Bentuk tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa
adalah alat komunikasi atau alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada
orang lain agar mereka dapat mengerti apa yang kita inginkan. Oleh karena itu,
bahasa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena bahasa dan pikiran
manusia sangatlah berhubungan erat. Melalui bahasa, manusia bisa menyampaikan
pikiran, perasaan, gagasan, dan ide baru. Manusia juga dapat menerima
pengetahuan, informasi, berita, atau pesan-pesan melalui bahasa. Bahasa dalam
proses komunikasi dan berinteraksi sangat diperlukan oleh setiap manusia,
bahkan selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatannya. Tanpa bahasa,
manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya secara normal. Menurut Kridalaksana
(1984:24), bahasa adalah sistem arbiter yang digunakan untuk bekerja sama, berinteraksi,
atau mengidentifikasi diri. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, menjadikan
bahasa sebagai media penyampaian pesan pada media-media cetak dan elektronik,
seperti majalah, koran, dan televisi.
Efendi (1993:34),
menyatakan bahwa bagian dari media komunikasi yang sangat berhubungan erat
dengan kehidupan manusia adalah televisi. Televisi sangat berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian masyarakat luas bahkan sampai masyarakat di daerah
terpencil. Televisi sebagai bagian dari media audio visual, menyampaikan
pesan berupa suara dan gambar bergerak, sehingga mudah diterima oleh para
penonton, serta menjadi hiburan dalam keluarga setelah melaksanakan aktivitas
sehari-hari.
Seiring perkembangannya,
proses komunikasi melalui media massa bisa dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu menggunakan media elektronik maupun media cetak. Namun, media yang paling
digemari oleh masyarakat pada umumnya adalah media elektronik, karena banyak
media yang dapat menunjang ketercapaian seseorang untuk mengakses suatu kabar
atau pemberitahuan dengan menggunakan media elektonik, dan tidak perlu untuk
susah payah dalam mengaksesnya. Media itu antara lain, televisi, handphone dan
internet. Salah satu manfaat internet yaitu sebagai media informasi dan
hiburan. Informasi dan hiburan pada televisi yang kita nonton, bisa juga kita
menontonnya pada sebuah aplikasi yang ada pada handphone yaitu YouTube. YouTube sudah mulai menyaingi televisi sebagai sarana media yang
paling sering diakses pengguna internet. Pengguna internet sering menggunakan YouTube untuk menonton sebuah acara yang
tidak sempat mereka tonton secara langsung ketika disiarkan di televisi atau sebuah
acara yang sudah pernah ditonton, namun ingin menontonnya kembali untuk
memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan, berita, sinetron ataupun
komedi.
Istilah stand up comedy yang dilakukan oleh satu
orang sudah sering didengar orang. Sebuah
seni pertunjukan komedi yang dilakukan oleh satu orang di atas panggung itu
disebut dengan komika. Menurut Pragiwaksono (2012), stand up comedy
itu berangkat dari observasi, melihat fenomena sosial, menganalisis dan
membahasnya secara monolog yang lucu. Pemilihan stand up comedy sebagai
bahan penelitian adalah karena dalam acara stand up comedy ini bukan
hanya tontonan yang menghibur saja, tetapi lawakan yang dilontarkan oleh komika
ada kritik atau pesan yang disampaikan, sehingga keberadaan acara ini membawa
pengaruh terhadap pemikiran para penonton karena setiap tema yang dibicarakan
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari sosial, politik, budaya,
dan pendidikan, yang menarik untuk diteliti lebih dalam.
Stand up comedy
adalah acara humor tunggal yang ditayangkan di stasiun televisi Kompas Tv.
Acara ini mulai tayang pada tahun 2011 hingga 2021 dari musim pertama sampai
musim ke-9 dan tayang setiap hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Pada acara stand
up comedy ini penulis mengambil tayangan stand up comedy pada musim
ke-4 tahun 2014 yang tayang setiap hari Kamis pukul 22.00 WIB, dengan durasi
waktu yang diberikan untuk melawak adalah 3-7 menit, dan durasi tayangan acara stand
up comedy adalah 60-120 menit. Peneliti menganalisis video dengan menonton
kembali tayangan ulang melalui handphone lewat aplikasi Youtube. Penulis
tertarik dengan cara berkomedi dari pemenang kedua stand up comedy
Indonesia Kompas Tv pada musim ke-4 tahun 2014 yaitu Abdurrahim Arsyad atau
yang lebih dikenal dengan nama Abdur Arsyad yang berasal dari Larantuka Nusa
Tenggara Timur. Alasan peneliti memilih Abdur Arsyad sebagai objek penelitian
ini adalah karena Abdur Arsyad merupakan seorang komedian yang tuturan
komedinya banyak mengandung tindak tutur ilokusi. Ciri khas pada Abdur ketika
berkomedi ialah semua materi yang disampaikan selalu mengangkat tema kritik
sosial dan keprihatinan, juga keresahannya akan fenomena yang terjadi dalam
masyarakat, lebih khusus pada daerah asalnya di Indonesia Timur.
Peneliti memilih judul Bentuk
Tuturan Ilokusi Komika Abdur Arsyad dalam Acara Stand Up Comedy
Indonesia karena acara stand up
comedy oleh komika Abdur Arsyad menyajikan tuturan-tuturan mengenai
berbagai masalah di Indonesia, terlebih khusus pada daerah NTT. Abdur
membawakan stand up comedy dengan
logat khas NTT. Lawakannya bertujuan untuk mengkritik, menyampaikan berbagai
keluhan, juga keresahannya terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya, dan
tuturan dalam stand up comedy yang ia
bawakan banyak mengandung tuturan ilokusi seperti pada beberapa contoh berikut
:
Tuturan 1. “Enam kali sudah kita ganti nahkoda tapi
masih jauh dari kata sejahtera.”
Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur
ekspresif mengeluh. Penutur menggunakan istilah nahkoda sebagai perumpamaan
untuk menyebutkan presiden atau pemimpin negara kita, karena seorang nahkoda
saja yang bisa mengambil keputusan ke mana arah kapal akan dijalankan. Tugas
seorang pemimpin negara sama dengan tugas seorang nahkoda, yaitu sama-sama
membawa dan menentukan arah suatu negara, dan penutur menyebutnya “kapal tua.”
Penutur menyatakan jika sudah enam kali Indonesia mengganti presiden tetapi
Indonesia kita masih sangat jauh dari kata sejahtera, lebih khusus kita yang
berada di bagian Indonesia Timur karena sangat tertinggal dalam masalah
pembangunan infrastruktur, listrik dan jaringan internet, dan masih banyak lagi
masalah-masalah lainnya yang menandakan bahwa Indonesia masih belum sejahtera.
Tuturan
2. “Teman-teman, data
dari Polda Metro Jaya tahun 2011, Jakarta ini adalah daerah dengan tingkat
kriminalitas paling tertinggi, paling tinggi di Indonesia, dan tahun ini itu
terancam menjadi lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4. Teman-teman,
saya punya keluarga datang 4 orang berarti kapak di luar ada 4 bis, di bawah
bangku situ itu saya punya mama ada simpan parang, beliau ada tunggu momen itu.”
Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur
komisif “mengancam.” Pada tuturan “Jakarta
ini adalah daerah dengan tingkat kriminalitas paling tertinggi, dan tahun ini
itu terancam lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4” penutur
mengancam jika tahun 2014 ini Jakarta terancam akan menjadi daerah tingkat
kriminalitas tertinggi jika penutur tidak menjadi juara SUCI 4, sebab para
keluarganya sudah menyiapkan benda-benda tajam yang bisa melukai siapa saja
yang tidak mendukung penutur untuk mendapatkan juara pertama pada acara Stand Up Comedy Indonesia 4. Walaupun
tuturan ini adalah sebuah lelucon semata, tetapi tuturan tersebut termasuk
dalam tindak tutur komisif mengancam.
Tuturan 3. “Huuuu, asikk asikk asikk, Assalamualaikum,
Wr, Wb. Teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini tidak berarti.
Setiap tawa kalian yang ada di ujung materi itu adalah semangat bagi kami.”
Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur
ekspresif mengucapkan “terima kasih.” Pada tuturan “teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini tidak berarti.
Setiap tawa kalian yang ada di ujung materi itu adalah semangat bagi kami”
penutur menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para penonton yang sudah
mendukung setiap komika yang tampil, lebih khusus penutur sendiri sebab telah mendapat
perhatian penuh dan fokus dari para penonton selama penutur tampil di atas
panggung.
Penutur dalam komunikasi
tentunya mempunyai tujuan dan makna yang berbeda sesuai dengan kondisi pada
saat penutur menyampaikan tuturannya. Artinya, segala tuturan yang disampaikan
oleh penutur penutur memiliki arti. Penting untuk mengetahui bentuk tindak
tutur humor yang digunakan komika dalam stand
up comedy, seperti halnya ketika seorang komika menyampaikan pesan kepada khalayak, karena seorang komika
tidak selalu mengatakan apa yang dimaksudkan, sama dengan apa yang dikatakan.
Ketidaksesuaian tuturan komika dengan konteks, maka pesan yang disampaikan komika kepada khalayak tidak akan
dimengerti. Dengan mengetahui maksud yang terkandung dalam pesan yang
disampaikan, khalayak pun dapat melakukan tindakan yang cocok dengan apa yang
dimaksudkan oleh komika
tersebut, sehingga akhirnya dapat tercapai kesamaan makna antara komika dan khalayak.
Materi yang disampaikan
biasanya dibuat berdasarkan tema yang telah ditentukan sebelumnya. Wacana
tersebut biasanya dapat berupa fenomena yang sedang resmi dibicarakan, masalah
politik maupun sosial, sampai masalah percintaan anak muda saat ini. Materi
yang ada, dikemas secara menarik dan mengandung humor tentunya, agar audiensi
tertarik menyimak dari awal hingga akhir.
Pemilihan pragmatik
sebagai landasan teori berdasarkan alasan bahwa ilmu pragmatik ialah cabang
ilmu bahasa yang mempelajari bentuk suatu bahasa secara eksternal, yaitu
bagaimana bagian dari kebahasaan itu dipakai untuk menyampaikan berbagai
informasi (Wijaya, 2008:4). Pemilihan teori tindak tutur sendiri karena
penggunaan bahasa oleh Abdur Arsyad banyak terdapat bentuk tindak tutur ilokusi
yang terkandung di dalam tuturannya yaitu mengkritik, mengeluh, mengancam,
menyatakan dan lain-lain, maka dalam tuturan Abdur ini berhubungan dengan
tindak tutur ilokusi.
Keresahan yang ada pada Abdur dikemas
dengan cara berkomedi, juga bahasa
yang mudah dicerna oleh masyarakat. Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur
yang mengandung maksud tuturan. Berbeda denga lokusi dan perlokusi, tindak
tutur ilokusi tidak mudah diidentifikasikan. Keadaan ini timbul karena ilokusi
itu berhubungan dengan siapa yang berbicara kepada siapa, kapan dan di mana
tindak tutur itu dilaksanakan, dan lain sebagainya. (Rustono 1999:3). Dengan
demikian tindak ilokusi memegang peran penting agar dapat memahami tindak
tutur. Karena itulah tindak tutur ilokusi perlu dikaji lebih dalam lagi agar
tindak tutur dapat dipahami dengan baik. Jadi penelitian ini mengarah pada
upaya menentukan tindak tutur ilokusi yang terdiri atas representatif,
direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif dengan cara mengamati tuturan yang
diucapkan oleh Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah bentuk tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
bentuk tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoretis
Secara
teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu
pragmatik, khususnya bentuk tindak tutur ilokusi.
2.
Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi:
a.
Pembaca, dapat
menambah pengetahuan dalam bidang pragmatik terutama pemahaman tentang
bagaimana tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam acara stand up comedy
Indonesia.
b.
Peneliti, dapat
mengetahui tentang tuturan ilokusi apa saja yang dituturkan oleh komika Abdur
Arsyad.
c.
Peneliti lain,
dapat dijadikan sebagai dasar melanjutkan penelitian ini dalam kajian yang
berbeda.
BAB II
PERSPEKTIF TEORETIS DAN KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Perspektif Teoretis
Pada
bagian 2.1 ini, penulis akan menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
2.1.1
Definisi Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan
oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).
Menganalisis maksud pengguna bahasa dengan tuturan-tuturannya daripada dengan
makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri
(Yule, 2014:3).
Wijaya (1996:2) dalam bukunya Dasar-Dasar Pragmatik menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang
ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, bagaimana satuan
kebahasaan yang digunakan dalam komunikasi. Makna yang dikaji pragmatik adalah
makna yang terikat konteks atau mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat
dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud penutur.
Levinson (1983:9) menyatakan bahwa “Pragmatics is the study of those relations
between language and context that are grammaticalized, or encoded in the
structure of a language”. ‘Pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan
antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasi atau ditandai (terlukiskan) di
dalam truktur bahasa’.
Yule (1996:3) mengatakan bahwa “pragmatics is the study of contextual meaning”. Pragmatik adalah
studi tentang makna kontekstual. Studi ini akan melakukan pengiterpretasian
makna sebuah tuturan dengan memperhatikan konteks pemakaiannya dan bagaimana
konteks itu mempengaruhi penutur dalam menentukan suatu tuturan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari
struktur bahasa secara eksternal dan pemahaman konteks. Dari uraian di atas
juga dinyatakan bahwa pragmatik sebagai ilmu keterampilan menggunakan bahasa.
Dengan kata lain pragmatik sebagai keterampilan berpatokan pada kemahiran
seseorang menggunakan bahasa yang komunikatif.
Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam
situasi-situasi khusus yang memunculkan adanya konteks yang bisa menimbulkan
perbedaan interpretasi dari penutur. Pragmatik merupakan salah satu variable
yang memberikan pengetahuan tentang cara dan bagaimana suatu bahasa digunakan.
Pragmatik disesuaikan dengan makna yang disampaikan sebagai representasi dari
pemikiran penutur suatu bahasa. Pengertian pragmatik seringkali tertutupi oleh
pengertian semantik yang memang mengacu pada analisis makna. Namun, perbedaan
itu bisa sangat berbeda apabila dilihat dari makna dua hal tersebut. Pragmatik
menganalisis makna memiliki definisi hanya sebagai ciri-ciri ungkapan dalam
suatu bahasa tertentu yang tidak berpengaruh oleh latar belakang situasi dan
kondisi, sedangkan semantik tidak menghubungkan makna dengan penutur bahasa dan
bahasa yang dituturkannya.
Hubungan antara pragmatik
dan tindak tutur atau speech act
sangatlah erat. Tarigan (1986:34) menyatakan bahwa “telaah umum mengenai
bagaimana konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan kalimat yang disebut
pragmatik.” Teori speech act merupakan bagian dari pragmatik, dan pragmatik pun
merupakan bagian dari cabang linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah
bagian dari konteks, dengan demikian pragmatik mencakup bagaimana pemakai
bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpretasi ujaran-ujaran.
2.1.2
Konteks Situasi Tutur
Pragmatik
adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks. Konteks
yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama
oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai sebuah tuturan. Menurut Wijana,
(1996:10) dalam mengkaji makna suatu tuturan ada beberapa aspek situasi yang
harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Penutur
dan Lawan Tutur
Konsep penutur dan lawan tutur
mencakup peneliti dan pembaca dikarenakan tuturan yang bersangkutan
dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur
dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin.
b. Konteks
Tuturan
Penelitian pragmatik selalu
mempertimbangkan konteks suatu tuturan. Leech (1993:20) mengartikan konteks
sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang dimiliki oleh penutur dan lawan
tutur menafsirkan makna tuturan. I Dewa Putu Wijana, (1996:11) menyebutkan
bahwa konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dipahami
oleh penutur dan lawan tutur. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
konteks adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan
tutur yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.
Rustono
(1999:19) menjelaskan bahwa konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana penjelas
suatu maksud. Sarana itu meliputi ekspresi dan situasi yang berhubungan dengan
suatu kejadian. Alwi et al. (dalam
Rustono, 1999:20) menuturkan bahwa konteks terdiri atas unsur-unsur seperti
situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk
amanat, kode, dan sarana.
Di
dalam peristiwa tutur ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan peristiwa
tutur. Hymes (dalam Rustono,1999:20) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
menandai dalam peristiwa tutur adalah 1) setting
atau scene yaitu tempat dan suasana
peristiwa tutur; 2) participant, yaitu
penutur, mitra tutur, atau pihak lain; 3) end
atau tujuan; 4) act yaitu
tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa tutur; 5) key yaitu nada suara dan ragam bahasa
yang digunakan di dalam mengekspresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; 6)
instrument yaitu alat atau sarana
untuk mengekspresikan tuturan, apakah secara lisan, tulis, melalui telepon atau
bertatap muka; 7) norm atau norma
yaitu aturan permaianan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan
sebagainya; yang lazim dikenal dengan singkatan SPEAKING. Selanjutnya Hymes
(dalam Rustono, 1992:21) mengemukakan bahwa “ciri-ciri konteks yang relevan
meliputi delapan hal yaitu: penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan
tempat bertutur, ciri konteks, kode, amanat atau pesan, peristiwa atau
kejadian.”
c. Tujuan
Tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur
dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini
bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan
makud yang sama. Begitu sebaliknya berbagai macam maksud dapat pula diutarakan
dengan tuturan yang sama (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).
d. Tuturan
sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas
Pragmatik selalu berhubungan dengan tindak verbal yang
terjadi dalam situasi dan waktu tertentu sehingga tuturan merupakan suatu
bentuk kesatuan yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan
sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan
tempat pengutarannya (Wijana, 1996:11).
e. Tuturan
sebagai Produk Tindakan Verbal.
Berbicara atau bertutur itu adalah
tindakan verbal karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan
produk tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata
atau bahasa.
Tuturan
yang digunakan di dalam rangka pragmatik merupakan bentuk dari tindak tutur.
Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal
(bukan tindak verbal sendiri) (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).
2.1.3
Teori Tindak Tutur
Tindak
tutur (speech act) merupakan teori
yang mengkaji tentang makna bahasa yang didasarkan pada hubungan antara tuturan
dengan tindakan yang dilakukan penuturnya. Tindak tutur merupakan unsur
pragmatik yang melibatkan pembicara dan pendengar atau penulis dan pembaca
serta apa yang dibicarakan. Bertutur dapat dikatakan sebagai aktivitas, karena
hal tersebut kemungkinan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Tuturan merupakan
sarana utama komunikasi dan memiliki makna yang nyata dalam komunikasi, dengan
bentuk ujaran yang melibatkan dua pihak dalam suatu kondisi tertentu (Chaer,
2010:61).
Menurut
Arifiany (2016:2), tindak tutur adalah perilaku berbahasa seseorang yang berupa
ujaran dalam sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu
tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi, tindak tutur yang terhitung
jumlahnya dan dikategorikan menjadi lima jenis yaitu representatif, direktif,
ekspresif komisif dan deklarasi. Teori tindak tutur pertama kali dicetuskan
oleh Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh Searle (1969).
Tuturan
yang memiliki sifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan
berbahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu dikatakan sebagai tindak
tutur (Chaer dan Agustina, 2010:50). Tindak tutur memiliki maksud dan tujuan
tersendiri, yang merujuk pada pengaruh atau aktivitas terhadap diri sendiri
maupun orang lain.
Konsep
tindak tutur pertama kali dicetuskan oleh Austin (1962:1-11) dalam bukunya How to Do Things with Word. Austin
memilah 3 bentuk tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindakan dalam
menyampaikan sesuatu dengan kata dan kalimat yang cocok dengan arti yang
terdapat di dalam kamus, (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang
berisi maksud, berhubungan dengan siapa yang berbicara kepada siapa, kapan, dan
dimana tindak tutur itu dilakukan, dan sebagainya, (3) tindak tutur perlokusi,
ialah tindak tutur yang penyampaiannya mempunyai maksud untuk mempengaruhi
mitra tutur.
2.1.4
Jenis-jenis Tindak Tutur
Ketika seseorang terlibat percakapan
dengan seorang yang lain secara sengaja, maupun tidak, kedua orang tersebut
telah melakukan proses tindak tutur, baik berupa tindakan melaporkan,
menyarankan, atau menjanjikan. Secara pragmatis, tindak tutur dibedakan atas 3
macam tindakan yang dapat dibentuk oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi,
ilokusi, dan perlokusi.
2.1.4.1
Tindak Tutur Lokusi
Tindak
lokusi ialah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini diucapkan
dalam bahasa Inggris menjadi The act of
saying something. Rahardi (2005:35) menyatakan bahwa tindak lokusioner
ialah tindak tutur dengan kata, gabungan kata, dan kalimat yang cocok dengan
arti yang tercantum dalam kata, gabungan kata, dan kalimat itu. Tindak lokusi adalah
tindak untuk menyatakan sesuatu (Wijana 1996:17). Pernyataan tersebut sejalan
dengan Rustono (1999:35) bahwa lokusi atau lengkapnya tindak lokusi yaitu
tindak tutur yang mempunyai maksud untuk memberitahukan sesuatu. Tindak lokusi
tidak mempersoalkan arti atau fungsi tutur. Penjelasan yang disampaiakan
berkaiatan dengan lokusi ini adalah apakah arti tuturan yang diucapkan itu.
Lokusi semata-mata tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan
sesuatu dengan kata-kata di dalam kamus.
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang
dinilai sangat simpel untuk diidentifikasikan sebab pengidentifikasiannya lebih
dapat dilakukan tanpa menyertakan maksud tertentu. Tindak lokusi sebenarnya
tidak atau kurang begitu penting peranannya untuk memahami tindak tutur (Lihat Parker
dalam Wijana 1996:18). Contoh: “Badan saya lelah sekali.” Penutur dalam kalimat
ini menginformasikan kepada lawan tutur bahwa penutur merasa badannya sangat
lelah sekali, tanpa ada maksud tertentu kepada lawan tuturnya untuk harus
memerhatikan penutur, seperti dipijit oleh lawan tuturnya.
2.1.4.2
Tindak Tutur Ilokusi
Austin
(dalam Rustono, 1999:35) menyatakan kalau tindak ilokusi ialah tindak untuk
mengerjakan sesuatu. Tindak ilokusi yaitu tindak tutur yang berisi maksud dan
fungsi atau daya tuturan (Rustono 1999:37). Tindak tutur ini sering disebut The act of doing something.
Contoh: Udara hari
ini sangat panas. Pada tuturan ini, penutur memberitahu kalau penutur meminta
supaya pintu atau jendela segera dibuka, atau meminta mitra tuturnya untuk
menyalakan kipas angin.
Tindak
tutur ilokusi dibagi atas 5 jenis oleh Searle dalam (Rohmadi, 2004:32). Kelima
jenis itu ialah tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif dan
deklarasi. Berikut penjelasannya.
1. Tindak
Tutur Representatif
Representatif
ialah tindak tutur yang membawa penuturnya pada kenyataan akan kejadian yang
dikatakannya. Bentuk tindak tutur ini bisa dikatakan dengan tindak tutur asertif. Yang tergolong tindak tutur
jenis ini ialah tuturan mengungkapkan, memaksakan, menyetujui, membuktikan,
memberitahukan, memberikan kesaksian, menyebutkan, memperkirakan. Contoh jenis
tuturan ini adalah “Kota Ambon sangat indah pada malam hari, karena banyak
lampu natal menghiasi sepanjang jalan.” Tuturan tersebut termasuk tindak tutur
representatif sebab berisi keterangan dari penuturnya pada kebenaran akan isi
tuturan tersebut yaitu pada kenyataan bahwa pada bulan Desember ini, untuk
menyambut kelahiran Yesus Kristus semua warga Kota Ambon menghiasi setiap jalan
dengan kerlap kerlip lampu natal yang indah.
2. Tindak
Tutur Direktif
Tindak
tutur direktif ialah tindak tutur yang mempunyai maksud supaya mitra tutur
melaksanakan tindakan sama seperti apa yang dikatakan di dalam tuturannya.
Tindak tutur direktif dikatakan juga dengan tindak tutur impositif. Yang tergolong dalam
bentuk tindak tutur ini diantaranya ialah tuturan meminta, mengajak, mendesak,
mengusulkan, memerintahkan, menagih, menyuruh, memohon, menantang, memberi
aba-aba. Contohnya adalah “Bukalah jendela itu aku sangat kegerahan.” Contoh
yang terbilang ini tergolong dalam tindak tutur jenis difektif sebab tuturan
itu dituturkan dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang
disebutkan dalam tuturannya yakni menyuruh untuk membuka jendela. Indikator
dari tuturan direktif yaitu suatu reaksi yang dibuat oleh mitra tutur sesudah
mendengar tuturan yang dikatakan oleh penutur.
3.
Tindak Tutur Ekspresif
Tindak
tutur ini disebut dengan tindak tutur evaluatif. Tindak tutur ekspresif ialah
tindak tutur yang maksud dari penuturnya diartikan sebagai pertimbangan atas
kejadian yang diucapkan dalam tuturan tersebut, antara lain tuturan mengucapkan
terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan,
dan mengkritik. Tuturan “Saya sudah bersusah payah untuk membuat lukisan ini
sebagai tugas akhir saya, tapi kenapa kamu merusaknya dek?” Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur ekspresif menyalahkan yang dimaksudkan sebagai ulasan
mengenai apa yang dituturkannya, yaitu sudah bersusah payah membuat lukisan
untuk tugas akhir tetapi dirusak oleh adiknya. Contoh tuturan lain ialah
“Suaramu bagus sekali yah” (memuji), “Semua ini gara-gara kamu, kalau saya kamu
tidak ceroboh kita pasti bisa mendapat juara 1” (menyalahkan), “Selamat yah
atas gelarnya, diberkati selalu” (mengucapkan selamat).
4.
Tindak Tutur Komisif
Tindak
tutur komisif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melakukan apa
saja yang diucapkan dalam setiap ujarannya, misalnya bersumpah, berjanji,
mengancam, menyatakan kesanggupan. Contoh tindak tutur komisif berjanji adalah
“Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.” Tuturan itu
mengikat penuturnya untuk mampu menepati janjinya agar tidak mengulagi lagi
kesalahan yang dibuatnya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk harus
menepati janji yang telah dituturkannya.
5.
Tindak Tutur Deklarasi
Tindak
tutur deklarasi yakni tindak tutur yang mempunyai maksud agar penuturnya
membentuk keadaan (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Yang tergolong
dalam jenis tuturan ini ialah tuturan dengan arti mengesankan, menghalangi, membatalkan,
melarang, mengakui, mengizinkan, mengatur, mendukung, memaafkan. Tindak tutur
deklarasi dapat dilihat dari contoh berikut ini:
a) “Saya
tidak jadi pergi sebab kurang enak badan” (membatalkan)
b) “Ibu
memaafkan kesalahanmu” (memaafkan)
c) “Bapak
mengizinkanmu untuk pergi bersama teman-temanmu” (mengizinkan).
2.1.4.3
Tindak Tutur Perlokusi
Tindak
perlokusi ialah tindak tutur yang pengutarannya dimaksudkan untuk memengaruhi
lawan tuturnya. Tidak tutur perlokusi disebut sebagai The act of affecting someone. Tuturan yang disampaikan oleh seorang
penutur selalu mempunyai dampak atau daya pengaruh (perlocutinary force). Dampak yang diperoleh sering mengujarkan
sesuatu itulah bagi Austin dinamakan tidak perlokusi (Lihat Rustono, 1999:36).
Akibat dari tuturan itulah bisa ditimbulkan bagi penutur secara sengaja ataupun
secara tidak sengaja. Tindak tutur yang perkataannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi mitra tutur inilah menjadi tindak perlokusi.
Terdapat
sebagian kata kerja yang menandai tindak perlokusi. Menurut Leech (dalam
Rustono, 1999:37), kata kerja diantaranya ialah merayu, membohongi, memaksa, membujuk,
membuat marah, menggangu, memuaskan, mempermalukan, manarik perhatian, dan
sebagainya.
Tindak
pelokusi juga sulit dideteksi sebab wajib menyertakan kondisi tuturannya. Jadi
bisa dijelaskan bahwa setiap perkataan dari seorang penutur mengharuskan sekali
agar yang terkandung di dalam tuturan tersebut hanya ilokusi saja, dan
perlokusi saja, tetapi tidak menutup kemungkinan pula kalau satu tuturan berisi
keduanya atau juga tiga-tiganya sekaligus. Contoh: Ada hantu! Tuturan ini memiliki
akibat dari tuturan yang ditimbulkan, baik secara sengaja ataupun tidak
sengaja.
2.1.5
Fungsi Tindak Tutur Ilokusi
Fungsi
utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia untuk dapat
berinteraksi dengan orang lain. Dengan adanya fungsi dari bahasa tersebut, maka
tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sebuah tindak tutur, tindak ilokusi juga
memiliki fungsi ilokusi. Menurut Leech (1983:1004), fungsi ilokusi dibagi atas
4 macam sebanding dengan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial
berupa sopan santun. Adapun fungsi tindak ilokusi antara lain kompetitif (competitive), menyenangkan (convivial), bekerja sama (collaborative), dan bertentangan (cinflictive). Fungsi-fungsi tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetitif
(bersaing)
Searle
(dalam Leech, 1983:104) mengungkapkan bahwa fungsi kompetitif ialah tuturan
yang pada dasarnya tidak bertatakrama (discourteous), misalnya meminta
menggunakan sikap memaksa, akhirnya disini melibatkan sopan santun. Fungsi
ilokusi kompetitif ini, sopan santun mempunyai sifat negatif dan bersaing
dengan tujuan sosial misalnya memerintah (commanding),
meminta (requesting), menuntut (demanding), dan mengemis (begging).
2. Konvivial
(menyenangkan)
Fungsi
konvivial atau menyenangkan adalah tuturan yang bertatakrama. Tujuan ilokusi
searah dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini, sopan santun makin positif
wujudnya dan mempunyai tujuan untuk mencari peluang agar lebih santun, misalnya
menawarkan, mengajak, memanggil, menyampaikan terima kasih, dan mengucapkan
selamat.
3. Kolaboratif
(kerja sama)
Fungsi
kerja sama tidak menyertakan sopan santun, sebab dalam fungsi ini, sopan santun
tidak penting. Tujuan dari ilokusinya tidak menyertakan tujuan sosial; misalnya
menyatakan, melaporkan, mengumumkan, dan mengajarkan.
4. Konfliktif
(bertentangan)
Fungsi bertentangan ini tidak berisi unsur
sopan santun sama sekali sebab fungsinya didasarkan pada tujuan untuk memicu
kemarahan. Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya meneror,
menyalahkan, mencaci maki, dan mengutuk.
2.1.6
Pengertian Stand Up Comedy dan
Perkembangannya di Indonesia
Stand up comedy adalah
seni pertunjukan komedi yang dilakukan oleh satu penampil (One man show) atau biasa disebut komika. Menurut Pragiwaksono
(2012), Stand up comedy itu berangkat
dari observasi, memotret fenomena sosial, menganalisis dan membahasnya secara
monolog dan lucu. Komedi mungkin memang sudah dinikmati, tetapi ia sangat sulit
didefinisikan. Hal ini sebagian besar disebebkan oleh keterbatasan definisi itu
sendiri. Sebuah contoh definisi tentang komedi : komedi/komedi/n sandiwara yang
penuh dengan kelucuan-kelucuan (yang tidak masuk akal); saniwara gembira komedi
pertunjukan cerita yang dimainkan oleh orang; sandiwara; pertunjukan.
Setidaknya syarat komedi adalah: 1) mengakibatkan ketawa, 2) akhir cerita yang
gembira, 3) representasi dari kehidupan sehari-hari. Tapi sekalipun ketiga
syarat ini dipenuhi, usaha untuk memberikan komedi masih agak sulit dikatakan
berhasil.
Stand up comedy
ialah komedi atau lawakan yang dilaksanakan di atas panggung oleh seseorang
dengan menyampaikan berbagai kelucuan berdurasi 10-45 menit. Stand up comedy awal dikenal sejak abad
ke 18 di Eropa dan Amerika Serikat.
Pelaku
stand up comedy disebut dengan stand up comic atau comic (komika).
Setiap komika membawakan cerita lucu, atau komentar dalam bentuk menyindir
dengan pembawaan dan gerak gerik tersendiri yang disampaikan oleh komika
tersebut. Saat akan naik ke atas panggung, setiap komika sudah membuat catatan
tentang materi yang akan disampaikan nanti. (Nationalgeographic, 2012).
Materi
stand up comedy yang hanya 1 orang
untuk berdialog ialah hasil pengamatan, keresahan, dan juga tanggapan dari para
komika yang dibalut dengan komedi. Hal tersebut yang membuat bentuk komedi ini
dinamakan “stand up” comedy, di mana
seseorang dapat menyampaikan pandangannya dengan terbuka terhadap sesuatu
dengan cara yang menghibur, dan merujuk pada komika yang menyampaikan lelucon
dengan cara berdiri.
Adapun
istilah-istilah yang ada dalam stand up
comedy ialah sebagai berikut:
1. Joke telling:
Melawak dengan memberikan cerita lucu, teka-teki, dan juga humor yang sudah
dikumpulkannya dari macam-macam sumber.
2. Bit:
Dasar materi stand up yang mencakup set-up dan punchline.
3. Set: Dasar pementasan stand up umumnya terdiri dari sejumlah bit.
4. Set-up:
Sesi yang tidak lucu dari sebuah bit, biasanya dugaan atau dasar-dasar dari bit
tersebut ke bagian yang lucu.
5. Punchline:
Bagian yang lucu dari sebuah bit. Dampak yang mengagetkan muka disebut punch-line dengan kalimat yang harus
menonjol.
6. Kill:
Di saat kita berhasil membuat para penonton tertawa sepanjang babak pementasan.
7. Bomb:
Saat kita tidak mampu untuk membuat para penonton tertawa dengan lawakan kita. (Ensiklopedia, 2013)
Selain
istilah di atas, ada juga teknik-teknik stand
up comedy di antaranya:
1. One liner
Bit pendek yang hanya terdiri atas
1-3 kalimat. Tekniknya sangat mudah namun membutuhkan pemikiran lebih keras
daripada teknik lainnya karena satu bit pendek tersebut sangat diharapkan untuk
bisa membuat penonton tertawa.
2. Call back
Memakai punch-line pada bit yang terdahulu untuk dibawa kembali pada bit
berikutnya.
3. Rule of Three
Cara pemakaian tiga kalimat dengan
kalimat pertama dan kedua sebagai set up
dan kalimat terakhir sebagai punch-line.
4. Act out
Memakai gerakan dari anggota tubuh
untuk mengganti kalimat dan umumnya mempunyai tahapan keberhasilan yang tinggi
bila digunakan sebagai punch-line.
5. Impersonation
Metode meniru para Tokoh terkenal.
Peniruan ini bisa dalam bentuk gaya berbicara, setiap gerakan pada tubuh dan
juga berbagai kata khas yang dimiliki.
6. Riffing
Membawa para penonton agar ikut
menjadi bagian dari joke. Kebanyakan
dilakukan secara langsung.
7. Roasting
Metode dalam stand up di mana setiap komika menjadikan seseorang sebagai korban
tertawaan. Kebanyakan dari korban tertawaan yaitu bintang tamu, juri, dan teman
komikanya sendiri yang menjadi bahan candaan komika. Pada situasi ini, orang
yang diroasting telah menyetujuinya. https://www.lacasacomics.com/2014/04/beberapa-teknik-dalam-stand-up-comedy.html?m=1
diakses pada tanggal 10 November 2021. (sumber: pandji.com)
Biasanya Stand up comedy ini lebih banyak ditampilkan di kafe, bar, atau
universitas. Namun, sejalan dengan semakin maraknya tren stand up comedy di Indonesia, bentuk komedi ini mulai ditayangkan
di televisi. Apalagi, belakangan ini ajang pencarian bakat dalam bidang stand up comedy pun semakin banyak dan
menarik perhatian masyarakat. Kelihatan dari perolehan poin dari
program-program tersebut. Ada beberapa komika Indonesia yang berasal dari
program tersebut juga makin dikenal seperti Raditya Dika, Panji Pragiwaksono,
dan seorang komika asal NTT yang juga tidak kalah akan lawakannya yang mengocok
perut yaitu Abdur Arsyad.
2.2 Kajian Pustaka
Beberapa penelitian yang
pernah dilakukan berkenaan dengan tindak tutur juga pernah dilakukan oleh Dwi
Prasetyo (2009) dengan judul “Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur
Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV: Sebuah kajian pragmatik. Hasil yang
didapat dari penelitian tersebut adalah (1) tindak tutur representatif meliputi
subtindak tutur menyatakan dan melaporkan. (2) tindak tutur direktif meliputi
subtindak tutur mengajak, memohon, menyarankan atau mengusulkan, memerintah
atau menyuruh, dan menasehati. (3) tindak tutur komisif meliputi subtindak
tutur menawarkan, menolak, mengancam, bersumpah dan berjanji. (4) tindak tutur
ekpresif meliputi subtindak tutur mengucapkan terima kasih, mengucapkan
selamat, mengkritik, menyalahkan, mengeluh dan memuji. Selain tuturan ilokusi
terdapat beberapa macam implikatur percakapan yaitu menegaskan, menawarkan,
memperingatkan, menyuruh dan melarang
Penelitian sejenis juga dilakukan
oleh Elvi Sari Pulungan (2018) dengan judul “Analisis Tindak Tutur dalam Acara Stand
Up Comedy Academy 3 Indosiar: Kajian Pragmatik. Hasil yang didapat dari penelitian
tersebut adalah (1) 6 tuturan lokusi, 16 tuturan ilokusi, yaitu representatif,
direktif dan ekspresif. Yang pertama representatif meliputi: menyatakan (7
tuturan), menunjukkan (1 tuturan), mengakui (2 tuturan), menyebutkan (1
tuturan), berspekulasi (1 tuturan) total 12 tuturan representatif. Kedua
direktif meliputi: meminta (2 tuturan) total 2 tuturan direktif. Ketiga
ekspresif meliputi: (2 tuturan) yaitu mengucapkan terima kasih (1 tuturan) dan
mengkritik (1) tuturan total 2 tuturan ekpresif.
Penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Lurgardis Atulolon, Kanisius Rambut, dan Maksimilianus Doi
dengan judul Illocutionary Acts In
Abdur’s Stand Up Comedy Indonesia. Hasil menunjukan bahwa ada tiga kategori
dalam tindak ilokusi dari ujaran-ujaran Abdur yakni asetif, direktif, dan ekspresif.
Banyak ujaran Abdur termasuk dalam asertif, yakni berbicara tentang seorang
pembicara yang berusaha untuk yakin dalam melakukan suatu keyakinan tertentu, ketika
berbicara tentang fakta dari situasi yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur
yang diekspresikan di dalam komedi. Ujaran-ujaran Abdur mempunyai keunikan
tersendiri karena ujaran-ujaran tersebut mempunyai makna mendalam yang tersirat
didalam komedi.
Kedua penelitian
terdahulu ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terkit dengan aspek ilokusi, tetapi dengn sumber data yang berbeda, sedangkan
satu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lurgardis Atulolon, Kanisius
Rambut, dan Maksimilianus Doi memiliki kajian yang sama dengan peneliti yaitu
melihat aspek tuturan ilokusi komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy
Indonesia, pada sesi 4. Sekalipun sama kajiannya, tetapi cara pandang kami
berbeda dalam melihat tuturan ilokusi ini, sehingga penelitian ini tetap layak
untuk dilakukan.
.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, dan tindakan secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian
kualitatif juga merupakan penelitian yang semua data berupa uraian-uraian tanpa
angka. Uraian tersebut menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan dengan menarik
kesimpulan berdasarkan analisis kualitatif.
Penelitian
kualitatif memiliki ciri-ciri atau sifat yang disebut karakteristik. Menurut
Bogdan dan Biglen dalam Moleong, (2012:9-12), ada 11 karakteristik penelitian
kualitatif, tetapi penelitian ini hanya menggunakan 6 karakteristik yang
relevan dengan penelitianyang dilakukan. Karakteristik itu adalah sebagai
berikut:
a. Manusia
sebagai alat, manusia/peneliti merupakan alat pengumpulan data yang pertama
b. Teori
dari dasar (Ground Theory) penggunaan
teori ini menuju pada arah penyusun teori berdasarkan data.
c. Deskriptif,
meksudnya data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan
angka-angka.
d. Lebih
mementingkan proses daripada hasil, penelitian kualitatif lebih banyak
mementinggkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan
bagian-bagian yang sedang diteliti, akan lebih jelas apabila diamati dalam
proses.
e. Adanya
batas yang ditentukan oleh fokus, maksudnya perlunya batas penelitian atas
dasar yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.
f. Adanya
kriteria khusus untuk keabsahan data, yakni kualitas eksternal, reabilitas, dan
objektif.
Penelitian
yang berjudul “Analisis Tuturan Ilokusi dalam acara Stand Up Comedy Indonesia oleh Komika Abdur Arsyad” di Stasiun
televisi Kompas Tv termasuk penelitian kualitatif. Subroto (1992:5) berpendapat
bahwa “metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian
terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang dengan menggunakan
metode statistik”). Penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Istilah
deskriptif berarti bahwa penelitian yang dilaukan semata-mata hanya didasarkan
pada fakta atau fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah suatu bahasa yang
mempunyai sifat pemaparan apa adanya (Sudaryanto, 1992:62).
Dalam
penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data tuturan ilokusi yang ada pada
Acara Stand Up Comedy Indonesia oleh
Komika Abdur Arsyad. Hal ini berdasarkan definisi Arikunto (2009:234) mengenai
penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang diartikan demi mendapatkan berbagai
informasi tentang status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif meneliti tentang
persoalan yang ada dalam masyarakat, dan kebiasaan yang berjalan dalam
kehidupan masyarakat serta keadaan tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang terjadi dan berbagai dampak dari suatu kejadian.
Berdasarkan jenis penelitiannya, Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami suatu kejadian
tentang apa yang dirasakan oleh subjek penelitian misalnya karakter, kesan,
motifasi, dan tindakan secara keseluruhan dan dengan cara digambarkan dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu latar belakang khusus yang natural dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong 2006:6). Dengan demikian,
data dari penelitian ini dinyatakan dalam bentuk verbal (bahasa). Berdasarkan
metode deskriptif kualitatif ini peneliti melakukan analisis tuturan ilokusi
dalam acara stand up comedy Indonesia
oleh komika Abdur Arsyad.
3.2
Data
dan Sumber Data
Suatu
penelitian kualitatif, tentunya tidak lepas dari data yang diperlukan untuk
memperkuat hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
dari sumber lisan yaitu tuturan komika Abdur Arsyad yang mengandung tuturan
ilokusi dalam acara Stand Up Comedy
Indonesia. Data lisan ini kemudian ditranskripsikan menjadi data tulis untuk
dianalisis.
Menurut
Subroto (1992:34), sumber data adalah asal data penelitian diperoleh. Data
sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang telah
tersedia dari alam yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh penulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini
yaitu “Acara Stand Up Comedy
Indonesia” season 4 yang
yang diupload tayangan ulang pada
bulan Mei-Agustus di aplikasi YouTube.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk meneliti tindak tutur ilokusi dalam dialog
yang merupakan bahasa lisan adalah teknik rekam. Menurut Subroto (1992:32),
yang dimaksud dengan teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara merekam
pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik rekam, teknik simak dan catat.
Teknik simak adalah penyimakan bahasa lisan yang secara spontan dan mengadakan
pencatatan data yang relevan dan sesuai dengan sasaran serta tujuan penelitian
(Subroto, 1992:41). Jadi setelah data penelitian didapatkan melalui teknik
rekam (berupa MP3 Player), peneliti
kemudian melakukan penyimakan dan setelah itu melakukan pencatatan terhadap
tuturan-tuturan Abdur Arsyad yang didalamnya mengandung ilokusi.
Adapun proses pengumpulan data ini
dilakukan melalui beberapa langkah yaitu: peneliti mencari video stand up comedy Abdur Arsyad dengan
menggunakan aplikasi youtube, menonton video stand up comedy tersebut, mentranskripsikan audio pada video dalam
bentuk tulisan, mengidentifikasi data berdasarkan bentuk tindak tutur ilokusi
dan bentuk strategi bertutur.
3.4.
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian ini adalah peneliti sendiri. Moleong (2006:198) menyatakan bahwa
kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai instrumen
penelitian. Yang dimaksud dengan peneliti sendiri atau manusia sebagai
instrumen penelitian adalah peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor
hasil penelitiannya. Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti sendiri yang berbekal tentang pemahaman kajian teori
pragmatik yaitu, tindak tutur.
Di samping itu, peneliti memerlukan alat-alat instrumen
yang merupakan alat bantu bagi peneliti untuk mendapatkan sejumlah data.
Instrumen itu antara lain, (1) handphone, dipakai untuk mendengarkan tuturan dalam acara stand
up comedy Indonesia oleh Abdur Arsyad. (2) buku catatan
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik
analisis yang digunakan adalah model interaktif Miles dan Huberman. (1992:15-16).
Data yang dikumpulkan dianalisis melalui tiga alur kegiatan yang dilakukan
secara bersamaan.
Analisis
data melalui tiga alur kegiatan itu yaitu :
1.
Reduksi data, yaitu proses pemilihan dan
pemusatan pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data yang
muncul pada catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari
analisis data dengan suatu bentuk analisa data yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data
sehingga kesimpulan final dapat diambil dan diverifikasi.
Pada proses reduksi data, penulis akan memisahkan data
tuturan yang disampaikan oleh komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia yang
mengandung tindak tutur ilokusi dan yang tidak. Setelah dipisahkan, peneliti
mulai mengklasifikasikan jenis tuturan tersebut. Setelah diklasifikasikan
peneliti menemukan 39 tuturan yang meliputi tindak tutur representatif sebanyak
18 tuturan, tindak tutur direktif sebanyak 5 tuturan, tindak tutur ekpresif
sebanyak 14 tuturan dan tindak tutur komisif sebanyak 2 tuturan.
2.
Penyajian data, merupakan alur kedua dalam
kegiatan analisis data yaitu kumpulan informasi tentang penelitian yang
dilakukan dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
Dalam penelitian ini, setelah
peneliti mereduksi data tentang tuturan ilokusi oleh komika Abdur Arsyad dalam
acara stand up comedy Indonesia,
selanjutnya penulis akan menyajikan atau memaparkan data dalam bentuk uraian.
3.
Kesimpulan, sekumpulan informasi yang
tersusun memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan,
penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan. Kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Pada
penelitian ini, setelah peneliti selesai mereduksi dan menyajikan data,
selanjutnya peneliti mulai melakukan penarikan kesimpulan. Peneliti
menganalisis tuturan ilokusi oleh komika Abdur Arsyad dalam acara stand up comedy Indonesia dan dikaitkan
dengan teori yang dipegang. Setelah itu barulah peneliti menarik kesimpulan
berdasarkan hasil analisis tersebut.
3.6 Pengecekan Keabsahan Data
Data
yang diperoleh pada saat penelitian perlu dilakukan pengecekan atau diperiksa
keabsahannya. Teknik yang digunakan untuk mengecek keabsahan data adalah teknik
triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu (Moleong, 2005:330).
Teknik triangulasi yang
dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan triangulasi dengan metode dan teori. Triangulasi dengan metode,
menurut Patton (1987:329), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2)
pengecekan derajat kepercayaan berupa sumber data dengan metode yang sama.
Peneliti memverifikasi data dari teknik rekaman, transkrip, dan pencatatan
untuk mendapatkan data yang benar-benar absah. Teknik triangulasi dengan teori,
menurut Patton (1987) yaitu dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu atau
lebih teori dan hal ini dinamakan penjelasan banding. Dalam proses ini,
peneliti membandingkan data yang diperoleh dengan teori-teori ataupun
penelitian terdahulu yang relevan, sehingga mendapatkan data yang benar atau
sahih. Teori yang digunakan peneliti dalam menganalisis data yaitu teori
mengenai tindak tutur khususnya tindak tutur ilokusi yang dikemukakan oleh
Searle, Leech, dan Yule.
BAB
IV
PAPARAN
DATA DAN PEMBAHASAN
Pada
bab ini akan dideskripsikan hasil penelitian tentang tuturan ilokusi komika
Abdur Arsyad dalam Acara Stand Up Comedy
Indonesia. Berdasarkan hasil video yang ditonton pada aplikasi youtube, lawakan
yang disampaikan oleh komika Abdur Arsyad dalam acara Stand Up Comedy Indonesia terdapat tuturan ilokusi yang dilihat
dari daya ilokusinya yaitu representatif, direktif, ekspresif dan komisif.
4.1 Paparan Data
Paparan data
berikut ini difokuskan pada tuturan oleh komika Abdur Arsyad dalam Acara Stand Up Comedy Indonesia yang
ditayangkan per episode. Berdasarkan hasil video stand up comedy oleh Abdur Arsyad dapat dirincikan sebagai berikut.
(1) Tayang
ulang di YouTube pada tanggal 25 Mei 2020.
Tema Materi :
Anggota DPR Sudah Gila dari Awal.
Tuturan :
1.
Huuuu, asikk asikk asikk, Assalamualaikum,
Wr, Wb. Teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini tidak berarti.
Setiap tawa kalian yang ada di ujung
materi itu adalah semangat bagi kami.
2.
Teman-teman sudah 16 tahun kita tertatih
dalam reformasi, ditipu oleh para politisi yang katanya berikan bukti bukan
janji, tapi begitu ada tangis suara minor di pelosok negeri mereka sibuk
mencari koalisi bukan solusi.
3.
Makanya teman-teman daripada sibuk nonton
mereka yang debat di televisi, lebih baik datang ke sini bisa cuci mata ada
tante Feni.
4.
Teman-teman ada 6608 orang yang berebut
kursi di DPR RI 560 kursi, ini berarti 1 orang
cuma punya peluang menang 8%, 8% memang tidak semua, tapi ada orang yang
menghabiskan uang banyak untuk mendapatkan posisi ini.
5.
Saya bilang seperti ini teman-teman karena
bapak saya itu caleg di 2014. Beliau buat kartu nama bagus sekali lengkap
dengan foto, kemudian beliau bagi ke seluruh masyarakat kampung, beliau bagi
bagi bagi. Begitu KPU datang untuk sosialisasi, ternyata di surat suara tahun
ini itu tidak ada foto caleg, tidak ada. Bapak saya langsung stres, iya karena
kalau tidak ada foto caleg itu bagaimana masyarakat mau memilih?! Masyarakat di
sana kan rata-rata buta huruf, jangankan mau memilih, huruf A besar macam
gunung Krakatau saja mereka pikir lam alif.
6.
Teman-teman menurut saya, selama
pendidikan di Indonesia tidak merata, demokrasi kita akan selalu rusak. Karena
suara seorang Profesor dengan suara seorang preman sama-sama dihitung satu.
Suara orang yang memilih karena analisa dengan suara orang yang memilih karena
dibayar sama-sama dihitung satu.
7.
Makanya teman-teman jangan ada yang
golput, karena kita semua yang ada di sini dan yang ada di rumah adalah harapan
Indonesia.
(2)
Tayang ulang di YouTube pada tanggal
28 Mei 2020.
Tema
Materi : Mama saya penonton sinetron garis keras Indonesia.
Tuturan
:
1. Berbicara
tentang perempuan, berarti kita berbicara tentang Ibu, sosok perempuan tangguh
tempat kita berteduh membasuh peluh, dia yang peling mengerti kita saat kita jatuh,
mengangkat kita dan memberi semangat baru.
2. Teman-teman
pada umumnya perempuan pertama yang kita kenal adalah mama. Saya punya mama itu
adalah perempuan yang paling suka nonton sinetron, itu dari jaman dulu yang
tersanjung sama yang sekarang tukang ojek naik haji itu, semua iya saya punya
mama itu layak mendapatkan piala citra dalam kategori penonton sinetron garis
keras Indonesia.
(3)
Tayang ulang di Youtube pada tanggal
8 Juni 2020.
Tema Materi : Mama
saya Guru, tapi ujian online kompetensi tak pernah lulus.
Tuturan :
1. Pemerintah
itu memberikan sertifikasi pada guru-guru tua, tapi mereka menuntut agar
guru-guru bisa kreatif. Sekarang pertanyaannya, apa yang bisa kita tingkatkan
dari mereka yang satu dua tahun lagi pensiun, yang bisa ditingkatkan tinggal amal
dan ibadah saja. Teman-teman memaksa orang tua untuk kreatif itu sama seperti
kita memaksa balita untuk mengerti statistik. Aduh adek lucunya, eh dek
rata-rata simpangan baku umur teman-temanmu berapa ya? Aaaaaaa pingsan.
2. Maksud
saya begini teman-teman, kalau pemerintah itu memang mau memberikan tunjangan
untuk guru-guru yang tua, yasudah kasih saja, tidak perlu tuntut apa-apa dari
mereka karena apa, karena memang itu haknya mereka.
3.
Teman-teman kalau tidak ada mereka, siapa
yang mau puluhan tahun mengajar di pelosok desa sana, siapa? Sinyal saja masuk
desa itu sinyal pikir pikir. Lamakera itu desa saya teman-teman, Lamakera itu salah satu desa
terpencil di NTT. Itu di sana itu memang belum maju, listrik saja baru masuk.
(4)
Tayang ulang di YouTube pada tanggal 15 Juni
2020.
Tema Materi : Sibuk nyebrang jalan,
sopir-sopir angkot sampai hapal.
Tuturan :
1. Jadi
kalau sudah malam-malam kemudian ada ibu hamil yang mengalami pendarahan, itu
berarti malam itu dewi fortuna juga ikut sial, karena malam gelap kita harus
bawa ke Rumah Sakit, dingin menyengat, harus nyebrang, perahu kecil, ombak
besar, aduh mama sayangeeeee, itu mau suami siaga penggalang penegak mau
pembina semua simpul jari, aduh Tuhan, aduh Tuhan tolongggg, begitu.
2.
Dia hanya bawa kapal itu kalau pakai
perahu begitu dia hanya bisa pegang kemudi di belakang karena dia tahu tugasnya
dia untuk jaga mesin tetap hidup, tapi isterinya tetap hidup itu urusan Tuhan.
(5)
Tayang ulang di YouTube pada tanggal 27 Juni
2020.
Tema Materi : Pertama kali ke ancol
airnya hitam dan gelap
Tuturan :
1. Teman-teman
kita itu memang seringkali menilai orang itu dari penampilan, banyak orang yang
bilang dont judge the book by its cover, tapi kita ini manusia stop tipu-tipu,
stop tipu-tipu, we are judge the book by its cover, we are.
2. Saya
baru pertama kali lihat itu pantai Ancol itu air lautnya hitam gelap tidak bisa
lihat apa-apa. Itu macam oli mesin kita kasih pasir itu, itu pantai ancol men.
Ada ubur-ubur yang berenang itu napas satu-satu, adakala dia membentuk huruf
SOS.
3.
Teman-teman pantai di rumah saya di pantai
weri di Larantuka sana, itu Cuma 50 meter dari rumah saya. Pantai itu pokoknya
saking dekat itu kalau ada tsunami itu rumah saya hanyut duluan begitu. Iya,
itu pantainya itu bersih airnya jernih, saking jernihnya itu kalau siang-siang
ikan mau kawin itu ikan takut.
(6)
Tayang ulang di Youtube pada tanggal 29 Juni
2020.
Tema Materi : Tradisi di Timur abis
sunat dibawa ke pantai.
Tuturan :
1. Iklan
itu teman-teman, suka tipu-tipu sumpah. Dulu saya waktu masih di NTT itu saya
lihat iklan pantai ancol itu bagus sekali bersih, begitu saya datang ternyata
itu pantai ancol itu kotornya macam orang tidak pernah sikat gigi pakai zact
gitu.
2. Kenapa
yang tidak diiklankan itu kenapa tidak pantai-pantai yang ada di timur,
pantai-pantai di sana itu kan bersih-bersih, itu teman-teman selain buat
wisata, pantai di sana itu dipakai untuk penyembuh luka.
(7)
Tayang ulang di YouTube pada tanggal
8 Juli 2020.
Tema Materi : Saya itu lahir dari
tangan dukun beranak.
Tuturan :
1. Jaya
Indonesia, Nusa Tenggara Timur tahun 2006 itu memegang rekor tertinggi dalam
urusan kematian ibu dan anak, iya ini serius. Mau bagaimana lagi teman-teman
karena memang di sana itu tim medis kurang, transportasi susah, Rumah Sakit
jauh, aduh mama sayangggeee yang dekat itu malaikat maut saja, serius.
Teman-teman, kami orang timur ini memang tertinggal dalam pembangunan tapi kami
ini tidak pernah menyerah dengan keadaan.
2. Di
Flores Timur itu ada namanya program untuk membantu ibu-ibu melahirkan, namanya
2H2 Center, kalau pas lampu mati berarti 2 hari 2 malam pakai senter. Program
ini memantau ibu-ibu hamil melalui SMS. Jadi kalau ada yang SMS begitu ‘pak
saya mau melahirkan’ itu langsung siapkan kapal, pelayanan cepat bawa ke rumah
sakit.
3.
Makanya kadang itu saya miris teman-teman,
saya miris. Perempuan-perempuan di sana itu berjuang hidup dan mati untuk
melintasi lautan yang dalam, tapi perempuan di sini ada yang tidak pikir mati
tapi yang penting hidup di dunia malam.
(8)
Tayang ulang di Youtube pada 4
Agustus 2020.
Tema
Materi : Indonesia seperti kapal tua, berlayar tanpa arah.
Tuturan
:
1. Jaya
Indonesia, sebagai anak nelayan dari Lamakera saya melihat Indonesia itu
seperti kapal tua yang berlayar tak tahu arah. Arahnya ada, hanya nahkoda kita
yang tak bisa membaca, mungkin dia bisa membaca tapi tertutup hasrat membabi
buta, hasrat menghidupi keluarga, saudara, kolega, dan mungkin isteri muda.
2. Enam
kali sudah kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera.
3. Nahkoda
yang pertama, sang proklamator bersama Hatta membangun dengan semangat
pancasila dan terkenal di kalangan wanita, ia pernah berkata mampu guncangkan
dunia dengan 10 pemuda, tapi itu kan kurang 1 untuk tim sepak bola, kalau
begini kapan baru kita ikut piala dunia.
4. Nahkoda
kedua 32 tahun berkuasa, dating denga program bernama pelita. Bapak pembangunan
bagi mereka, bagi saya tidak ada bedanya, tidak ada. Penumpang bersuara
berakhir di penjara atau hilang di lautan tanpa berita.
5. Nahkoda
ketiga sang wakil yang naik takhta mewarisi pecah belahnya masa orba. Belum
sempat menjelajah samudera ia terhenti di tahun pertama, dibanggakan di Eropa
dipermainkan di Indonesia. Jerman dapat ilmunya kita dapat apa? Antrian panjang
nonton filmnya.
6. Nahkoda
selanjutnya sang Kyai dengan hati terbuka, ia terhenti dalam siding istimewa
ketika tokoh-tokoh reformasi berebut istana. “potong bebek saja, gitu aja kok
repot” kata gusdur featuring Ursula.
7. Nahkoda
ke lima, nahkoda pertama seorang wanita. Dari tangan ibunya bendera pusaka
tercipta. Kata bapaknya “berikan aku 10 pemuda” tapi apa daya itu di luar
kemampuan ibu beranak tiga, kalau mau 10 pemuda ambil saja dari followersnya
Raditya Dika.
8. Nahkoda
ke enam bagian A, kenapa bagian A? sengaja biar tetap ada rima A. 2 pemilu
mengungguli suara, dua kali disumpah atas nama Garuda, tapi itu hanya awal
cerita, cerita panjangnya terpampang di banyak media, Lapindo, Munir, Century
Hambalang kami menolak lupa. Kini ia telah hadir di social media, mungkin
bermaksud mengalahkan Raditia Dika.
9. Teman-teman
kini 2014 telah tiba, saatnya kita kembali memilih nahkoda, pastikan dia yang
mengerti Bhineka Tunggal Ika, bukan boneka milik Amerika. Dia yang mengerti
suara kita, suara kalau Indonesia bisa. Inilah cerita kapal tua kita, ada yang
tidak percaya? Ada? Sudah kalian percaya saja.
10.
Saya heran pembangunan itu selalu
dibeda-bedakan, padahal kita ini kan satu ibu pertiwi teman-teman, satu ibu
pertiwi.
(9)
Tayang ulang di YouTube pada tanggal
4 Agustus 2020.
Tema
Materi : Gedung Kemendes di Jakata fungsinya apa?
Tuturan
:
1. Kemudian
teman-teman saya punya adik ini Monalisa ini dia bidan desa, dia datang ke sini
itu dia izin ke kepala Puskesmas itu katanya bilang “ah Pa saya izin ke Jakarta
dulu saya punya kakak ada wisuda”. Bapak, bapak pung pegawai satu ada datang
bolos ke sini, saya tidak wisuda bapak, memang dia saja yang kepengen masuk Tv.
2. Teman-teman,
data dari Polda Metro Jaya tahun 2011, Jakarta ini adalah daerah dengan tingkat
kriminalitas paling tertinggi, paling tinggi di Indonesia, dan tahun ini itu
terancam menjadi lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4. Teman-teman,
saya punya keluarga datang 4 orang berarti kapak di luar ada 4 bis, di bawah
bangku situ itu saya punya mama ada simpan parang, beliau ada tunggu momen itu.
3. Teman-teman
Indonesia itu memang terlalu terpusat di Jakarta. Pencuri di Timur itu dapat
tanggkap itu pasti dapat pukul sampai busuk. Pencuri di sini(Jakarta) itu dapat
foto, dapat syuting. Wawancara, masuk Tv, masuk penjara fasilitas mewah.
4. Makanya
anak-anak Timur di sana itu pikir “ah kita pencuri yang sama, tapi kok kita
tidak pernah masuk Tv e, ah kita pencuri di Jakarta saja”. Akhirnya mereka
datang ke sini (Jakarta) pencuri di sini juga, dapat tangkap, alhamdulilah
dipukul sampai busuk juga, sampai busuk. Tapi kenapa mereka tidak masuk Tv?
Karena mereka ini bukan pencuri yang berijazah.
5. Dan
media-media di Jakarta itu teman-teman, itu isinya keluhan orang Jakarta saja,
media-media di Indonesia. Kami di Timur sampai tau keluhan kalian di sini
begitu. Saya heran begitu ya, polusi, banjir, macet, mencret wah macam-macam.
6. Maksud
saya tempatkan segala sesuatu itu berdasarkan fungsinya, Kementerian Desa
Tertinggal ya taruh di desa tertinggal begitu. Kalau taruh di Jakarta tiap pagi
dia bagun buka jendela, begitu dia buka waahh bangunan sudah banyak, gedung
sudah banyak, wahh Indonesia sudah maju. Kalau taruh di desa tertinggal, begitu
dia buka jendela, hei ini jendela dimana ini, saking tertinggalnya jendela saja
tidak ada. mungkin itu karena memang namanya Kementerian Desa Tertinggal, jadi
menterinya di sini desanya ditinggal.
4.2
Pembahasan
1. Tindak Tutur Representatif.
Tindak tutur representatif adalah
tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang
diujarkannya. Jenis tindak tutur ini juga kadang-kadang disebut tindak tutur asertif.
Ditemukan 3 macam subtindak tutur yaitu subtindak tutur menyatakan, melaporkan dan memberikan
kesaksian.
a.
Tindak
Tutur Representatif “Menyatakan”.
Menyatakan dalam KBBI memiliki arti
menjelaskan, menerangkan, dan mengemukakan (2005:790). Jadi, subtindak tutur
“menyatakan” merupakan tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra
tutur untuk menerangkan atau menunjukkan sesuatu yang telah diamati. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat data berikut.
a.1.
Tindak tutur menyatakan “kebenaran”.
Kebenaran dalam Kamus Bahasa
Indonesia memiliki arti keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan
(hal) yang sesungguhnya; sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar) ada;
ketulusan hati; izin, persetujuan, perkenaan; kebetulan (hal 92:1997). Tindak
tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.
Tuturan
1: “Teman-teman ada
6608 orang yang berebut kursi di DPR RI 560 kursi, ini berarti 1 orang cuma punya peluang menang 8%, 8% memang tidak
semua, tapi ada orang yang menghabiskan uang banyak untuk mendapatkan posisi
ini.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan
“kebenaran.” Pada tuturannya “tapi ada
orang yang menghabiskan uang banyak untuk mendapatkan posisi ini.” penutur
menyampaikan kepada mitra tutur tentang kejadian yang benar-benar terjadi bahwa
ada orang-orang yang mencalonkan diri untuk menjadi anggota DPR RI, rela
mengeluarkan banyak uang hanya untuk bisa menduduki kursi di DPR RI namun
peluang untuk menang itu sangatlah kecil.
Tuturan
2: “Teman-teman
menurut saya, selama pendidikan di Indonesia tidak merata, demokrasi kita akan
selalu rusak. Karena suara seorang Profesor dengan suara seorang preman
sama-sama dihitung satu. Suara orang yang memilih karena analisa dengan suara
orang yang memilih karena dibayar sama-sama dihitung satu.”
Tuturan ini termasuk dalam tindak
tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan “kebenaranan” pada
tuturan “karena suara seorang profesor
dengan suara seorang preman sama-sama dihitung satu, suara orang yang memilih
karena analisa dengan suara orang yang memilih karena dibayar sama-sama
dihitung satu.” Penutur menyampaikan kepada mitra tutur bahwa dalam setiap
suara yang dihitung, sekalipun itu suara dari orang-orang bergelar maupun suara
dari orang biasa tetap suaranya dihitung sama yaitu satu suara. Suara yang
memilih dengan hati, suara yang memilih karena terpaksa, dan suara yang memilih
karena dibayar semuanya tetap dihitung satu.
Tuturan
3: “Teman-teman kalau
tidak ada mereka, siapa yang mau puluhan tahun mengajar di pelosok desa sana,
siapa? Sinyal saja masuk desa itu sinyal pikir pikir. Lamakera itu desa
saya teman-teman, Lamakera itu salah
satu desa terpencil di NTT. Itu di sana itu memang belum maju, listrik saja
baru masuk.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan
“kebenaran” pada data tuturan “sinyal
saja masuk desa itu sinyal pikir-pikir. Lamakera itu desa saya teman-teman,
Lamakera itu salah satu desa terpencil di NTT. Itu di sana itu memang belum maju,
listrik saja baru masuk” penutur menyampaikan kepada mitra tutur tentang
desanya yaitu Lamakera, sebuah desa terpencil yang ada di NTT, desa yang
dikatakan belum berkembang dan masih sangat tertinggal, penutur juga
menyampaikan bahwa aliran listrik juga belum ada di tempat tinggalnya.
Tuturan
4: “Di Flores Timur
itu ada namanya program untuk membantu ibu-ibu melahirkan, namanya 2H2Center.
Kalau pas lampu mati berarti 2 hari 2 malam pakai senter. Ini, program ini
teman-teman singkatnya program ini memantau ibu-ibu hamil melaui SMS, jadi
kalau ada yang SMS begitu ‘Pak saya mau melahirkan’ itu langsung siapkan kapal,
pelayanan cepat bawa ke Rumah Sakit.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan
“kebenaran,” pada data tuturan “program
ini teman-teman singkatnya program ini memantau ibu-ibu hamil melalui SMS.”
Penutur menyampaikan kepada mitra tutur bahwa di Flores Timur itu ada sebuah
program khusus yang dibuat untuk siap membantu para ibu-ibu yang akan
melahirkan. Program ini adalah program 2H2Center yakni 2 hari sebelum
melahirkan dan 2 hari sesudah melahirkan, sebuah program yang dibuat untuk
mengurangi angka kematian ibu dan anak di Flores Timur, karena di sana banyak
ibu-ibu hamil yang akan melahirkan sering terabaikan.
Tuturan
5:
“Nahkoda yang pertama, sang proklamator
bersama Hatta membangun dengan semangat pancasila dan terkenal di kalangan
wanita, ia pernah berkata mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda, tapi itu kan
kurang 1 untuk tim sepak bola, kalo begini kapan baru kita ikut piala dunia.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan
“kebenaran.” Penutur menggambarkan nahkoda pertama sebagai presiden yang
mempunyai hobi menikah dan sangat terkenal dikalangan wanita. Presepsi penutur
tersebut kemungkinan didasarkan pada pengetahuannya bahwa Soekarno mempunyai
banyak istri. Pada tuturannya “ia pernah
berkata mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda, tapi itu kan kurang satu untuk
tim sepak bola, kalo begini kapan baru kita ikut piala dunia ?” maksud dari
penutur ini juga buka untuk menyindir apa yang diucapkan oleh Soekarno, penutur
menyukai perkataan tersebut tetapi penutur gunakan untuk mengungkap fakta bahwa
dunia sepak bola, Indonesia yang belum pernah ikut dalam piala dunia.
Tuturan
6 : “Nahkoda
selanjutnya sang Kyai dengan hati terbuka, ia terhenti dalam siding istimewa
ketika tokoh-tokoh reformasi berebut istana. “potong bebek saja, gitu aja kok
repot” kata gusdur featuring Ursula.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan
“kebenaran.” Penutur menyebut sang nahkoda keempat sebagai presiden dengn hati
terbuka. Presiden yang berasal dari ahli agama dan sangat toleran pada
perbedaan pendapat. Penutur juga menyinggung bahwa Gusdur diturunkan oleh sidang
istimewa MPR, berdasarkan sejarah reformasi.
Tuturan
7: “Nahkoda ke lima,
nahkoda pertama seorang wanita. Dari tangan ibunya bendera pusaka tercipta.
Kata bapaknya “berikan aku 10 pemuda” tapi apa daya itu di luar kemampuan ibu
beranak tiga, kalau mau 10 pemuda ambil saja dari followersnya Raditya Dika.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan
“kebenaran” penutur menyatakan untuk nahkoda kelima yaitu Megawati, penutur
menyebutnya sebagai seorang wanita pertama yang menjadi presiden setelah
menggantikan Gusdur yang diturunkan secara paksa
a.2.
Tindak tutur menyatakan “keresahan”
“Keresahan”
berasal dari kata “resah”. Dalam KBBI resah memiliki arti gelisah, tidak tenang
dan gugup (hal 1398:2018). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan berikut
ini.
Tuturan
8:
“Jaya Indonesia, sebagai anak nelayan
dari Lamakera saya melihat Indonesia itu seperti kapal tua yang berlayar tak
tahu arah. Arahnya ada, hanya nahkoda kita yang tak bisa membaca, mungkin dia
bisa membaca tapi tertutup hasrat membabi buta, hasrat menghidupi keluarga,
saudara, kolega, dan mungkin istri muda.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif menyatakan “keresahan” penutur
menyatakan jika baginya Indonesia adalah Negara yang telah lama melewati waktu
dan mempunyai pengalaman yang cukup banyak dalam bernegara. Penutur menambah
istilah “kapal tua” adalah istilah yang digunakannya untuk menggambarkan Negara
Indonesia, Negara ibarat kapal yang terus bergerak maju mengarungi lautan dan
nahkoda yaitu perumpamaan untuk presiden atau pemimpin Negara kita. Penutur
menyampaikan keresahannya akan Negara Indonesia yang sudah cukup lama merdeka
tetapi penutur secara pribadi menganggap jika kapal tua itu telah salah langkah
dalam mengambil kebijakan atau menjalankan pemerintahnnya. Kasus-kasus
nepotisme, korupsi dan kolusi mungkin menjadi pertimbangan penutur dalam
berkata demikian.
Tuturan
9: “Saya heran
pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, padahal kita ini kan satu ibu pertiwi
teman-teman, satu ibu pertiwi.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif menyatakan ‘keresahan” penutur menyatakan
jika pembangunan di Indonesia tidak merata, banyak masyarakat Indonesia yang
merasa belum sejahtera karena pembangunan infrastruktur di Indonesia masih
terpusat di pulau Jawa, sehingga penutur merasa jika pembangunan di Indonesia
selalu dibeda-bedakan. Pembangunan-pembangunan yang belum merata di seluruh
pelosok tanah air, khususnya pada daerah kita di Indonesia Timur yang banyak
membutuhkan fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan sehari-hari.
b.
Tindak
Tutur Representatif “Melaporkan”.
“Melaporkan” dalam KBBI memiliki arti
memberitahukan (hal 556:1989). Melaporkan memiliki kata dasar “lapor” yang
berarti memberitahu. Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan
berikut ini.
Tuturan
10: “Kemudian
teman-teman saya punya adik ini Monalisa ini dia bidan desa, dia datang ke sini
itu dia izin ke kepala Puskesmas itu katanya bilang “ah Pa saya izin ke Jakarta
dulu saya punya kakak ada wisuda”. Bapak, bapak pung pegawai satu ada datang
bolos ke sini, saya tidak wisuda bapak, memang dia saja yang kepengen masuk
Tv.”
Tuturan
ini termasuk dalam tindak tutur representatif dengan subtindak tutur melaporkan,
pada tuturan “bapak, bapak pung pegawai
satu ada datang bolos ke sini, saya tidak wisuda bapak, memang dia yang
kepengen masuk TV.” Penutur mengatakan kepada para penonton lebih khusus
melaporkan kepada Kepala Puskesmas bahwa sang adik berbohong saat izin untuk ke
Jakarta. Adiknya meminta izin ke Jakarta untuk menghadiri wisuda kakaknya,
nyatanya sang adik datang ke Jakarta hanya ingin menonton acara stand up comedy oleh kakaknya secara
langsung.
c.
Tindak
Tutur Representatif “Memberikan Kesaksian”.
“Kesaksian” dalam KBBI memiliki arti
keterangan (pernyataan) yang diberikan oleh saksi (hal 1443:2018). Tindak tutur
ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.
Tuturan
11: “Saya bilang
seperti ini teman-teman karena bapak saya itu caleg di 2014. Beliau buat kartu
nama bagus sekali lengkap dengan foto, kemudian beliau bagi ke seluruh
masyarakat kampung, beliau bagi bagi bagi. Begitu KPU datang untuk sosialisasi,
ternyata di surat suara tahun ini itu tidak ada foto caleg, tidak ada. Bapak
saya langsung stres, iya karena kalau tidak ada foto caleg itu bagaimana
masyarakat mau memilih?! Masyarakat di sana kan rata-rata buta huruf, jangankan
mau memilih, huruf A besar macam gunung Krakatau saja mereka pikir lam alif.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif memberikan kesaksian, pada tuturan “bapak saya itu caleg di 2014” dan “bapak saya langsung stres, iya karena kalau
tidak ada foto caleg itu bagaimana masyarakat mau memilih?Masyarakat di sanakan
rata-rata buta huruf.” Penutur memberitahu kepada mitra tutur bahwa pada
tahun 2014 itu ayahnya caleg pada waktu itu dan ayahnya stress sebab surat
suara tahun itu tidak ada foto caleg, dan jika foto caleg tidak dilampirkan
pada surat suara, maka masyarakat akan kebingungan untuk memilih sebab
masyarakat di sana banyak yang tidak bersekolah, bisa jadi karena faktor
ekonomi maupun kurangnya sarana prasarana pendidikan sehingga membawa dampak
perkembangan pendidikan.
Tuturan
12:
“Makanya anak-anak Timur di sana itu
pikir “ah kita pencuri yang sama, tapi kok kita tidak pernah masuk Tv e, ah
kita pencuri di Jakarta saja”. Akhirnya mereka datang ke sini (Jakarta) pencuri
di sini juga, dapat tangkap, alhamdulilah dipukul sampai busuk juga, sampai
busuk. Tapi kenapa mereka tidak masuk Tv? Karena mereka ini bukan pencuri yang
berijazah.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian” di dunia lebih
khusus di Indonesia tidak terlepas dari yang namanya pencurian. Pencuri tidak
mengenal kelas sosial, ekonomi, dan tingkat pendidikan, karena pencurian bisa
dilakukan oleh anak kecil hingga orang dewasa. Banyak orang miskin mencuri dan
tidak sedikit orang kaya juga mencuri, banyak rakyat biasa mencuri dan tidak
sedikit pejabat juga mencuri. Di Negara kita ini lebih dari 50% koruptor
(pencuri) tertangkap KPK adalah kaum terdidik (berijazah, berpendidikan
sarjana, magister, dan doctor). Penutur mengatakan jika ada anak-anak timur
yang mencuri mereka berpikir jika memang kita pencuri yang sama, kenapa kita
tidak pernah masuk tv, diwawancarai, dan sebagainya karena memang kita adalah
rakyat biasa yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Tuturan
13: “Jaya Indonesia,
Nusa Tenggara Timur tahun 2020 itu memegang rekor tertinggi dalam urusan
kematian ibu dan anak, iya ini serius. Mau bagaimana lagi teman-teman karena
memang disana itu tim medis kurang, transportasi susah, Rumah Sakit jauh, aduh
mama sayangeee yang dekat itu tinggal malaikat maut saja, serius. Teman-teman
kami orang timur ini memang tertinggal dalam pembangunan tapi kami ini tidak
pernah menyerah dengan keadaan.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian” tentang Nusa
Tenggara Timur tahun 2020 yang memegang rekor tertinggi kematian ibu dan anak.
Penutur mengatakan jika di NTT itu sangat kekurangan sekali banyak kebutuhan
contonya transportasi yang sangat susah, rumah sakit yang begitu jauh, dan para
tenaga kesehatan yang kurang sehingga mengakibatkan angka kematian ibu dan anak
meningkat. Tapi penutur juga berkata jika kita orang-orang timur memang sangat
tertinggal dalam masalah pembangunan tetapi dalam keadaan yang sulit mereka
akan terus berjuang untuk kehidupan mereka yang lebih baik.
Tuturan
14: “Teman-teman pada
umumnya perempuan pertama yang kita kenal adalah mama. Saya punya mama itu
adalah perempuan yang paling suka nonton sinetron, itu dari jaman dulu yang
tersanjung sama yang sekarang tukang ojek naik haji itu, semua iya saya punya
mama itu layak mendapatkan piala citra dalam kategori penonton sinetron garis
keras Indonesia.”
Tuturan ini
termasuk dalam tindak tutur representatif memberikan kesaksian. Pada tuturannya
“saya punya mama itu adalah perempuan
yang paling suka nonton sinetron”. Penutur disini menyampaikan bahwa ibunya
adalah seorang wanita yang sangat suka menonton sinetron. Semua sinetron dari
zaman dulu sampai zaman sekarang sangat disukai dan ditonton semua oleh ibunya
sehingga jika ada acara citra untuk kategori penonton garis keras Indonesia
ibunya layak untuk mendapatkan piala.
Tuturan
15 : “Jadi kalau sudah
malam-malam kemudian ada ibu hamil yang mengalami pendarahan, itu berarti
malamitu dewi fortuna juga ikut sial. Karena malam gelap kita harus bawa ke
Rumah Sakit, dingin menyengat, harus nyebrang, perahu kecil, ombak besar, aduh
mama sayangeeeee, itu mau suami siaga penggalang penegak mau pembina semua
simpul jari, aduh Tuhan, aduh Tuhan tolongggg, begitu”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian” penutur mengatakan jika
ibu-ibu hamil yang ada di tempat tinggalnya yaitu di Larantuka yang akan
melahirkan, mereka harus berjuang dengan susah payah untuk menyebrangi lautan
yg luas, ombak yang sangat deras, dengan menaiki perahu yang sangat kecil para
suami harus berusaha agar istri dan anaknya harus tertolong meski para suami sedang
dalam ketakutan dengan melihat ombak-ombak yang begitu besar.
Tuturan
16 : “Dia hanya bawa
kapal itu kalau pakai perahu begitu dia hanya bisa pegang kemudi di belakang
karena dia tau tugasnya dia untuk jaga mesin tetap hidup, tapi isterinya tetap
hidup itu urusan Tuhan”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian” dalam tuturannya
penutur menyatakan kalau tugas para suami di saat istri mereka akan melahirkan
itu sangatlah susah, sebab untuk membawa istri mereka untuk melahirkan harus
bertaruh antara hidup dan mati di tengah lautan dengan perahu.
Tuturan
17 : “Saya baru pertama
kali lihat itu pantai Ancol itu air lautnya hitam gelap tidak bisa lihat
apa-apa. Itu macam oli mesin kita kasih pasir itu, itu pantai ancol men. Ada
ubur-ubur yang berenang itu napas satu-satu, adakala dia membentuk huruf SOS”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur representatif “memberikan kesaksian”, dalam tuturannya
penutur menyampaikan jika dia baru pertama kali melihat pantai ancol yang
begitu kotor dan warna airnya sudah tampak kecoklatan. Penutur memberi
perumpamaan seekor ubur-ubur jika berenang di pantai ancol pasti akan merasa
kesusahan untuk bernafas, dan akan memberi isyarat untuk meminta pertolongan.
Meskipun begitu para pengunjung yang datang tetap mandi di pantai tersebut
dalam keadaan pantai yang kotor.
2.
Tindak
tutur Direktif.
Tindak
tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar
si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan itu. Subtindak
tutur yang dimasukkan ke dalam tindak tutur direktif yaitu mengusulkan, dan menyuruh.
a.
Tindak
tutur direktif “mengusulkan”.
“Pemberian usul atau mengusuklan”
dalam KBBI memiliki arti “menganjurkan, mengajukan usul, menyarankan,
mengemukakan sesuatu supaya dipertimbangkan (hal 999:2005). Tindak tutur ini
dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut.
Tuturan
18 : “Kenapa yang tidak
diiklankan itu kenapa tidak pantai-pantai yang ada di timur, pantai-pantai di
sana itu kan bersih-bersih, itu teman-teman selain buat wisata, pantai di sana
itu dipakai untuk penyembuh luka”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur direktif “mengusulkan” penutur mengusulkan kenapa pantai
yang bersih dan indah yang ada di Timur itu tidak dipakai untuk sebuah iklan.
Selain pantainya yang indah, pantai di Timur juga menjadi sebuah obat alami
untuk penyembuh luka.
Tuturan
19 : “Makanya
teman-teman daripada sibuk nonton mereka yang debat di televisi, lebih baik
datang ke sini bisa cuci mata ada tante Feni”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur direktif “menyarankan” pada tuturannya “lebih baik datang ke sini bisa
cuci mata ada tente Feni” penutur menyarankan agar lebih baik datang ke
acara stand up comedy Indonesia, bisa
melihat tente Feni Rosse yang cantik, daripada duduk menonton para anggota DPR
yang berdebat di televisi.
Tuturan
20 : “Makanya
teman-teman jangan ada yang golput, karena kita semua yang ada di sini dan yang
ada di rumah adalah harapan Indonesia”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur direktif “menyarankan” pada tuturannya “jangan ada yang golput, karena kita semua yang ada di sini dan yang
ada di rumah adalah harapan Indonesia” penutur menyarankan agar kita semua
warga Indonesia pada saat pemilihan umum nanti jangan ada yang menjadi golongan
putih (golput), karena kita semua harus memilih para calon-calon pemimpin
terbaik kita ke depan nanti, karena hanya kita sendiri yang bisa membuat
Indonesia kita menjadi lebih baik.
Tuturan
21 : “Teman-teman kini
2014 telah tiba, saatnya kita kembali memilih nahkoda, pastikan dia yang
mengerti Bhineka Tunggal Ika, bukan boneka milik Amerika. Dia yang mengerti
suara kita, suara kalau Indonesia bisa. Inilah cerita kapal tua kita, ada yang
tidak percaya? Ada? Sudah kalian percaya saja”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur direktif “menyarankan” pada tuturannya jika kita kembali
akan memilih para pemimpin terbaik kita. Penutur menyarankan agar supaya
presiden yang terpilih adalah pemimpin yang independen dan memikirkan rakyat,
bukan titipan Negara lain yang penutur ibaratkan dengan istilah boneka Amerika.
Kita sudah memastikan dengan baik para calon pemimpin kita ini adalah pemimpin
yang mengerti perbedaan yang ada pada setiap daerah, tidak melihat perbedaan
yang ada sebagai satu hambatan dalam persatuan dan kesatuan bangsa kita.
b.
Tindak
tutur direktif “menyuruh”
“Menyuruh”
berasal dari kata dasar “suruh”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menyuruh memiliki arti memerintah (supaya melakukan sesuatu) (hal 1109:1989).
Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.
Tuturan
22 :
“Maksud saya begini teman-teman, kalau
pemerintah itu memang mau memberikan tunjangan untuk guru-guru yang tua,
yasudah kasih saja, tidak perlu tuntut apa-apa dari mereka karena apa, karena
memang itu haknya mereka”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur direktif “menyuruh” penutur berkata agar tunjangan yang mau
diberikan kepada para guru yang sudah tua harus tetap diberikan dan jangan
menuntut apa-apa dari mereka para guru yang sudah tua, kerena mereka pantas
untuk mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.
3.
Tindak
Tutur Ekspresif
Tindak
tutur ekspresif ialah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya
diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu
atau tindak tutur yang digunakan untuk mengekspresikan perilaku psikologis
penutur. Subtindak tutur yang dapat dikategorikan kedalam tindak tutur ekpresif
adalah mengucapkan terima kasih, memuji,
mengeluh, dan mengkritik.
a.
Tindak
Tutur Ekpresif “Mengucapkan Terima Kasih”.
“Mengucapkan terima kasih” dalam KBBI
berarti mengeluarkan ucapan (kata), mengatakan terima kasih (hal 1095:1989).
Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.
Tuturan
23 :
“Huuuu, asikk asikk asikk,
Assalamualaikum, Wr, Wb. Teman-teman terima kasih tanpa kalian semua kami ini
tidak berarti. Setiap tawa kalian yang ada di ujung materi itu adalah semangat bagi kami”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekspresif mengucapkan “terima kasih” pada tuturannya “teman-teman terima kasih tanpa kalian semua
kami ini tidak berarti. Setiap tawa kalian yang ada di ujung materi itu adalah
semangat bagi kami” penutur menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para
penonton yang sudah mendukung setiap komika yang tampil, lebih khusus penutur
sendiri sebab telah mendapat perhatian penuh dan focus dari para penonton
selama penutur tampil di atas panggung.
b.
Tindak
Tutur Ekspresif “Memuji”
“Memuji” dalam KBBI berarti
melahirkan kebenaran dan penghargaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah,
gagah, berani, dsb). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan
berikut ini.
Tuturan
24 :
“Teman-teman pantai di rumah saya di
pantai weri di Larantuka sana, itu Cuma 50 meter dari rumah saya. Pantai itu
pokoknya saking dekat itu kalau ada tsunami itu rumah saya hanyut duluan
begitu. Iya, itu pantainya itu bersih airnya jernih, saking jernihnya itu kalau
siang-siang ikan mau kawin itu ikan takut”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “memuji” penutur memuji pantai yang ada di tempat
tinggalnya bahwa pantai di sana sangatlah indah dipandang mata, mempunyai air
laut yang jernih sehingga siapa saja yang mandi di pantai itu terasa nyaman.
Tuturan
25 : “Berbicara tentang
perempuan, berarti kita berbicara tentang Ibu, sosok perempuan tangguh tempat
kita berteduh membasuh peluh, dia yang peling mengerti kita saat kita jatuh,
mengangkat kita dan memberi semangat baru”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekspresif memuji. Pada tuturannya “sosok perempuan tangguh”. Penutur memuji sosok wanita tangguh yang
telah mengandung dan melahirkan kita ke dunia yaitu Ibu kita, ia adalah sosok
terbaik sepanjang hidup. Kasih sayang dari seorang ibu tidak akan pernah
diragukan, sebab cinta ibu sepanjang masa dan cintanya tidak akan tergantikan
oleh apapun dan sampai kapanpun. Karena itu jangan pernah sakiti hati ibu kita.
c.
Tindak
Tutur Ekpresif “Mengeluh”
“Mengeluh” dalam KBBI berarti
menyatakan susah (karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya).
Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.
Tuturan
26 :
“Pemerintah itu memberikan sertifikasi
pada guru-guru tua, tapi mereka menuntut agar guru-guru bisa kreatif. Sekarang
pertanyaannya, apa yang bisa kita tingkatkan dari mereka yang satu dua tahun
lagi pensiun, yang bisa ditingkatkan tinggal amal dan ibadah saja. Teman-teman
memaksa orang tua untuk kreatif itu sama seperti kita memaksa balita untuk
mengerti statistik. Aduh adek lucunya, eh dek rata-rata simpangan baku umur
teman-temanmu berapa ya? Aaaaaaa pingsan”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “mengeluh”. Pada tuturannya “apa yang bisa kita tingkatkan dari mereka yang satu dua
tahun lagi pensiun, yang bisa ditingkatkan tinggal amal dan ibadah saja.
Teman-teman memaksa orang tua untuk kreatif itu sama seperti kita memaksa
balita untuk mengerti statistik”. Disini penutur mengeluh tentang guru-guru
tua yang dipaksa agar bisa kreatif, namun guru-guru senior ini terbatas dalam
menyiapkan ala kadar untuk mengajar, serta motivasi yang kurang sehingga
penutur merasa kasihan jika terlalu memaksakan orang tua untuk kreatif.
Tuturan
27 :
“Dan media-media di Jakarta itu
teman-teman, itu isinya keluhan orang Jakarta saja, media-media di Indonesia.
Kami di Timur sampai tau keluhan kalian di sini begitu. Saya heran begitu ya,
polusi, banjir, macet, mencret wah macam-macam. Dibilang banjir kelebihan air
itu diliput, kami di sana kekurangan air itu luput”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “mengeluh”. Penutur mengeluh kalau media-media yang
ada di Indonesia hanya terfokus pada Jakarta saja, meliput berbagai kejadian
yang ada pada kota Jakarta. Sedangkan di daerahnya di NTT dan desa-desa
terpencil yang lain banyak kesusahan bahkan kekurangan air tapi jarang di
perhatikan oleh pemerintah.
Tuturan
28 : “Nahkoda ketiga
sang wakil yang naik takhta mewarisi pecah belahnya masa orba. Belum sempat
menjelajah samudera ia terhenti di tahun pertama, dibanggakan di Eropa
dipermainkan di Indonesia. Jerman dapat ilmunya kita dapat apa? Antrian panjang
nonton filmnya”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “mengeluh” penutur berkata sebagai orang timur,
naiknya Habibie sebagai presiden adalah hal yang sangat membanggakan. Habibie
terkenal sebagai orang yang sangat jenius dengan prestasi intelektual yang
sangat gemilang, tetapi umur kepemimpinannya berakhir dalam durasi yang
singkat. Penutur juga mengatakan jika Habibie adalah seorang yang jenius yang
lebih dulu berkarir di Jerman dan sangat dibanggakan, tapi penutur merasa
kecewa karna kita di Indonesia hanya bisa menonton filmnya.
Tuturan
29 : “Makanya kadang
itu saya miris teman-teman, saya miris. Perempuan-perempuan di sana itu
berjuang hidup dan mati untuk melintasi lautan yang dalam, tapi perempuan di sini
ada yang tidak pikir mati tapi yang penting hidup didunia malam”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “mengeluh” penutur menyampaikan keluhannya pada
wanita-wanita yang hanya memikirkan hura-hura dan juga karena keadaan yang
membuat para wanita hidup dalam dunia malam. Disini penutur berkata jika
wanita-wanita di timur berjuang antara hidup dan mati melintasi lautan yang
dalam tetapi wanita di Jakarta banyak yang sudah masuk ke dalam dunia malam
tanpa memikirkan kesusahan di kemudian hari.
Tuturan
30 : “Teman-teman
Indonesia itu memang terlalu terpusat di Jakarta. Pencuri di Timur itu dapat
tanggkap itu pasti dapat pukul sampai busuk. Pencuri di sini (Jakarta) itu
dapat foto, dapat syuting. Wawancara, masuk Tv, masuk penjara fasilitas mewah”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekspresif “mengeluh” penutur mengeluh jika Indonesia hanya
terpusat di Jakarta saja. Penutur berkata jika para pencuri yang ada di Jakarta
selalu ditampilkan di Televisi, diwawancarai, dan juga ada pencuri yang masuk
penjara tapi dengan jaminan yang mantap selayaknya tinggal di rumah. Lain
halnya dengan pencuri yang ada di timur, sebelum masuk ke penjara yang gelap
pastinya akan dipukul sampai babak belur.
Tuturan
31 : “Enam kali sudah
kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekspresif mengeluh, penutur menggunakan istilah nahkoda
yaitu sebuah perumpamaan untuk presiden atau pemimpin Negara kita, karena
seorang nahkoda saja yang bisa mengambil keputusan kemana arah kapal akan
dijalannkan. Tugas seorang pemimpin Negara sama dengan tugas seorang nahkoda,
yaitu sama-sama membawa dan menentukan arah suatu Negara, dan penutur
menyebutnya “kapal tua”. Penutur menyatakan jika Indonesia kita masih sangat
jauh dari kata sejahtera, lebih khusus kita yang berada di bagian Indonesia
Timur karena sangat tertinggal dalam masalah pembangunan Infrastruktur, listrik
dan jaringan internet, dan masih banyak lagi masalah-masalah lainnya yang
menandakan bahwa Indonesia masih belum sejahtera.
d.
Tindak
Tutur Ekspresif “Mengkritik”
“Mengkritik”
dalam KBBI memiliki arti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian
pertimbangan baik dan buruk terhadap suatu hasil karya (hal 531:1989). Tindak
tutur ini dapat dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.
Tuturan
32 : “Nahkoda kedua 32
tahun berkuasa, datang dengan program bernama pelita. Bapak pembangunan bagi
mereka, bagi saya tidak ada bedanya, tidak ada. Penumpang bersuara berakhir di penjara
atau hilang di lautan tanpa berita”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “mengkritik” penutur meneyebut nahkoda kedua
sebagai orang yang anti kritik dan sangat tidak suka pada perbedaan pendapat.
Penutur melihat dengan pesimis masa pemerintahan Orba sebagai masa yang tidak
menoleransi perbedaan dan kritik terhadap pemerintah. Penyataan tersebut
berdasarkan fakta yang tersebar tentang Orba dimana kasus-kasus penangkapan dan
pembunuhan terhadap suara yang menentang pemerintah.
Tuturan
33 : “Nahkoda ke enam
bagian A, kenapa bagian A? sengaja biar tetap ada rima A. 2 pemilu mengungguli
suara, dua kali disumpah atas nama Garuda, tapi itu hanya awal cerita, cerita
panjangnya terpampang di banyak media, Lapindo, Munir, Century Hambalang kami
menolak lupa. Kini ia telah hadir di social media, mungkin bermaksud
mengalahkan Raditia Dika”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “mengkritik” penutur mengatakan jika nakhoda keenam
adalah nahkoda yang terpilih dua kali sebagai presiden. Penutur mengkitik bahwa
masa pemerintahan SBY dipenuhi kasus-kasus besar yang belum terselesaikan.
Sebagai contoh penutur menyebut kasus Munir, Hambalang dan Lapindo.
Tuturan
34 : “Teman-teman sudah
16 tahun kita tertatih dalam reformasi, ditipu oleh para politisi yang katanya
berikan bukti bukan janji, tapi begitu ada tangis suara minor di pelosok negeri
mereka sibuk mencari koalisi bukan solusi”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “mengkritik” pada tuturannya “ditipui oleh para politisi yang katanya berikan bukti buka janji”
penutur mengkritik jika para calon penguasa saat berkampanye untuk merebut
simpati pemilih yang katanya berikan bukti bukan janji hanyalah tipuan belaka
yang lupa diwujudkan janji-janjinya saat sudah berkuasa.
Tuturan
35 : “Teman-teman kita
itu memang seringkali menilai orang itu dari penampilan, banyak orang yang
bilang dont judge the book by its cover, tapi kita ini manusia stop tipu-tipu,
stop tipu-tipu, we are judge the book by its cover, we are”.
Tuturan ini termasuk
dalam tindak tutur ekpresif “mengkritik” penutur mengkritik jika banyak dari
kita manusia ini berkata bahwa jangan menilai seseorang hanya dengan melihat
penampilannya apalagi bila belum mengenalnya. Namun penutur juga berkata jika kita
ini hanyalah manusia biasa, jangan berbohong karna kita secara sadar atau tidak
sadar seringkali memiliki sikap yang dapat menyakiti hati orang lain.
Tuturan
36 : “Maksud saya
tempatkan segala sesuatu itu berdasarkan fungsinya, Kementerian Desa Tertinggal
ya taruh di desa tertinggal begitu. Kalau taruh di Jakarta tiap pagi dia bagun
buka jendela, begitu dia buka waahh bangunan sudah banyak, gedung sudah banyak,
wahh Indonesia sudah maju. Kalau taruh di desa tertinggal, begitu dia buka
jendela, hei ini jendela dimana ini, saking tertinggalnya jendela saja tidak
ada. mungkin itu karena memang namanya Kementerian Desa Tertinggal, jadi
menterinya di sini desanya ditinggal”.
Tuturan ini termasuk
tindak tutur ekpresif “mengkritik” bahwa fungsi daripada gedung Kemendes yang
tidak dijalankan dengan baik, dikarenakan gedung tersebut ditempatkan di daerah
yang sudah bagus dan maju yaitu di Jakarta, tanpa melihat bahwa begitu banyak
daerah-daerah yang tidak semegah Jakarta. Banyak rumah-rumah di daerah-daerah
terpencil sudah ditempati namun tidak memiliki jendela dan pintu karena faktor
ekonomi. Penutur mengatakan jika fungsi dari Kemendes adalah untuk melihat
persoalan ini dan lebih baik jika gedung tersebut ditempatkan di desa
tertinggal agar tidak ada lagi persoalan seperti ini.
4.
Tindak
Tutur Komisif
Fungsi tindak
tutur komisif adalah tindak ujar yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan
apa yang disebutkan di dalam ujarannya. Subtindak tutur yang ditemukan adalah mengancam dan bersumpah.
a.
Tindak
Tutur Komisif “Mengancam”
“Mengancam”
dalam KBBI memiliki arti 1) menyatakan maksud (niat,rencana) untuk melakukan
sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain,
2) memberi pertanda atau peringatan mengenai kemungkinan malam petaka yang
bakal terjadi (hal 38:1898). Tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan
tuturan berikut ini.
Tuturan
37 :
“Teman-teman, data dari Polda Metro Jaya
yahun 2011, Jakarta ini adalah daerah dengan tingkat kriminalitas paling
tertinggi, paling tinggi di Indonesia, dan tahun ini itu terancam menjadi lebih
tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4. Teman-teman, saya punya keluarga
datang 4 orang berarti kapak di luar ada 4 bis, di bawah bangku situ itu saya
punya mama ada simpan parang, beliau ada tunggu momen itu”.
Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur komisif
“mengancam” pada tuturannya “Jakarta ini
adalah daerah dengan tingkat kriminalitas paling tertinggi, dan tahun ini itu
terancam lebih tinggi lagi kalau saya tidak juara SUCI 4” penutur mengancam
jika tahun 2014 ini Jakarta terancam akan menjadi daerah tingkat kriminalitas
tertinggi jika penutur tidak menjadi juara SUCI 4, sebab para keluarganya sudah
menyiapkan benda-benda tajam yang bisa melukai siapa saja yang tidak mendukung
penutur untuk mendapatkan juara pertama pada acara Stand Up Comedy Indonesia 4.
b.
Tindak
Tutur Komisif “Bersumpah”
“Bersumpah”
dalam KBBI Memiliki arti 1) menyatakan kebenaran suatu hal atau kesetiaan
dengan bersumpah. 2) berjanji dengan sungguh-sungguh. Tindak tutur ini dapat
dilihat pada kutipan tuturan berikut ini.
Tuturan
38 :
“Iklan itu teman-teman, suka tipu-tipu
sumpah. Dulu saya waktu masih di NTT itu saya lihat iklan pantai ancol itu
bagus sekali bersih, begitu saya datang ternyata itu pantai ancol itu kotornya
macam orang tidak pernah sikat gigi pakai zact gitu”.
Tuturan ini termasuk dalam tindak tutur
komisif “bersumpah” pada tuturannya “iklan
itu teman-teman, suka tipu-tipu sumpah” penutur bersumpah jika iklan itu
terdapat banyak kebohongan didalamnya. Tuturan yang disampaikan penutur bahwa
saat masih di tempat tinggalnya di melihat pantai ancol adalah sebuah tempat
wisata yang begitu indah dan bersih, tapi setelah penutur ke Jakarta dan
melihat sendiri pantai ancol bahwa pantai tersebut tidak seindah yang ada pada
iklan di Tv.
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ditemukan
38 tuturan yang terdapat dalam tuturan oleh Abdur Arsyad meliputi tindak tutur
representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif dan tindak tutur
komisif.
2. Ditemukan
3 tindak tutur representatif meliputi subtindak tutur menyatakan (9 tuturan),
melaporkan (1 tuturan) dan memberikan kesaksian (7 tuturan).
3. Ditemukan
2 tindak tutur direktif meliputi subtindak tutur menyarankan atau mengusulkan
(4 tuturan) dan menyuruh (1 tuturan).
4. Ditemukan
4 tindak tutur ekpresif meliputi subtindak tutur memuji (2 tuturan), mengkritik
(5 tuturan), mengeluh (6 tuturan), dan mengucapkan terima kasih (1 tuturan).
5. Ditemukan
2 tindak tutur komisif meliputi subtindak tutur mengancam (1 tuturan) dan
bersumpah (1 tuturan).
3.2 Saran
Saran yang ingin peneliti sampaikan
untuk dijadikan bahan masukan serta evaluasi untuk kedepannya yaitu kepada para
pembaca yang tertarik dengan kajian pragmatik, khususnya dalam mempelajari
tindak tutur ilokusi agar mendalami jenis tindak tutur ilokusi yang terbagi
dalam kategori yang terdapat pada tindak tutur ilokusi. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya
terutama yang berkaitan dengan tindak tutur ilokusi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifiany,
Nurima, dkk. (2016). Pemaknaan Tindak Tutur Direktif dalam Komik “Yowamushi
Pedal Chapter 87-93”. Jurnal Japanesen Literature. Volume 2 (1): 1-11.
Arikunto,
Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Austin.
J.L. 1962. How to Do Thing with Word.
London: Oxford University Press (edisi kedua edited by J.O. Urmson and Marina
Sbisa).
Chaer,
Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer,
Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. (1995).
Kridalaksana,
Harimurti. 1984. Kamus Linguistik.
Jakarta: PT.Gramedia.
Leech,
Geoffrey 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik.
Terj. Jakarta: UI Prees.
Lubis,
Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik.
Bandung: Angkasa.
Mahsun,
M.S. 2005. Metode Penelitian Bahasa.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Miles,
M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis
Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Moleong,
Lexy. 1989. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja.
Onong
Uchjana Effendi. 1993. Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Parker,
F. (1986) Linguistics for new-linguists.
London: Little, Brown and Company Inc.
Pragiwaksono,
Pandji. 2012. Merdeka dalam Bercanda.
Yogyakarta: Bentang.
Rahardi,
R.Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu
Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma.
Rohmadi,
Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan
Analisis. Yogyakarta: lingkar Media Jogja.
Rustono.
1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang:
CV IKIP Semarang Press.
Salam.
2005. Pragmatik Bahan Ajar. Makassar:
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNM.
Searle,
J. 1969. Speech Act: An Essay in the
Philosophy of Language. Cambridge University press.
Sudaryanto.
1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis
Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Subroto.
1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Tarigan,
Henri Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik.
Bandung: Angkara.
Verhaar,
J. W. M.1996. Asas-asas Linguistik Umum.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wijana,
I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik.
Yogyakarta: ANDI Offset.
Yule,
G. (2006). Pragmatik (Terj. Rombe).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
https://www.lacasacomics.com/2014/04/beberapa-teknik-dalam-stand-up-comedy.html?m=1 diakses pada
tanggal 10 November 2021. (sumber: pandji.com)
Komentar
Posting Komentar