai di sana itu dipakai untuk penyembuh luka.

 

(7)              Tayang ulang di YouTube pada tanggal 8 Juli 2020.

Tema Materi : Saya itu lahir dari tangan dukun beranak.

Tuturan :

1.      Jaya Indonesia, Nusa Tenggara Timur tahun 2006 itu memegang rekor tertinggi dalam urusan kematian ibu dan anak, iya ini serius. Mau bagaimana lagi teman-teman karena memang di sana itu tim medis kurang, transportasi susah, Rumah Sakit jauh, aduh mama sayangggeee yang dekat itu malaikat maut saja, serius. Teman-teman, kami orang timur ini memang tertinggal dalam pembangunan tapi kami ini tidak pernah menyerah dengan keadaan.

2.      Di Flores Timur itu ada namanya program untuk membantu ibu-ibu melahirkan, namanya 2H2 Center, kalau pas lampu mati berarti 2 hari 2 malam pakai senter. Program ini memantau ibu-ibu hamil melalui SMS. Jadi kalau ada yang SMS begitu ‘pak saya mau melahirkan’ itu langsung siapkan kapal, pelayanan cepat bawa ke rumah sakit.

3.      Makanya kadang itu saya miris teman-teman, saya miris. Perempuan-perempuan di sana itu berjuang hidup dan mati untuk melintasi lautan yang dalam, tapi perempuan di sini ada yang tidak pikir mati tapi yang penting hidup di dunia malam.

 

(8)          Tayang ulang di Youtube pada 4 Agustus 2020.

Tema Materi : Indonesia seperti kapal tua, berlayar tanpa arah.

Tuturan :

1.      Jaya Indonesia, sebagai anak nelayan dari Lamakera saya melihat Indonesia itu seperti kapal tua yang berlayar tak tahu arah. Arahnya ada, hanya nahkoda kita yang tak bisa membaca, mungkin dia bisa membaca tapi tertutup hasrat membabi buta, hasrat menghidupi keluarga, saudara, kolega, dan mungkin isteri muda.

2.      Enam kali sudah kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera.

3.      Nahkoda yang pertama, sang proklamator bersama Hatta membangun dengan semangat pancasila dan terkenal di kalangan wanita, ia pernah berkata mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda, tapi itu kan kurang 1 untuk tim sepak bola, kalau begini kapan baru kita ikut piala dunia.

4.      Nahkoda kedua 32 tahun berkuasa, dating denga program bernama pelita. Bapak pembangunan bagi mereka, bagi saya tidak ada bedanya, tidak ada. Penumpang bersuara berakhir di penjara atau hilang di lautan tanpa berita.

5.      Nahkoda ketiga sang wakil yang naik takhta mewarisi pecah belahnya masa orba. Belum sempat menjelajah samudera ia terhenti di tahun pertama, dibanggakan di Eropa dipermainkan di Indonesia. Jerman dapat ilmunya kita dapat apa? Antrian panjang nonton filmnya.

6.      Nahkoda selanjutnya sang Kyai dengan hati terbuka, ia terhenti dalam siding istimewa ketika tokoh-tokoh reformasi berebut istana. “potong bebek saja, gitu aja kok repot” kata gusdur featuring Ursula.

7.      Nahkoda ke lima, nahkoda pertama seorang wanita. Dari tangan ibunya bendera pusaka tercipta. Kata bapaknya “berikan aku 10 pemuda” tapi apa daya itu di luar kemampuan ibu beranak tiga, kalau mau 10 pemuda ambil saja dari followersnya Raditya Dika.

8.      Nahkoda ke enam bagian A, kenapa bagian A? sengaja biar tetap ada rima A. 2 pemilu mengungguli suara, dua kali disumpah atas nama Garuda, tapi itu hanya awal cerita, cerita panjangnya terpampang di banyak media, Lapindo, Munir, Century Hambalang kami menolak lupa. Kini ia telah hadir di social media, mungkin bermaksud mengalahkan Raditia Dika.

9.      Teman-teman kini 2014 telah tiba, saatnya kita kembali memilih nahkoda, pastikan dia yang mengerti Bhineka Tunggal Ika, bukan boneka milik Amerika. Dia yang mengerti suara kita, suara kalau Indonesia bisa. Inilah cerita kapal tua kita, ada yang tidak percaya? Ada? Sudah kalian percaya saja.

10.  Saya heran pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, padahal kita ini kan satu ibu pertiwi teman-teman, satu ibu pertiwi.

(9)          Tayang ulang di YouTube pada tanggal 4 Agustus 2020.

Tema Materi : Gedung Kemendes di Jakata fungsinya apa?

Tuturan :

1.      Kemudian teman-teman saya punya adik ini Monalisa ini dia bidan desa, dia datang ke sini itu dia izin ke kepala Puskesmas itu katanya bilang “ah Pa saya izin ke Jakarta dulu saya punya kakak ada wisuda”. Bapak, bapak pung pegawai satu ada datang bolos ke sini, saya tidak wisuda bapak, memang dia saja yang kepengen masuk Tv.

2.      Teman-teman, data dari Polda Metro Jaya tahun 2011, Jakarta ini adalah daerah dengan tingkat kriminalitas paling tertinggi, paling tinggi di Indonesia, dan tahun ini itu terancam menjadi lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4. Teman-teman, saya punya keluarga datang 4 orang berarti kapak di luar ada 4 bis, di bawah bangku situ itu saya punya mama ada simpan parang, beliau ada tunggu momen itu.

3.      Teman-teman Indonesia itu memang terlalu terpusat di Jakarta. Pencuri di Timur itu dapat tanggkap itu pasti dapat pukul sampai busuk. Pencuri di sini(Jakarta) itu dapat foto, dapat syuting. Wawancara, masuk Tv, masuk penjara fasilitas mewah.

4.      Makanya anak-anak Timur di sana itu pikir “ah kita pencuri yang sama, tapi kok kita tidak pernah masuk Tv e, ah kita pencuri di Jakarta saja”. Akhirnya mereka datang ke sini (Jakarta) pencuri di sini juga, dapat tangkap, alhamdulilah dipukul sampai busuk juga, sampai busuk. Tapi kenapa mereka tidak masuk Tv? Karena mereka ini bukan pencuri yang berijazah.

5.      Dan media-media di Jakarta itu teman-teman, itu isinya keluhan orang Jakarta saja, media-media di Indonesia. Kami di Timur sampai tau keluhan kalian di sini begitu. Saya heran begitu ya, polusi, banjir, macet, mencret wah macam-macam.

6.      Maksud saya tempatkan segala sesuatu itu berdasarkan fungsinya, Kementerian Desa Tertinggal ya taruh di desa tertinggal begitu. Kalau taruh di Jakarta tiap pagi dia bagun buka jendela, begitu dia buka waahh bangunan sudah banyak, gedung sudah banyak, wahh Indonesia sudah maju. Kalau taruh di desa tertinggal, begitu dia buka jendela, hei ini jendela dimana ini, saking tertinggalnya jendela saja tidak ada. mungkin itu karena memang namanya Kementerian Desa Tertinggal, jadi menterinya di sini desanya ditinggal.

 

4.2    Pembahasan

1.     Tindak Tutur Representatif.

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkannya. Jenis tindak tutur ini juga kadang-kadang disebut tindak tutur asertif. Ditemukan 3 macam subtindak tutur yaitu subtindak tutur menyatakan, melaporkan dan memberikan kesaksian.

a.    Tindak Tutur Representatif “Menyatakan”.

 Menyatakan dalam KBBI memiliki arti menjelaskan, menerangkan, dan mengemukakan (2005:790). Jadi, subtindak tutur “menyatakan” merupakan tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur untuk menerangkan atau menunjukkan sesuatu yang telah diamati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data berikut.

a.1. Tindak tutur menyatakan “kebenaran”.

Kebenaran dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki arti keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya; sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar) ada; ketulusan hati; izin, persetujuan, perkenaan; kebetulan (hal 92:1997). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 1: “Teman-teman ada 6608 orang yang berebut kursi di DPR RI 560 kursi, ini berarti 1 orang  cuma punya peluang menang 8%, 8% memang tidak semua, tapi ada orang yang menghabiskan uang banyak untuk mendapatkan posisi ini.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan “kebenaran.” Pada tuturannya “tapi ada orang yang menghabiskan uang banyak untuk mendapatkan posisi ini.” penutur menyampaikan kepada mitra tutur tentang kejadian yang benar-benar terjadi bahwa ada orang-orang yang mencalonkan diri untuk menjadi anggota DPR RI, rela mengeluarkan banyak uang hanya untuk bisa menduduki kursi di DPR RI namun peluang untuk menang itu sangatlah kecil.

Tuturan 2: “Teman-teman menurut saya, selama pendidikan di Indonesia tidak merata, demokrasi kita akan selalu rusak. Karena suara seorang Profesor dengan suara seorang preman sama-sama dihitung satu. Suara orang yang memilih karena analisa dengan suara orang yang memilih karena dibayar sama-sama dihitung satu.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan “kebenaranan” pada tuturan “karena suara seorang profesor dengan suara seorang preman sama-sama dihitung satu, suara orang yang memilih karena analisa dengan suara orang yang memilih karena dibayar sama-sama dihitung satu.” Penutur menyampaikan kepada mitra tutur bahwa dalam setiap suara yang dihitung, sekalipun itu suara dari orang-orang bergelar maupun suara dari orang biasa tetap suaranya dihitung sama yaitu satu suara. Suara yang memilih dengan hati, suara yang memilih karena terpaksa, dan suara yang memilih karena dibayar semuanya tetap dihitung satu.

Tuturan 3: “Teman-teman kalau tidak ada mereka, siapa yang mau puluhan tahun mengajar di pelosok desa sana, siapa? Sinyal saja masuk desa itu sinyal pikir pikir. Lamakera itu desa saya  teman-teman, Lamakera itu salah satu desa terpencil di NTT. Itu di sana itu memang belum maju, listrik saja baru masuk.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan “kebenaran” pada data tuturan “sinyal saja masuk desa itu sinyal pikir-pikir. Lamakera itu desa saya teman-teman, Lamakera itu salah satu desa terpencil di NTT. Itu di sana itu memang belum maju, listrik saja baru masuk” penutur menyampaikan kepada mitra tutur tentang desanya yaitu Lamakera, sebuah desa terpencil yang ada di NTT, desa yang dikatakan belum berkembang dan masih sangat tertinggal, penutur juga menyampaikan bahwa aliran listrik juga belum ada di tempat tinggalnya.

Tuturan 4: “Di Flores Timur itu ada namanya program untuk membantu ibu-ibu melahirkan, namanya 2H2Center. Kalau pas lampu mati berarti 2 hari 2 malam pakai senter. Ini, program ini teman-teman singkatnya program ini memantau ibu-ibu hamil melaui SMS, jadi kalau ada yang SMS begitu ‘Pak saya mau melahirkan’ itu langsung siapkan kapal, pelayanan cepat bawa ke Rumah Sakit.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan “kebenaran,” pada data tuturan “program ini teman-teman singkatnya program ini memantau ibu-ibu hamil melalui SMS.” Penutur menyampaikan kepada mitra tutur bahwa di Flores Timur itu ada sebuah program khusus yang dibuat untuk siap membantu para ibu-ibu yang akan melahirkan. Program ini adalah program 2H2Center yakni 2 hari sebelum melahirkan dan 2 hari sesudah melahirkan, sebuah program yang dibuat untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak di Flores Timur, karena di sana banyak ibu-ibu hamil yang akan melahirkan sering terabaikan.

Tuturan 5: “Nahkoda yang pertama, sang proklamator bersama Hatta membangun dengan semangat pancasila dan terkenal di kalangan wanita, ia pernah berkata mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda, tapi itu kan kurang 1 untuk tim sepak bola, kalo begini kapan baru kita ikut piala dunia.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan “kebenaran.” Penutur menggambarkan nahkoda pertama sebagai presiden yang mempunyai hobi menikah dan sangat terkenal dikalangan wanita. Presepsi penutur tersebut kemungkinan didasarkan pada pengetahuannya bahwa Soekarno mempunyai banyak istri. Pada tuturannya “ia pernah berkata mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda, tapi itu kan kurang satu untuk tim sepak bola, kalo begini kapan baru kita ikut piala dunia ?” maksud dari penutur ini juga buka untuk menyindir apa yang diucapkan oleh Soekarno, penutur menyukai perkataan tersebut tetapi penutur gunakan untuk mengungkap fakta bahwa dunia sepak bola, Indonesia yang belum pernah ikut dalam piala dunia.

Tuturan 6 : “Nahkoda selanjutnya sang Kyai dengan hati terbuka, ia terhenti dalam siding istimewa ketika tokoh-tokoh reformasi berebut istana. “potong bebek saja, gitu aja kok repot” kata gusdur featuring Ursula.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan “kebenaran.” Penutur menyebut sang nahkoda keempat sebagai presiden dengn hati terbuka. Presiden yang berasal dari ahli agama dan sangat toleran pada perbedaan pendapat. Penutur juga menyinggung bahwa Gusdur diturunkan oleh sidang istimewa MPR, berdasarkan sejarah reformasi.

Tuturan 7: “Nahkoda ke lima, nahkoda pertama seorang wanita. Dari tangan ibunya bendera pusaka tercipta. Kata bapaknya “berikan aku 10 pemuda” tapi apa daya itu di luar kemampuan ibu beranak tiga, kalau mau 10 pemuda ambil saja dari followersnya Raditya Dika.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan “kebenaran” penutur menyatakan untuk nahkoda kelima yaitu Megawati, penutur menyebutnya sebagai seorang wanita pertama yang menjadi presiden setelah menggantikan Gusdur yang diturunkan secara paksa

 

a.2. Tindak tutur menyatakan “keresahan”

“Keresahan” berasal dari kata “resah”. Dalam KBBI resah memiliki arti gelisah, tidak tenang dan gugup (hal 1398:2018). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

Tuturan 8: “Jaya Indonesia, sebagai anak nelayan dari Lamakera saya melihat Indonesia itu seperti kapal tua yang berlayar tak tahu arah. Arahnya ada, hanya nahkoda kita yang tak bisa membaca, mungkin dia bisa membaca tapi tertutup hasrat membabi buta, hasrat menghidupi keluarga, saudara, kolega, dan mungkin istri muda.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif menyatakan “keresahan” penutur menyatakan jika baginya Indonesia adalah Negara yang telah lama melewati waktu dan mempunyai pengalaman yang cukup banyak dalam bernegara. Penutur menambah istilah “kapal tua” adalah istilah yang digunakannya untuk menggambarkan Negara Indonesia, Negara ibarat kapal yang terus bergerak maju mengarungi lautan dan nahkoda yaitu perumpamaan untuk presiden atau pemimpin Negara kita. Penutur menyampaikan keresahannya akan Negara Indonesia yang sudah cukup lama merdeka tetapi penutur secara pribadi menganggap jika kapal tua itu telah salah langkah dalam mengambil kebijakan atau menjalankan pemerintahnnya. Kasus-kasus nepotisme, korupsi dan kolusi mungkin menjadi pertimbangan penutur dalam berkata demikian.

Tuturan 9: “Saya heran pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, padahal kita ini kan satu ibu pertiwi teman-teman, satu ibu pertiwi.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif menyatakan ‘keresahan” penutur menyatakan jika pembangunan di Indonesia tidak merata, banyak masyarakat Indonesia yang merasa belum sejahtera karena pembangunan infrastruktur di Indonesia masih terpusat di pulau Jawa, sehingga penutur merasa jika pembangunan di Indonesia selalu dibeda-bedakan. Pembangunan-pembangunan yang belum merata di seluruh pelosok tanah air, khususnya pada daerah kita di Indonesia Timur yang banyak membutuhkan fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan sehari-hari.

 

b.   Tindak Tutur Representatif “Melaporkan”.

“Melaporkan” dalam KBBI memiliki arti memberitahukan (hal 556:1989). Melaporkan memiliki kata dasar “lapor” yang berarti memberitahu. Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 10: “Kemudian teman-teman saya punya adik ini Monalisa ini dia bidan desa, dia datang ke sini itu dia izin ke kepala Puskesmas itu katanya bilang “ah Pa saya izin ke Jakarta dulu saya punya kakak ada wisuda”. Bapak, bapak pung pegawai satu ada datang bolos ke sini, saya tidak wisuda bapak, memang dia saja yang kepengen masuk Tv.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur melaporkan, pada tuturan “bapak, bapak pung pegawai satu ada datang bolos ke sini, saya tidak wisuda bapak, memang dia yang kepengen masuk TV.” Penutur mengatakan kepada para penonton lebih khusus melaporkan kepada Kepala Puskesmas bahwa sang adik berbohong saat izin untuk ke Jakarta. Adiknya meminta izin ke Jakarta untuk menghadiri wisuda kakaknya, nyatanya sang adik datang ke Jakarta hanya ingin menonton acara stand up comedy oleh kakaknya secara langsung.

 

c.    Tindak Tutur Representatif “Memberikan Kesaksian”.

“Kesaksian” dalam KBBI memiliki arti keterangan (pernyataan) yang diberikan oleh saksi (hal 1443:2018). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 11: “Saya bilang seperti ini teman-teman karena bapak saya itu caleg di 2014. Beliau buat kartu nama bagus sekali lengkap dengan foto, kemudian beliau bagi ke seluruh masyarakat kampung, beliau bagi bagi bagi. Begitu KPU datang untuk sosialisasi, ternyata di surat suara tahun ini itu tidak ada foto caleg, tidak ada. Bapak saya langsung stres, iya karena kalau tidak ada foto caleg itu bagaimana masyarakat mau memilih?! Masyarakat di sana kan rata-rata buta huruf, jangankan mau memilih, huruf A besar macam gunung Krakatau saja mereka pikir lam alif.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif memberikan kesaksian, pada tuturan “bapak saya itu caleg di 2014” dan “bapak saya langsung stres, iya karena kalau tidak ada foto caleg itu bagaimana masyarakat mau memilih?Masyarakat di sanakan rata-rata buta huruf.” Penutur memberitahu kepada mitra tutur bahwa pada tahun 2014 itu ayahnya caleg pada waktu itu dan ayahnya stress sebab surat suara tahun itu tidak ada foto caleg, dan jika foto caleg tidak dilampirkan pada surat suara, maka masyarakat akan kebingungan untuk memilih sebab masyarakat di sana banyak yang tidak bersekolah, bisa jadi karena faktor ekonomi maupun kurangnya sarana prasarana pendidikan sehingga membawa dampak perkembangan pendidikan.

Tuturan 12: “Makanya anak-anak Timur di sana itu pikir “ah kita pencuri yang sama, tapi kok kita tidak pernah masuk Tv e, ah kita pencuri di Jakarta saja”. Akhirnya mereka datang ke sini (Jakarta) pencuri di sini juga, dapat tangkap, alhamdulilah dipukul sampai busuk juga, sampai busuk. Tapi kenapa mereka tidak masuk Tv? Karena mereka ini bukan pencuri yang berijazah.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian” di dunia lebih khusus di Indonesia tidak terlepas dari yang namanya pencurian. Pencuri tidak mengenal kelas sosial, ekonomi, dan tingkat pendidikan, karena pencurian bisa dilakukan oleh anak kecil hingga orang dewasa. Banyak orang miskin mencuri dan tidak sedikit orang kaya juga mencuri, banyak rakyat biasa mencuri dan tidak sedikit pejabat juga mencuri. Di Negara kita ini lebih dari 50% koruptor (pencuri) tertangkap KPK adalah kaum terdidik (berijazah, berpendidikan sarjana, magister, dan doctor). Penutur mengatakan jika ada anak-anak timur yang mencuri mereka berpikir jika memang kita pencuri yang sama, kenapa kita tidak pernah masuk tv, diwawancarai, dan sebagainya karena memang kita adalah rakyat biasa yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Tuturan 13: “Jaya Indonesia, Nusa Tenggara Timur tahun 2020 itu memegang rekor tertinggi dalam urusan kematian ibu dan anak, iya ini serius. Mau bagaimana lagi teman-teman karena memang disana itu tim medis kurang, transportasi susah, Rumah Sakit jauh, aduh mama sayangeee yang dekat itu tinggal malaikat maut saja, serius. Teman-teman kami orang timur ini memang tertinggal dalam pembangunan tapi kami ini tidak pernah menyerah dengan keadaan.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian” tentang Nusa Tenggara Timur tahun 2020 yang memegang rekor tertinggi kematian ibu dan anak. Penutur mengatakan jika di NTT itu sangat kekurangan sekali banyak kebutuhan contonya transportasi yang sangat susah, rumah sakit yang begitu jauh, dan para tenaga kesehatan yang kurang sehingga mengakibatkan angka kematian ibu dan anak meningkat. Tapi penutur juga berkata jika kita orang-orang timur memang sangat tertinggal dalam masalah pembangunan tetapi dalam keadaan yang sulit mereka akan terus berjuang untuk kehidupan mereka yang lebih baik.

Tuturan 14: “Teman-teman pada umumnya perempuan pertama yang kita kenal adalah mama. Saya punya mama itu adalah perempuan yang paling suka nonton sinetron, itu dari jaman dulu yang tersanjung sama yang sekarang tukang ojek naik haji itu, semua iya saya punya mama itu layak mendapatkan piala citra dalam kategori penonton sinetron garis keras Indonesia.”

Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif memberikan kesaksian. Pada tuturannya “saya punya mama itu adalah perempuan yang paling suka nonton sinetron”. Penutur disini menyampaikan bahwa ibunya adalah seorang wanita yang sangat suka menonton sinetron. Semua sinetron dari zaman dulu sampai zaman sekarang sangat disukai dan ditonton semua oleh ibunya sehingga jika ada acara citra untuk kategori penonton garis keras Indonesia ibunya layak untuk mendapatkan piala.

Tuturan 15 : “Jadi kalau sudah malam-malam kemudian ada ibu hamil yang mengalami pendarahan, itu berarti malamitu dewi fortuna juga ikut sial. Karena malam gelap kita harus bawa ke Rumah Sakit, dingin menyengat, harus nyebrang, perahu kecil, ombak besar, aduh mama sayangeeeee, itu mau suami siaga penggalang penegak mau pembina semua simpul jari, aduh Tuhan, aduh Tuhan tolongggg, begitu”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian” penutur mengatakan jika ibu-ibu hamil yang ada di tempat tinggalnya yaitu di Larantuka yang akan melahirkan, mereka harus berjuang dengan susah payah untuk menyebrangi lautan yg luas, ombak yang sangat deras, dengan menaiki perahu yang sangat kecil para suami harus berusaha agar istri dan anaknya harus tertolong meski para suami sedang dalam ketakutan dengan melihat ombak-ombak yang begitu besar.

Tuturan 16 : “Dia hanya bawa kapal itu kalau pakai perahu begitu dia hanya bisa pegang kemudi di belakang karena dia tau tugasnya dia untuk jaga mesin tetap hidup, tapi isterinya tetap hidup itu urusan Tuhan”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian” dalam tuturannya penutur menyatakan kalau tugas para suami di saat istri mereka akan melahirkan itu sangatlah susah, sebab untuk membawa istri mereka untuk melahirkan harus bertaruh antara hidup dan mati di tengah lautan dengan perahu.

Tuturan 17 : “Saya baru pertama kali lihat itu pantai Ancol itu air lautnya hitam gelap tidak bisa lihat apa-apa. Itu macam oli mesin kita kasih pasir itu, itu pantai ancol men. Ada ubur-ubur yang berenang itu napas satu-satu, adakala dia membentuk huruf SOS”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian”, dalam tuturannya penutur menyampaikan jika dia baru pertama kali melihat pantai ancol yang begitu kotor dan warna airnya sudah tampak kecoklatan. Penutur memberi perumpamaan seekor ubur-ubur jika berenang di pantai ancol pasti akan merasa kesusahan untuk bernafas, dan akan memberi isyarat untuk meminta pertolongan. Meskipun begitu para pengunjung yang datang tetap mandi di pantai tersebut dalam keadaan pantai yang kotor. 

 

2.        Tindak tutur Direktif.

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan itu. Subtindak tutur yang dimasukkan ke dalam tindak tutur direktif yaitu mengusulkan, dan menyuruh.

 

a.      Tindak tutur direktif “mengusulkan”.

“Pemberian usul atau mengusuklan” dalam KBBI memiliki arti “menganjurkan, mengajukan usul, menyarankan, mengemukakan sesuatu supaya dipertimbangkan (hal 999:2005). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut.

Tuturan 18 : “Kenapa yang tidak diiklankan itu kenapa tidak pantai-pantai yang ada di timur, pantai-pantai di sana itu kan bersih-bersih, itu teman-teman selain buat wisata, pantai di sana itu dipakai untuk penyembuh luka”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur direktif “mengusulkan” penutur mengusulkan kenapa pantai yang bersih dan indah yang ada di Timur itu tidak dipakai untuk sebuah iklan. Selain pantainya yang indah, pantai di Timur juga menjadi sebuah obat alami untuk penyembuh luka.

Tuturan 19 : “Makanya teman-teman daripada sibuk nonton mereka yang debat di televisi, lebih baik datang ke sini bisa cuci mata ada tante Feni”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur direktif “menyarankan” pada tuturannya “lebih baik datang ke sini  bisa cuci mata ada tente Feni” penutur menyarankan agar lebih baik datang ke acara stand up comedy Indonesia, bisa melihat tente Feni Rosse yang cantik, daripada duduk menonton para anggota DPR yang berdebat di televisi.

Tuturan 20 : “Makanya teman-teman jangan ada yang golput, karena kita semua yang ada di sini dan yang ada di rumah adalah harapan Indonesia”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur direktif “menyarankan” pada tuturannya “jangan ada yang golput, karena kita semua yang ada di sini dan yang ada di rumah adalah harapan Indonesia” penutur menyarankan agar kita semua warga Indonesia pada saat pemilihan umum nanti jangan ada yang menjadi golongan putih (golput), karena kita semua harus memilih para calon-calon pemimpin terbaik kita ke depan nanti, karena hanya kita sendiri yang bisa membuat Indonesia kita menjadi lebih baik.

Tuturan 21 : “Teman-teman kini 2014 telah tiba, saatnya kita kembali memilih nahkoda, pastikan dia yang mengerti Bhineka Tunggal Ika, bukan boneka milik Amerika. Dia yang mengerti suara kita, suara kalau Indonesia bisa. Inilah cerita kapal tua kita, ada yang tidak percaya? Ada? Sudah kalian percaya saja”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur direktif “menyarankan” pada tuturannya jika kita kembali akan memilih para pemimpin terbaik kita. Penutur menyarankan agar supaya presiden yang terpilih adalah pemimpin yang independen dan memikirkan rakyat, bukan titipan Negara lain yang penutur ibaratkan dengan istilah boneka Amerika. Kita sudah memastikan dengan baik para calon pemimpin kita ini adalah pemimpin yang mengerti perbedaan yang ada pada setiap daerah, tidak melihat perbedaan yang ada sebagai satu hambatan dalam persatuan dan kesatuan bangsa kita.

 

 

b.      Tindak tutur direktif “menyuruh”

“Menyuruh” berasal dari kata dasar “suruh”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyuruh memiliki arti memerintah (supaya melakukan sesuatu) (hal 1109:1989). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 22 : “Maksud saya begini teman-teman, kalau pemerintah itu memang mau memberikan tunjangan untuk guru-guru yang tua, yasudah kasih saja, tidak perlu tuntut apa-apa dari mereka karena apa, karena memang itu haknya mereka”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur direktif “menyuruh” penutur berkata agar tunjangan yang mau diberikan kepada para guru yang sudah tua harus tetap diberikan dan jangan menuntut apa-apa dari mereka para guru yang sudah tua, kerena mereka pantas untuk mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.

 

3.    Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif ialah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu atau tindak tutur yang digunakan untuk mengekspresikan perilaku psikologis penutur. Subtindak tutur yang dapat dikategorikan kedalam tindak tutur ekpresif adalah mengucapkan terima kasih, memuji, mengeluh, dan mengkritik.

a.      Tindak Tutur Ekpresif “Mengucapkan Terima Kasih”.

“Mengucapkan terima kasih” dalam KBBI berarti mengeluarkan ucapan (kata), mengatakan terima kasih (hal 1095:1989). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 23 : “Huuuu, asikk asikk asikk, Assalamualaikum, Wr, Wb. Teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini tidak berarti. Setiap tawa kalian yang ada di ujung  materi itu adalah semangat bagi kami”.

       Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif mengucapkan “terima kasih” pada tuturannya “teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini tidak berarti. Setiap tawa kalian yang ada di ujung materi itu adalah semangat bagi kami” penutur menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para penonton yang sudah mendukung setiap komika yang tampil, lebih khusus penutur sendiri sebab telah mendapat perhatian penuh dan focus dari para penonton selama penutur tampil di atas panggung.

 

b.      Tindak Tutur Ekspresif “Memuji”

“Memuji” dalam KBBI berarti melahirkan kebenaran dan penghargaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah, berani, dsb). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 24 : “Teman-teman pantai di rumah saya di pantai weri di Larantuka sana, itu Cuma 50 meter dari rumah saya. Pantai itu pokoknya saking dekat itu kalau ada tsunami itu rumah saya hanyut duluan begitu. Iya, itu pantainya itu bersih airnya jernih, saking jernihnya itu kalau siang-siang ikan mau kawin itu ikan takut”.

       Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “memuji” penutur memuji pantai yang ada di tempat tinggalnya bahwa pantai di sana sangatlah indah dipandang mata, mempunyai air laut yang jernih sehingga siapa saja yang mandi di pantai itu terasa nyaman.

Tuturan 25 : “Berbicara tentang perempuan, berarti kita berbicara tentang Ibu, sosok perempuan tangguh tempat kita berteduh membasuh peluh, dia yang peling mengerti kita saat kita jatuh, mengangkat kita dan memberi semangat baru”.

      Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif memuji. Pada tuturannya “sosok perempuan tangguh”. Penutur memuji sosok wanita tangguh yang telah mengandung dan melahirkan kita ke dunia yaitu Ibu kita, ia adalah sosok terbaik sepanjang hidup. Kasih sayang dari seorang ibu tidak akan pernah diragukan, sebab cinta ibu sepanjang masa dan cintanya tidak akan tergantikan oleh apapun dan sampai kapanpun. Karena itu jangan pernah sakiti hati ibu kita.

 

c.       Tindak Tutur Ekpresif “Mengeluh”

“Mengeluh” dalam KBBI berarti menyatakan susah (karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 26 : “Pemerintah itu memberikan sertifikasi pada guru-guru tua, tapi mereka menuntut agar guru-guru bisa kreatif. Sekarang pertanyaannya, apa yang bisa kita tingkatkan dari mereka yang satu dua tahun lagi pensiun, yang bisa ditingkatkan tinggal amal dan ibadah saja. Teman-teman memaksa orang tua untuk kreatif itu sama seperti kita memaksa balita untuk mengerti statistik. Aduh adek lucunya, eh dek rata-rata simpangan baku umur teman-temanmu berapa ya? Aaaaaaa pingsan”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “mengeluh”. Pada tuturannya “apa yang bisa kita tingkatkan dari mereka yang satu dua tahun lagi pensiun, yang bisa ditingkatkan tinggal amal dan ibadah saja. Teman-teman memaksa orang tua untuk kreatif itu sama seperti kita memaksa balita untuk mengerti statistik”. Disini penutur mengeluh tentang guru-guru tua yang dipaksa agar bisa kreatif, namun guru-guru senior ini terbatas dalam menyiapkan ala kadar untuk mengajar, serta motivasi yang kurang sehingga penutur merasa kasihan jika terlalu memaksakan orang tua untuk kreatif.

Tuturan 27 : “Dan media-media di Jakarta itu teman-teman, itu isinya keluhan orang Jakarta saja, media-media di Indonesia. Kami di Timur sampai tau keluhan kalian di sini begitu. Saya heran begitu ya, polusi, banjir, macet, mencret wah macam-macam. Dibilang banjir kelebihan air itu diliput, kami di sana kekurangan air itu luput”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “mengeluh”. Penutur mengeluh kalau media-media yang ada di Indonesia hanya terfokus pada Jakarta saja, meliput berbagai kejadian yang ada pada kota Jakarta. Sedangkan di daerahnya di NTT dan desa-desa terpencil yang lain banyak kesusahan bahkan kekurangan air tapi jarang di perhatikan oleh pemerintah.

Tuturan 28 : “Nahkoda ketiga sang wakil yang naik takhta mewarisi pecah belahnya masa orba. Belum sempat menjelajah samudera ia terhenti di tahun pertama, dibanggakan di Eropa dipermainkan di Indonesia. Jerman dapat ilmunya kita dapat apa? Antrian panjang nonton filmnya”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “mengeluh” penutur berkata sebagai orang timur, naiknya Habibie sebagai presiden adalah hal yang sangat membanggakan. Habibie terkenal sebagai orang yang sangat jenius dengan prestasi intelektual yang sangat gemilang, tetapi umur kepemimpinannya berakhir dalam durasi yang singkat. Penutur juga mengatakan jika Habibie adalah seorang yang jenius yang lebih dulu berkarir di Jerman dan sangat dibanggakan, tapi penutur merasa kecewa karna kita di Indonesia hanya bisa menonton filmnya.

Tuturan 29 : “Makanya kadang itu saya miris teman-teman, saya miris. Perempuan-perempuan di sana itu berjuang hidup dan mati untuk melintasi lautan yang dalam, tapi perempuan di sini ada yang tidak pikir mati tapi yang penting hidup didunia malam”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “mengeluh” penutur menyampaikan keluhannya pada wanita-wanita yang hanya memikirkan hura-hura dan juga karena keadaan yang membuat para wanita hidup dalam dunia malam. Disini penutur berkata jika wanita-wanita di timur berjuang antara hidup dan mati melintasi lautan yang dalam tetapi wanita di Jakarta banyak yang sudah masuk ke dalam dunia malam tanpa memikirkan kesusahan di kemudian hari.

Tuturan 30 : “Teman-teman Indonesia itu memang terlalu terpusat di Jakarta. Pencuri di Timur itu dapat tanggkap itu pasti dapat pukul sampai busuk. Pencuri di sini (Jakarta) itu dapat foto, dapat syuting. Wawancara, masuk Tv, masuk penjara fasilitas mewah”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif “mengeluh” penutur mengeluh jika Indonesia hanya terpusat di Jakarta saja. Penutur berkata jika para pencuri yang ada di Jakarta selalu ditampilkan di Televisi, diwawancarai, dan juga ada pencuri yang masuk penjara tapi dengan jaminan yang mantap selayaknya tinggal di rumah. Lain halnya dengan pencuri yang ada di timur, sebelum masuk ke penjara yang gelap pastinya akan dipukul sampai babak belur.

Tuturan 31 : “Enam kali sudah kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif mengeluh, penutur menggunakan istilah nahkoda yaitu sebuah perumpamaan untuk presiden atau pemimpin Negara kita, karena seorang nahkoda saja yang bisa mengambil keputusan kemana arah kapal akan dijalannkan. Tugas seorang pemimpin Negara sama dengan tugas seorang nahkoda, yaitu sama-sama membawa dan menentukan arah suatu Negara, dan penutur menyebutnya “kapal tua”. Penutur menyatakan jika Indonesia kita masih sangat jauh dari kata sejahtera, lebih khusus kita yang berada di bagian Indonesia Timur karena sangat tertinggal dalam masalah pembangunan Infrastruktur, listrik dan jaringan internet, dan masih banyak lagi masalah-masalah lainnya yang menandakan bahwa Indonesia masih belum sejahtera.

 

d.      Tindak Tutur Ekspresif “Mengkritik”

“Mengkritik” dalam KBBI memiliki arti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian pertimbangan baik dan buruk terhadap suatu hasil karya (hal 531:1989). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 32 : “Nahkoda kedua 32 tahun berkuasa, datang dengan program bernama pelita. Bapak pembangunan bagi mereka, bagi saya tidak ada bedanya, tidak ada. Penumpang bersuara berakhir di penjara atau hilang di lautan tanpa berita”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “mengkritik” penutur meneyebut nahkoda kedua sebagai orang yang anti kritik dan sangat tidak suka pada perbedaan pendapat. Penutur melihat dengan pesimis masa pemerintahan Orba sebagai masa yang tidak menoleransi perbedaan dan kritik terhadap pemerintah. Penyataan tersebut berdasarkan fakta yang tersebar tentang Orba dimana kasus-kasus penangkapan dan pembunuhan terhadap suara yang menentang pemerintah.

Tuturan 33 : “Nahkoda ke enam bagian A, kenapa bagian A? sengaja biar tetap ada rima A. 2 pemilu mengungguli suara, dua kali disumpah atas nama Garuda, tapi itu hanya awal cerita, cerita panjangnya terpampang di banyak media, Lapindo, Munir, Century Hambalang kami menolak lupa. Kini ia telah hadir di social media, mungkin bermaksud mengalahkan Raditia Dika”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “mengkritik” penutur mengatakan jika nakhoda keenam adalah nahkoda yang terpilih dua kali sebagai presiden. Penutur mengkitik bahwa masa pemerintahan SBY dipenuhi kasus-kasus besar yang belum terselesaikan. Sebagai contoh penutur menyebut kasus Munir, Hambalang dan Lapindo.

Tuturan 34 : “Teman-teman sudah 16 tahun kita tertatih dalam reformasi, ditipu oleh para politisi yang katanya berikan bukti bukan janji, tapi begitu ada tangis suara minor di pelosok negeri mereka sibuk mencari koalisi bukan solusi”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “mengkritik” pada tuturannya “ditipui oleh para politisi yang katanya berikan bukti buka janji” penutur mengkritik jika para calon penguasa saat berkampanye untuk merebut simpati pemilih yang katanya berikan bukti bukan janji hanyalah tipuan belaka yang lupa diwujudkan janji-janjinya saat sudah berkuasa.

Tuturan 35 : “Teman-teman kita itu memang seringkali menilai orang itu dari penampilan, banyak orang yang bilang dont judge the book by its cover, tapi kita ini manusia stop tipu-tipu, stop tipu-tipu, we are judge the book by its cover, we are”.

   Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur ekpresif “mengkritik” penutur mengkritik jika banyak dari kita manusia ini berkata bahwa jangan menilai seseorang hanya dengan melihat penampilannya apalagi bila belum mengenalnya. Namun penutur juga berkata jika kita ini hanyalah manusia biasa, jangan berbohong karna kita secara sadar atau tidak sadar seringkali memiliki sikap yang dapat menyakiti hati orang lain.

Tuturan 36 : “Maksud saya tempatkan segala sesuatu itu berdasarkan fungsinya, Kementerian Desa Tertinggal ya taruh di desa tertinggal begitu. Kalau taruh di Jakarta tiap pagi dia bagun buka jendela, begitu dia buka waahh bangunan sudah banyak, gedung sudah banyak, wahh Indonesia sudah maju. Kalau taruh di desa tertinggal, begitu dia buka jendela, hei ini jendela dimana ini, saking tertinggalnya jendela saja tidak ada. mungkin itu karena memang namanya Kementerian Desa Tertinggal, jadi menterinya di sini desanya ditinggal”.

       Tuturan ini termasuk tindak tutur ekpresif “mengkritik” bahwa fungsi daripada gedung Kemendes yang tidak dijalankan dengan baik, dikarenakan gedung tersebut ditempatkan di daerah yang sudah bagus dan maju yaitu di Jakarta, tanpa melihat bahwa begitu banyak daerah-daerah yang tidak semegah Jakarta. Banyak rumah-rumah di daerah-daerah terpencil sudah ditempati namun tidak memiliki jendela dan pintu karena faktor ekonomi. Penutur mengatakan jika fungsi dari Kemendes adalah untuk melihat persoalan ini dan lebih baik jika gedung tersebut ditempatkan di desa tertinggal agar tidak ada lagi persoalan seperti ini.

 

 

 

4.      Tindak Tutur Komisif

Fungsi tindak tutur komisif adalah tindak ujar yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya. Subtindak tutur yang ditemukan adalah mengancam dan bersumpah.

a.      Tindak Tutur Komisif “Mengancam”

“Mengancam” dalam KBBI memiliki arti 1) menyatakan maksud (niat,rencana) untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain, 2) memberi pertanda atau peringatan mengenai kemungkinan malam petaka yang bakal terjadi (hal 38:1898). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 37 : “Teman-teman, data dari Polda Metro Jaya yahun 2011, Jakarta ini adalah daerah dengan tingkat kriminalitas paling tertinggi, paling tinggi di Indonesia, dan tahun ini itu terancam menjadi lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4. Teman-teman, saya punya keluarga datang 4 orang berarti kapak di luar ada 4 bis, di bawah bangku situ itu saya punya mama ada simpan parang, beliau ada tunggu momen itu”.

       Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur komisif “mengancam” pada tuturannya “Jakarta ini adalah daerah dengan tingkat kriminalitas paling tertinggi, dan tahun ini itu terancam lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4” penutur mengancam jika tahun 2014 ini Jakarta terancam akan menjadi daerah tingkat kriminalitas tertinggi jika penutur tidak menjadi juara SUCI 4, sebab para keluarganya sudah menyiapkan benda-benda tajam yang bisa melukai siapa saja yang tidak mendukung penutur untuk mendapatkan juara pertama pada acara Stand Up Comedy Indonesia 4.

 

b.        Tindak Tutur Komisif “Bersumpah”

“Bersumpah” dalam KBBI Memiliki arti 1) menyatakan kebenaran suatu hal atau kesetiaan dengan bersumpah. 2) berjanji dengan sungguh-sungguh. Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.

Tuturan 38 : “Iklan itu teman-teman, suka tipu-tipu sumpah. Dulu saya waktu masih di NTT itu saya lihat iklan pantai ancol itu bagus sekali bersih, begitu saya datang ternyata itu pantai ancol itu kotornya macam orang tidak pernah sikat gigi pakai zact gitu”.

       Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur komisif “bersumpah” pada tuturannya “iklan itu teman-teman, suka tipu-tipu sumpah” penutur bersumpah jika iklan itu terdapat banyak kebohongan didalamnya. Tuturan yang disampaikan penutur bahwa saat masih di tempat tinggalnya di melihat pantai ancol adalah sebuah tempat wisata yang begitu indah dan bersih, tapi setelah penutur ke Jakarta dan melihat sendiri pantai ancol bahwa pantai tersebut tidak seindah yang ada pada iklan di Tv.

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.      Ditemukan 38 tuturan yang terdapat dalam tuturan oleh Abdur Arsyad meliputi tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif dan tindak tutur komisif.

2.      Ditemukan 3 tindak tutur representatif meliputi subtindak tutur menyatakan (9 tuturan), melaporkan (1 tuturan) dan memberikan kesaksian (7 tuturan).

3.      Ditemukan 2 tindak tutur direktif meliputi subtindak tutur menyarankan atau mengusulkan (4 tuturan) dan menyuruh (1 tuturan).

4.      Ditemukan 4 tindak tutur ekpresif meliputi subtindak tutur memuji (2 tuturan), mengkritik (5 tuturan), mengeluh (6 tuturan), dan mengucapkan terima kasih (1 tuturan).

5.      Ditemukan 2 tindak tutur komisif meliputi subtindak tutur mengancam (1 tuturan) dan bersumpah (1 tuturan).

 

3.2  Saran

         Saran yang ingin peneliti sampaikan untuk dijadikan bahan masukan serta evaluasi untuk kedepannya yaitu kepada para pembaca yang tertarik dengan kajian pragmatik, khususnya dalam mempelajari tindak tutur ilokusi agar mendalami jenis tindak tutur ilokusi yang terbagi dalam kategori yang terdapat pada tindak tutur ilokusi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan tindak tutur ilokusi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arifiany, Nurima, dkk. (2016). Pemaknaan Tindak Tutur Direktif dalam Komik “Yowamushi Pedal Chapter 87-93”. Jurnal Japanesen Literature. Volume 2 (1): 1-11.

 

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Austin. J.L. 1962. How to Do Thing with Word. London: Oxford University Press (edisi kedua edited by J.O. Urmson and Marina Sbisa).

 

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1995).

 

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT.Gramedia.

 

Leech, Geoffrey 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terj. Jakarta: UI Prees.

 

Lubis, Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

 

Mahsun, M.S. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 

Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

 

Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja.

 

Onong Uchjana Effendi. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

 

Parker, F. (1986) Linguistics for new-linguists. London: Little, Brown and Company Inc.

 

Pragiwaksono, Pandji. 2012. Merdeka dalam Bercanda. Yogyakarta: Bentang.

 

Rahardi, R.Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma.

 

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: lingkar Media Jogja.

 

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang  Press.

Salam. 2005. Pragmatik Bahan Ajar. Makassar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNM.

 

Searle, J. 1969. Speech Act: An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge University press.

 

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta     Wacana University Press.

 

Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 

Tarigan, Henri Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkara.

 

Verhaar, J. W. M.1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI Offset.

 

Yule, G. (2006). Pragmatik (Terj. Rombe). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

https://www.lacasacomics.com/2014/04/beberapa-teknik-dalam-stand-up-comedy.html?m=1 diakses pada tanggal 10 November 2021. (sumber: pandji.com)

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAFTAR NAMA DOSEN PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNPATTI.

Contoh Skripsi (ANALISIS WACANA KRITIS MODEL NORMAN FAIRCLOUGH PADA TEKS FACEBOOK GRUP NEW PILAR SBT)

Contoh Skripsi (TINDAK TUTUR DIREKTIF PENJUAL DAN PEMBELI DALAM GRUP FACEBOOK KOBISONTA DAGANG)