Contoh Skripsi (Nilai moral dalam novel Hayuri karya Maria Etty)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Novel
adalah sebuah karya sastra yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat
di sekitarnya, misalnya nilai moral, nilai agama dan nilai budaya. Nilai moral
adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca, pendengar,
maupun penonton baik moral yang baik maupun yang buruk yang menjadi cerminan
bagi para penikmatnya.
Nilai
moral yang disampaikan dalam karya sastra pada dasarnya adalah nilai yang disampaikan
pengarang dalam rangka mendidik manusia dalam seluruh aspek atau persoalan
hidup dan kehidupannya agar manusia dapat mengatur tingkah lakunya untuk
menjadi manusia yang baik. Jenis dan wujud nilai moral dalam karya sastra
sangat beragam. Hal ini tergantung pada keinginan, keyakinan, dan perhatian
pengarangnya sehingga jenis dan wujud nilai-nilai moral tersebut dapat mencakup
seluruh persoalan hidup dan kehidupan; baik moral tentang hubungan manusia
dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan
sesama manusia, maupun hubungan manusia dengan lingkungan alamnya
(Nurgiyantoro, 2009: 323).
Nilai
moral yang disampaikan dalam novel tentunya sangat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca. Moral yang ditampilkan dalam novel Hayuri karya Maria Etty ini akan
bermanfaat bagi pembaca dikarenakan moral yang ditampilkan dalam novel ini
banyak berkaitan dengan hubungan hidup dan kehidupa manusia diantaranya
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan
manusia lain, dan manusia dengan alam sekitar.
Pemilihan
novel Hayuri sebagai bahan penelitian kerena novel Hayuri adalah salah satu
karya sastra yang banyak menampilkan nilai moral yang sangat bermanfaat bagi
pembaca. Nilai moral dalam novel Hayuri banyak berkaitan dengan hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain,
dan manusia dengan alam sekitar. Cerita yang menampilkan berbagai aspek
kehidupan dan permasalahan dapat dilihat dari novel Hayuri karya Maria Etty ini
yang menceritakan tentang seorang wanita bernama Rosdianan dan putrinya bernama
Hayuri. Rosdina terpaksa berjuang sendiri karena suaminya yang di fitnah
sebagai salah satu dari PKI dan harus dibuang di pulau Buruh.
Cerita
yang menampilkan berbagai aspek kehidupan dan permasalahan yang berkaitan
dengan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri,
hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam dapat
dilihan dari contoh berikut
Ketika
sekelompok orang yang tak diundang menerabas pintu rumah Rosdiana, wajahnya
mendadak pucat melihat puluhan orang segerah mengobrak-abrik seisi rumahnya.
Orang-orang itu bersepatu lars, berseragam loreng-loreng. secara refreks wanita
berwajah lembut itu menarik napasnya dalam-dalam berkali-kali, cara itu sedikit
meredahkan ketegangannya yang tiba-tiba menyesatkan dada, Tenggorokanya seperti tercekal ada rasa takut
yang seketika menyergapnya. Tiga kamar tidur yang ada di rumah itu semua
dijajaki oleh sekawanan orang tersebut tak jelas bang-barang apa saja yang
raib. Rosdiana tercenung menatap kejadian itu. Hatinya meronta namun tubuhnya
terpaku apalagi setelah ia melihat diantara mereka mencoret-coret tembok
rumahnya dengan cat merah. “Ada apa?” tanyanya berulang pada dirinya. Rosdiana
hanya bisa menggumamkan asma Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan.
Salah
satu kutipan yang menunjukan Hubungan antara manusia dengan Tuhan yang terdapat
dalam novel Hayuri halaman 24 yaitu
“Rosdiana hanya
bisa menggumamkan asma Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan”.
Dari
kutipan tersebut meggambarkan nilai moral antara hubungan manusia dengan Tuhan
yang dilakukan oleh Rosdiana dengan menggumamkan asma Tuhan dan memohon
pertolongan Tuhan agar melindunginya dari para tentara yang mengobrak-abrik
rumanya.
Salah
satu kutipan yang menunjukan Hubungan antara manusia dengan diri sendiri yang
terdapat dalam novel Hayuri halaman 23 yaitu
“Secara refreks
wanita berwajah lembut itu menarik napasnya dalam-dalam berkali-kali, cara itu
sedikit meredahkan ketegangannya yang tiba-tiba menyesatkan dada, Tenggorokanya
seperti tercekal ada rasa takut yang seketika menyergapnya”.
Dari
kutipan tersebut menggambarkan nilai moral antara hubungan manusia dengan diri
sendiri yang dilakukan oleh Rosdiana yaitu rasa takut yang dialaminya ketika
rumahnya diacak-acak oleh orang-orang yang tidak dikenalnya.
Salah
satu kutipan yang menunjukan Hubungan antara manusia dengan manusia lain yang
terdapat dalam novel Hayuri halaman 24 yaitu
“Tiga kamar tidur
yang ada di rumah itu semua dijajaki oleh sekawanan orang tersebut tak jelas
bang-barang apa saja yang raib.
Dari
kutipan tersebut menggambarkan nilai moral antara hubungan manusia dengan
manusia lain yang dilakukan oleh para tentara dengan mengambil barang-barang
yang bukan milik mereka atau mencuri. Perbuatan tersebut merupakan moral yang
buruk.
Alasan
penulis memilih untuk mengkaji nilai moral karena setelah penulis membaca novel
Hayuri karya Maria Etty, penulis menemukan nilai-nilai moral yang dapat
memberikan inspirasi positif dalam menghadapi berbagai rintangan kehidupan yang
berhubungan antara hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri
sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan
alam sekitar. selain karena nilai-nilai moral yang terkandug dalam novel
Hayuri, alasan lain yaitu kerena novel Hayuri karya Maria Etty ini belum perna
diteliti dengan mengkaji nilai-nilai moral. Terutama pada prodi pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
penelitian ini berjudul “Nilai Moral dalam Novel Hayuri Karya Maria Etty”
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
apasajakah nilai moral yang terdapat dalam novel Hayuri karya Maria Etty?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan nilai moral dalam
novel Hayuri karya Maria Etty
1.4
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Secara
teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu
pengetahuan tentang sastra khususnya pemahaman tentang nilai-nilai moral dalam
karya sastra terkhusunya novel.
b. Manfaat Praktis
- Bagi pembaca dan penikmat sastra
penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru dan pemahaman yang
mendalam tentang nilai moral dalam novel Hayuri
- Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia kiranya penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
dan untuk menambah pengetahuan tentang nilai-nilai moral dalam novel.
BAB ll
KAJIAN TEORI
2.1
Hakikat Novel
Menurut
Nurgiyantoro (2009:9) Novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novela dan dalam bahasa Jerman Novele yang artinya sebuah bareng yang
baru dan kecil, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk
prosa. Dalam perkembangan zaman istilah Novela
dan Novele mempunyai pengertian yang
sama dengan istilah Indonesia yaitu Novelet yang dalam bahasa Inggris Novellette Yaitu sebuah karya prosa
fiksi yang panjangnya cukup, artinya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu
pendek.
Cerita
novel jauh lebih panjang dari cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan
suatu secara lebih bebas, menyajikan sesuatu jauh lebih banyak, lebih rinci,
lebih detail dan banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.
Hal itu mencangkup berbagai unsur cerita dalan membangun novel tersebut.
kelebihan novel yang khas adalah kemampuan manyampalkan permasalahan yang kompleks
secara penuh. Hal ini brarti membaca sebuah novel menjadi lebih mudah sekaligus
lebih sulit. Lebih mudah karena tidak menuntun kita memahami masalah yang lebih
kompleks dala bentuk (dan waktu) yang sedikit. Sebaliknya, lebih sulit kerena
berupa penulisan dalam sekala yang besar (Nurgiantoro 2009:11).
Novel
merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang
panjang setidaknya 40.000 kata dan luas yang di dalamnya menceritakan
konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya. Dalam
novel mengungkapkan konflik kehidupan para tokoh secara lebih mendalam dan
halus. Selain toko-tokoh juga menampilkan srangkaian peristiwa dan latar secara
tersusun sehingga membentuk lebih panjang dibandingkan dengan prosa yang lain
(Wicaksono, 2017:71).
Sayuti
(2000:7), Berpendapat bahwa novel dikatagorikan dalam bentuk karya fiksi yang
bersifat formal. Bagi pembaca umum, pengkategorian ini daapat menyadarkan bahwa
sebuah fiksi apapun bentuknya diciptakan dengan tujuan tertantu. Pembaca dalam
mengapresiasi sastra akan lebih baik. Hal ini berarti juga bahwa novel yang
kita anggap sulit dipahami, tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit.
Pembaca tidak mungkin meminta penulis uantuk menulis novel dengan gaya yang
menurut pembaca luwes dan dapat dicerna dengan mudah karena setiap novel yang
diciptakan dengan sesuatu tertentu mempunyai tujuan tertentu pula.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan cerita pendek dalam
bentuk prosa fiksi, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Cerita novel jauh lebih panjang dari
cerpen yang panjangnya sekitar 40.000 kata. Dalam cerita novel mengemukakan
sesuatu secara lebih bebas, lebih rinci, lebih detail dan banyak melibatkan
berbagai permasalahan yang lebih kompleks yang di dalamnya menceritakan
konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya. Hal itu
mencangkup berbagai unsur cerita dalam membangun novel tersebut. Novel
merupakan karya sastra yang dikatagorikan dalam bentuk karya fiksi yang
bersifat formal.
2.1.1 Jenis-jenis Novel
Menurut
Mochtar Lubis (dalam Wicaksono, 2017:84) ada macam-macam jenis novel antara lain
a. Novel
avonuter adalah bentuk novel yang dipusatkan pada tokoh utama. Ceritanya
dimulai dari awal sampai akhir para tokoh mengalami rintangan-rintangan dalam
mencapai maksudnya
b. Novel
psikologi merupakan novel yang penuh dengan peristiwa-peristiwa kejiwaan para
tokoh.
c. Novel
detektif adalah novel yang merupakan cerita pembongkaran kejahatan dengan cara
penyelidikan yang tepat dan cermat
d. Novel
politik atau novel sosial adalah novel yang ceritanya tentang kehidupan
golongan dalam masyarakat dengan segala permasalahanya, misalnya antara kaum
masyarakat dan buruh dengan kaum kapitalis terjadi pemberontakan
e. Novel
kolektif adalah novel yang menceritakan pelaku secara kompleks (menyeluruh) dan
segala seluk-beluknya.
2.1.2 Fungsi Novel
Agustien
S, Sri Mulyani, dan Sulistiono (dalam Wicaksono, 2017:76-77) menguraikan
beberapa fungsi sastra novel yaitu:
- Fungsi kreatif, yaitu apabila sastra
dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembaca.
- Fungsi dedaktif, yaitu apabila sastra
mampu mangarahkan atau mendidik pembaca karena ada nilai-nilai kebenaran
dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
- Fungsi estetis, yaitu apabila sastra
mampu memberikan keindahan bagi pembacanya.
- Fungsi moralitas, yaitu apabila
sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembacanya sehingga mengetahui
moral yang baik dan buruk.
- Fungsi religius, yaitu apabila sastra
mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para pembaca sastra.
Pada
dasarnya, novel banyak memberikan manfaatnya bagi pembaca, baik secara hiburan
maupun sebagai sarana mendidik, mendidik manusia agar dapat bermoral dan
menghargai manusia, meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di dalamnya serta
dapat menyadarkan manusia untuk meneruskan tradisi luhur bangsa.
2.1.3 Unsur Pembangun Novel
Unsur
pembangun sebuah novel dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak dipakai dalam
mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya
(Nurgiyantoro, 2009:23).
Unsur
Intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik
sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun
cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah
novel berwujud.. Unsur-unsur intrinsik meliputi plot, penokohan, tema, latar,
sudut pandang cerita, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.
Sedangkan
unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Unsur-unsur ekstrinsik dalam novel mencangkup biogragi penulis, kisah dibalik
layar, situasi dan kondisi, dan nilai-nilai dalam cerita.
2.2 Hakikat Nilai Moral
Menurut
Semi dalam Wicaksono (2017:320) bahwa nilai menyangkut masalah bagaimana usaha
untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk, serta tentang apa yang diterima
dan apa yang ditolak dalam kehidupan.
Nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia (Wiyatmi, 2006:112).
Menurut
Bertens (2007: 139-141), nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita,
sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, dan sesuatu yang disukai dan
diinginkan, secara singkat nilai merupakan sesuatu yang baik. Jika kita
berbicara tentang nilai, kita maksudkan sesuatu yang berlaku, sesuatu yang
memikat atau mengimbau kita. Nilai berperan dalam suasana apresiasi atau
penilaian dan akibatnya akan sering dinilai secara berbeda oleh berbagai orang.
Maka,
nilai adalah suatu gagasan yang menunjuk pada hal-hal yang dianggap baik, berharga,
bermutu, berkualitas, berguna bagi manusia dan tentang baik buruknya
perbuatan-perbuatan bagi manusia yang dikehendaki oleh masyarakat dalam
kehidupn sehari-hari. Bahkan nilai juga bisa menjadi sesuatu yang menarik dan
menjadi cerminan bagi kehidupan dan tatanan masyarakat yang saling membantu
untuk membangun keteraturan sosialnya.
Kata
moral berasal dari kata “mos” dalam
bahasa Lathin, bentuk jamaknya “mores” yang berarti kebiasaan, ajaran,
atau adat-istiadat tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan bertindak
menjadi manusia yang baik. Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia. Moral juga mennyangkut aturan kesusilaan yang meliputi semua
norma yang menyangkut kelakuan, perbuatan dan tingka laku yang baik. Moral yang
terdapat dalam karya sastra dapat memberikan manfaat yang besar dalam
pembentukan ahlak dan kata hati agar memiliki kepekaan tarhadap baik buruk, dan
membentuk kemauan untuk menolak hal yang buruk dan melakukan hal yang baik
(Wicaksono, 2017: 334-1335).
Secara
umum moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pengerti dan susila.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang
bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran. Dan hal itulah yang
ingin disampakanya kepada pebaca (Nurgiantoro, 2009:321).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa moral berarti ajaran atau adat-istiadat tentang baik
buruknya perbuatan, sikap, akhlak, dan tingka laku manusia. Moral dapat menjadi
standar perilaku bagaimana manusia hidup dan bertindak menjadi manusia yang
baik. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang
yang dapat memberikan manfaat yang besar dalam pembentukan ahlak tentang baik
dan buruk.
Nilai
moral merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap
penting dan bermanfaat untuk manusia dalam pembentukan sikap, ahlak, dan budi
pengerti yang mulia. Nilai moral juga merupakan tata nilai baik buruk suatu
perbuatan apa yang harus dihindari apa yang harus dikerjakan sehingga tercipta
suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi dan
bermanfaat bagi orang tersebut bagi masyarakat lingkungan dan alam sekitar
(Wicaksono, 2017:337-338)
Menurut
Nurgiyantoro (2009:323) nilai moral adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan
perbuatan baik buruknya perilaku manusia yang berguna bagi kehidupan sosial
bermasyarakat yang berhubungan antara persoalan hidup dan kehidupan manusia
yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri,
hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa nilai moral adalah nilai yang berhubungan dengan
hal-hal yang dianggap penting yang berkaitan dalam pembentukan sikap, akhlak,
dan tingka laku manusia. Nilai moral juga merupakan nilai-nilai yang berkaitan
dengan perbuatan baik buruknya manusia dalam kehidupan sosial
bermasyarakat. Dalam hal ini nilai moral
sangat berkaitan antara persoalan hidup dan kehidupan manusia yaitu hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia
dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam.
2.2.1 Wujud Nilai Moral Dalam Karya
Sastra
Nurgiantoro
(2009: 321) Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dan hal
itulah yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Moral yang disampaikan
pengarang kepada pembaca dapat berupa petunjuk yang sengaja diberikan kepada
pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan
seperti sifat, tingka laku, sopan santun dan sebagainya yang ditampilkan dalam
cerita lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.
Nurgiyantoro
(2009:323) menyatakan bahwa jenis dan wujud moral itu sendiri dapat menyangkut
masalah yang tak terbatas yang mencangkup hidup dan kehidupan harkat dan
martabat manusia. Secara garis besar jenis dan wujud nilai moral dalam karya
sastra mencakup persoalan hidup dan kehidupan manusia yang dapat dibedakan
kedalam persoalan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia sengan diri
sendiri. Hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan lingkungan
alam sekitar.
2.2.1.1 Hubungan Manusia
dengan Tuhan
Nurgiyantoro
(2009:327) Mengatakan bahwa agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian
kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Kehidupan manusia adalah kuasa
Tuhan, jadi tidak ada alasan untuk jauh dari campur tangan Tuhan. Pada dasarnya
manusia hanyalah harus lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dan mencapai nilai
kesempurnaannya. Wujud nilai moral manusia dengan Tuhan antara lain: Pasrah dan
menurut kepada Tuhan, Memanjatkan Doa kepada Tuhan, Mengakui kebesaran Tuhan.
dan ucapan syukur kepada Tuhan.
Wujud
nilai moral antara hubungan manusia dengan Tuhan yaitu
1. Pasrah
dan Menurut Kepada Tuhan (Menerima Kehendak Tuhan)
Pasrah
dan menurut pada Tuhan, yaitu sikap mental dan kepatuhan manusia untuk selalu
menerima dan menjalankan segala ketentuan yang telah diberikan Tuhan baik
berupa larangan maupun perintah Tuhan atas dasar kecintaan seorang hamba
kepadanya.
2. Bersyukur
Kepada Tuhan
Bersyukur
kepada Tuhan, yaitu sikap manusia dalam mengekspresikan rasa terima kasih atau
ucapan syukur kepada Tuhan atas kebaikan yang telah diterimanya baik dalam suka
maupun duka. Bersyukur adalah suatu kewajiban yang patut dilakukan bagi umat
yang beragama.
3. Berdoa
dan Memohon Pertolongan Tuhan
Berdoa
dan memohon pertolongan Tuhan, yaitu sikap manusia yang selalu percaya kepada
Tuhan. Kerena hanya Tuhan yang akan selalu mendengar dan mengabulkan segala doa
dan permohonan yang disampaikan kepada-Nya dan hanya kepada Tuhan segala
permintaan manusia ditunjukan, karena hanya Dia yang akan memberi apa saja yang
manusia inginkan.
4. Mengakui
Kebesaran Tuhan
Mengakui
kebesaran Tuhan, yaitu sikap manusia yang percaya bahwa Tuhan itu maha besar
dan maha berkuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun di alam ini yang
luput dari pengetahuan Tuhan.
5. Perasaan
Berdosa Kepada Tuhan
Sikap
manusia yang selalu diawasi oleh Tuhan sehingga dalam melakukan sesuatu
kesalahan ia akan merasa berdosa kepada Tuhan dan berjanji tidak akan
mengulangnya kembali kesalahan-kesalahan serta dosa-dosa yang perna dilakukan
secara sadar.
2.2.1.2 Hubungan Manusia
dengan Diri Sendiri
Nurgiyantoro
(2009: 324) Berpendapat bahwa nilai moral antara hubungan manusia dengan
dirinya sendiri meliputi kebutuhan, sifat, tindakan, dan keadaan jiwa manusia
yang menyangkut moral yang baik dan yang buruk. misalnya manusia dapat
berhubungan dengan masalah-masalah eksistensi diri seperti rasa percaya diri,
takut, rindu, kesepian, terombang-ambingan antara beberapa pilihan, berani,
putus asa, sadar diri dan lain-lain yang lebih melibat ke dalam diri dan
kejiwaan seorang individu.
Wujud
nilai moral antara hubungan manusia dengan diri sendiri yaitu:
1. Rasa
Percaya Diri
Rasa
percaya diri yaitu kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi
keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.
2. Rasa
Takut
Rasa
takut yaitu suatu anggapan emosi terhadap ancaman. Takut merupakan suatu
mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respon terhadap suatu
stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya
3. Rasa
Rindu
Rasa
rindu, yaitu keinginan yang kuat untuk bertemu seseorang dan sangat ingin dan
berharap terhadap sesuatu
4. Rasa
Kesepian
Rasa
kesepian, yaitu sikap seseorang merasa bahwa dirinya penuh kesendirian,
kehampaan, kesunyian dan kesedihan. Walaupun banyak orang yang ada disekitarnya
secara fisik, namun rasa kesepian itu yang paling mendominasi dirinya.
5. Jujur
Jujur,
yaitu kejujuran yang berhubungan dengan ketulusan hati dan keterbukaan. Artinya
sikap kita yang selalu terbuka dan berkata jujur kepada diri sendiri dan orang
lain.
6. Sadar
Diri
Sadar
diri, yaitu keadaan dimana seseorang mengenal dirinya sendiri dan sadar akan
situasi dan kondisinya. Kesadaran diri juga mampu membaca situasi sosial dan
mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.
7. Terombang-Ambing
Terombang-ambing,
yaitu perasaan seseorang yang bingung atau campur aduk antara beberapa pilihan.
8. Menerima
Kenyataan
Menerima
kenyataan, yaitu sikap iklas seseorang dalam menghadapi kenyataan yang
menyakitkan atau membahagiakan. Menerima kenyataan juga berarti seseorang mampu
menerima kenyataan yang sudah digariskan Tuhan atas kehidupnya dengan iklas.
9. Kerja
Keras
Kerja
keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.
10. Berani
Berani,
yaitu seseorang mempunyai hati yang
mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya. Tidak takut
dalam menghadapi masalah atau bahaya.
11. Putus
Asa
Putus
asa, yaitu perasaan seseorang yang ditandai dengan kehilangan harapan dan sikap
yang mudah menyerah seseorang dalam menghadapi masalah.
2.2.1.3 Hubungan Manusia
dengan Manusia Lain
Satinem
(2019:108-109) mengatakan nilai moral yang berhubungan antara manusia dengan
manusia lain merupakan sikap dan perbuatan baik atau buruk seseorang yang
berhubungan dengan sesama. Nilai moral yang baik merupakan sikap dan perbuatan
baik antar sesama tanpa meminta balasan, benar-benar perbuatan tanpa pambrih.
Nilai moral yang buruk merupakan sikap ketidak adilan dan kekerasan antar
sesama manusia. Wujud nilai moral antara lain: peduli terhadap sesama, saling membantu
tanpa pambrih, mengambil milik orang lain atau mencuri, kekerasan dan
penindasan.
Hubungam
manusia dengan manusia lain dapat berwujud persahabatan, sikap tolong menolong,
menguatkan sesama, memberi semangat, menasehati, sikap kekeluargaan seperti
berbakti kepada orang tua, mengambil milik orang lain, penindasan, kekerasan, dan
lain-lain yang melibatkan interaksi antarmanusia (Nurgiyantoro, 2009:325).
Wujud
nilai moral antara hubungan manusia dengan manusia lain yaitu:
1. Persahabatan
Persahabatan,
yaitu hubungan yang melibatkan rasa senang, berbicara, bergaul, saling
mendukung dan kerja sama dengan orang lain. Hubungan persahabatan biasanya
lebih awet.
2. Saling
Tolong Menolong Sesama
Tolong
menolong, yaitu sikap manusia yang dalam kondisi apapun selalu membela dan
menolong sesamanya tanpa melihat status kehidupan dan sebagainya, ia melihat
berdasarkan kebenaran dan keadilan yang seharusnya memang harus ditegakan.
3. Menguatkan
Sesama
Menguatkan
orang lain, yaitu sikap seseorang dalam mendukung dan menguatkan orang lain
agar tetap kuat dan tidak menyerah
4. Berbakti
Kepada Orang Tua
Berbakti
kepada orang tua, yaitu tindakan seseorang dalam menaati perinta orang tua,
mendoakan orang tua, dan membantu orang tua.
5. Memberi
Semangat
Memberi
semangat, yaitu bentuk dorongan dan masukan yang positif seseorang kepada orang
lain yang dapat meningkatkan semangatnya atau motivasinya dalam melakukan
sesuatu.
6. Peduli
Terhadap Sesama
Peduli
terhadap sesama, yaitu sikap seseorang yang mampu memahami kondisi orang lain dan
berminat atau tertarik untuk membantu orang lain.
7. Mengalah
Mengalah,
yaitu perbuatan yang dilakukan seseorang yang berjiwah besar, ia cenderung
mementingkan kepentingan banyak orang dari pada dirinya sendiri.
8. Berpikir
Positif
Berpikir
positif, yaitu sikap manusia yang selalu melihat sikap orang lain dari sisi
positifnya. Ia tidak suka melihat atau mencari-cari hal yang buruk dari orang
lain atau selalu berburuk sangkap kepada manusia lain
9. Cinta
Kasih Sejatih
Cinta
kasih sejatih, yaitu sikap manusia yang mencintai sesamanya bukan karena
kedudukanya, status, pendidikan, kekayaan, keturunan, ras, agama, dan
sebagainya, tetapi lebih didasarkan pada kenyataan bahwa manusia lain pun merupakan mahluk Tuhan yang berhak mendapatkan
cinta, perhatian, dan kasih sayang sesamanya.
10. Membantu
yang Lemah Tanpa Pamrih
Membatu
yang lemah tanpa pamrih, yaitu sikap
manusia dalam membantu dan menolong sesamanya, terutama mereka yang lemah tanpa
mengharapkan imbalan apapun karena baginya menolong sesamanya yang membutuhkan
merupakan suatu kewajiban.
11. Saling
Mengenal
Saling
mengenal, yaitu manusia diharapkan dapat saling mengenal satu dengan yang lain,
sehingga terjalin hubungan baik dalam hidup dan dapat saling membantu karena
dalam kenyataanya tidak ada orang yang tidak bisa hidup sendiri tanpa ada
bantuan dari orang lain.
12. Menganbil
Milik Orang Lain
Mengambil
milik orang lain atau mencuri, yaitu tindakan yang tidak terpuji dimana
seseorang mengambil sesuatu yang bukan miliknya yang merupakan milik orang lain
tampan meminta izin.
13. Kekerasan
Kekerasan,
yaitu sikap yang merujuk pada tindakan fisik maupun psikologi yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang baik secara sengaja maupun tidak sengaja berupa
serangan, perusakan, dan penghancuran pada orang lain.
14. Penindasan
Penindasan,
yaitu tindakan intimidasi yang dilakukan oleh pihak yang lebih kuat yang dapat
berpengaru pada fisik dan psikolog seseorang.
2.2.1.4 Hubungan Manusia
dengan Alam
Nurgiyantoro
(2009: 325) mengatakan bahwa latar sosial menyaran pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi. Hubungan manusia dengan alam yakni tentang
bagaimana manusia berinteraksi dengan alam. Semua yang terjadi dengan alam
sedikit banyak adalah berkaitan dengan
tingkah laku. Jika manusia dapat hidup selaras dengan alam, maka bukan tidak
mungkin kebahagiaan hidup manusia akan terwujud contohnya, memanfaatkan alam
sekitar, melestarikan alam, dan memuji keindahan alam. Apabila setiap manusia
telah menyadari rasa tanggung jawabnya terhadap alam berarti kelangsungan hidup
manusia akan terjaga kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan.
Wujud
nilai moral antara hubungan manusia dengan alam yaitu:
1. Memuji
Keindahan Alam
Memuji
keindahan alam, yaitu wujud manusia dalam mengagumi dan mensyukuri lingkungan
atau alam sekitarnya yang memberi keindahan dan ketertarikan kepada manusia
2. Memanfaatkan
Lingkungan Untuk Bertahan Hidup
Memanfaatkan
lingkungan untuk bertahan hidup, merupakan segala sesuatu yang berasal dari
alam atau lingkungan sekitar yang digunakan dan dimanfaatkan manusia untuk
bertahan hidup.
3. Memanfaatkan
Barang Bekas
Memanfaatkan
barang bekas, yaitu proses untuk menjadikan barang yang sudah dibuang atau
barang bekas menjadi barang baru dan bisa menjadi sesuatu yang berguna.
2.3 Penelitian Terdahulu
penelitian
terdahulu dicantumkan dalam penelitian ini sebagai bentuk perbandingan antara
penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. Selain
itu juga diharapkan dengan penelitian ini dapat di dilihan mengenai perbedaan
dan persamaan dari ketiga penelitian terdahu dengan penelitian ini.
Pada
penelitian ini digunakan tiga penelitian terdahulu yang sangat bermanfaat bagi
peneliti antara lain
1) Penelitian
terdahulu pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti tahun 2005 dengan judul “Citra perempuan dalam novel
Hayuri karya Maria Etty”. Penelitian ini mengunakan metode penelitian
kualitatif dan pendekatan struktur naratif. Tujuan penelitan ini yang pertama
untuk mendeskripsikan unsur-unsur naratif dalam novel Hayuri yang terdiri dari
alur, penokohan dan latar, yang kedua untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan
perwujudan citra perempuan tokoh hayuri dalam aspek fisis, aspek psikis, citra
diri, aspek sosial, dan citra tokoh perempua lainnya.
2) Penelitian
terdahulu kedua yang dilakukan oleh Bagas Prasetyo Nugroho pada tahun 2017 yang
berjudul “nilai moral dalam novel suminar karya Tiwiek Sa”. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan struktur novel suminar dan nilai moral yang terdapat
dalam novel seminar. Metode penelitian
ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penyajian analisis
digunakan metode infolmal. Penelitian ini menganalisis mengunakan unsur
intrinsik novel dan nilai-nilai moral dalam novel suminar. Ada lima aspek unsur
intrinsik dalam novel suminar karya Tiwiek Sa dan tiga aspek nilai moral yang
terdapat dalam novel Tiwiek Sa.
3) Penelitian
terdahulu ketiga dilakukan oleh Elyna di Universitas Negeri Yogyakarta pada
tahun 2013 yang berjudul “analisis nilai moral dalam novel Surat Kecil untuk
Tuhan karya Agnes Devonar (pendekatan pragmatik)” penelitian ini mengunakan
metode penelitian deskritif kualitatif. Penelitian ini difokuskan pada
permasalahan yang berkaitan dengan analisis nilai moral dan pendekatan
pragmatik. Penelitian dengan hasil sajian data deskritif berupa tuturan pengarang
dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan.
Hasil analisis novel yang dilakukan pada penelitian ini yaitu tuturan
pengarang dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan, wujud nilai moral pada novel
surat kecil untuk Tuhan, dan Moral tokoh utama dalam novel
Dari tiga contoh penelitian terdahulu
diatas, maka dapat dilihat dari persamaan dan berbedaan tiga penelitian
terdahulu dengan penelitia ini. Diantaranya persamaan penelitian terdahulu
dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengunakan metode kualitatif deskriptif
dan pada penelitian terdahulu yang pertama dengan penelitian ini sama-sama
menganalisis novel Hayuri karya Maria Etty, sedangkan pada penelitian yang
kedua dan yang ketiga sama-sama menganalisis nilai-nilai moral pada novel.
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian terdahulu
yang pertama mendeskripsikan citra perempuan dalam novel Hayuri, Pada
penelitian kedua mendeskripsikan unsur intrinsik novel dan nilai moral, dan
Pada penelitian yang ketiga menganalisis nilai moral dengan menggunakan
pendekatan pragmatik, sedangkan pada penelitian ini hanya mendeskripsikan
nilai-nilai moral dalam novel Hayuri karya maria Etty.
2.4 Kerangka Berpikir
Novel merupakan salah satu karya
sastra yang mencerninkan nilai-nilai
kehidupa masyarakat di sekitarnya, misalnya nilai moral, nilai agama dan nilai
budaya. Nilai moral adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis kepada
pembaca, baik moral yang baik maupun yang buruk yang menjadi cerminan bagi para
penikmatnya.
Novel
Hayuri adalah salah satu karya sastra yang banyak terdapat nilai moral. Nilai
moral dalam novel Hayuri banyak berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan
alam sekitar.
Nilai
moral yang disampaikan dalam karya sastra adalah nilai yang dapat mendidik
manusia dalam seluruh aspek atau persoalan hidup dan kehidupannya agar manusia
dapat mengatur tingkah lakunya untuk menjadi manusia yang baik. Jenis dan wujud
nilai moral dalam karya sastra sangat beragam. Hal ini tergantung pada
keinginan, keyakinan, dan perhatian pengarangnya sehingga jenis dan wujud
nilai-nilai moral tersebut dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan
baik moral yang baik maupun moral yang buruk
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitia
Penelitian ini bertujuan menemukan dan mendeskripsikan wujud nilai
moral Dalam novel Hayuri karya Maria Etty. Berdasarkan tujuan tersebut, maka metode
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan dalam kajian ini dijabarkan ke dalam langkah-langkah sesuai dengan tahapan pelaksanaannya, yaitu (1)
Tahap penyediaan data, (2) Tahap analisi data, dan (3) Tahap penyajian
hasil analisis data.
Pendekatan deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah suatu prosedur penelitian dengan hasil sajian
data deskriptif berupa tuturan pengarang dalam novel
Hayuri. Sudaryanto
(1993:62), menyatakan bahwa istilah deskriptif menyarankan kepada suatu penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang
ada dan juga fenomena yang memang secara empiris hidup di dalam penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa
uraian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret (paparan seperti apa adanya).
Menurut Endraswara
(2003:5), yang berhubungan
dengan kajian karya sastra terbagi lima yaitu sebagai berikut.
1.
Peneliti merupakan instrumen kunci yang akan membaca secara cermat sebuah karya sastra.
2.
Penelitian dilakukan secara
deskriptif.
Artinya, terurai dalam bentuk
kata-kata, bukan membentuk angka.
3.
Lebih mengutamakan
proses juga hasil karena karya sastra merupakan fenomena yang banyak
mengundang penafsiran.
4.
Analisis secara induktif, yaitu menyusun atau membuat gambaran yang makin menjadi jelas
sementara data dikumpulkan dan
bagian-bagianya diuji. Dalam hal ini, peneliti tidak berasumsi bahwa sudah cukup yang diketahui untuk
memahami
bagian-bagian penting sebelum mengadakan penelitian.
5.
Makna merupakan andalan utama. Artinya, makna pada kata, frasa atau
kalimat yang terdapat dalam kutipan novel (data) menjadi bagian yang paling penting pada penelitian.
Penelitian ini dikatakan sebagai
deskriptif kualitatif
karena penelitian
kualitatif merupakan penelitian
yang menghasilkan data deskriptif, misalnya data kualitatif tersebut.
3.2. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kata,
frasa, dan kalimat yang mengandung nilai-nilai moral yang terdapat
dalam novel Hayuri karya Maria Etty. Penelitian ini menggunakan sumber data
dari novel Hayuri karya Maria Etty yang diterbitkan oleh PT Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta pada tahun 2004. Fokus penelitian ini adalah
mengenai aspek moral dalam novel tersebut
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga menurut Moleong, (2017: 301) yaitu teknik
baca, teknik catat, dan teknik pustaka. Berikut ini adalah penjabaran dari ketiga teknik pengumpulan data
dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut.
a. Teknik baca, yaitu peneliti membaca novel
Hayuri karya Maria Etty terlebih dahulu.
Awalnya peneliti membaca novel secara keseluruhan untuk mengetahui identifikasi
secara umum. Setelah itu peneliti membaca secara cermat dan mengumpulkan data
yang diinginkan yaitu berupa nilai-nilai moral yang ada
dalam novel Hayuri karya Maria Etty.
b. Teknik catat, yaitu peneliti sebagai instrumen kunci melakukan pencatatan data dengan cara mencatat potongan-potongan
kalimat di dalam novel yang mengandung nilai-nilai moral dalam novel Hayuri
karya Maria Etty.
c. Teknik pustaka, yaitu menggunakan sumber-sumber tertulis berupa
buku-buku, bahan-bahan tertulis serta referensi yang relevan untuk memperoleh teori dalam mengkaji data yang akan
diteliti.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mengunakan
metode deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan untuk mengetahui nilai moral yang
terdapat dalam novel Hayuri karya Maria Etty. Teknik
analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena data
memerlukan penjelasan secara deskriptif.
Adapun
langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data sebagai berikut. Pertama, membaca
isi novel Hayuri karya Maria Etty yang telah diambil sebagai objek penelitian. kemudian membaca dengan cermat dan
menginterpretasikan nilai moral dalam novel tersebut. yang kedua, adalah
mengelompokan data sesuai dengan kategori
yang ada yaitu berupa jenis-jenis nilai moral untuk
memudahkan analisis data selanjutnya. Dan
yang ketiga, mencatat dan menganalisis semua data yang telah dikelompokan dan
menarik kesimpulan.
3.6 Pengecekkan Keabsahan Data
Validitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas intrarater, yaitu dengan cara membaca dan meneliti subjek
penelitian berupan novel Hayuri secara berulang-ulang sampai mendapatkan data
yang dimaksud berupa nilai moral. Selain itu, digunakan juga validitas interrater, yaitu dengan cara
mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat, yang dianggap memiliki
kemampuan intelektual dan kapasitas sastra (terutama dalam mengapresiasi) yang
cukup bagus.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Paparan Data
Setelah peneliti melakukan
pengkajian pada novel Hayuri karya Maria Etty. Peneliti telah mencari data-data
yang berkaitan dengan nilai moral pada novel Hayuri dengan cara membaca semua
isi novel Hayuri dan dilakukan analisis sehingga mendapatkan hasih penelitian,
dan kemudian dilakukan pembahasan. Hasil penelitian di peroleh dari mengkaji
novel Hayuri karya Maria Etty yang diterbitkan oleh PT Gramedia Widiasarana
Indonesia tahun 2004 di Jakarta. Penelitian ini memperoleh hasil yaitu wujud
nilai moral yang terdapat dalam novel Hayuri karya Maria Etty. Hasil penelitian
kemudian dipaparkan dan selanjutnya dianalisis pada pembahasan.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis
nilai moral yang terkandung dalam novel Hayuri karya Maria Etty mencangkup hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia
dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam. Jenis nilai moral
tersebut selanjutnya disampaikan melalui wujud moral dalam karya sastra yang
disampaikan melalui rangkaian cerita novel Hayuri. Berikut ini penjabaran hasil
penelitian dari mengkaji nilai moral pada novel Hayuri.
4.1.1 Hubungan Manusia Dengan Tuhan
4.1.1.1
Pasrah
dan Menerima Kehendak Tuhan
Pasrah
dan menerima kehendak Tuhan, yaitu sikap mental dan kepatuhan manusia untuk
selalu menerima dan menjalankan segala ketentuan yang telah diberikan Tuhan
baik berupa larangan maupun perintah Tuhan atas dasar kecintaan seorang hamba
kepadanya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh-tokoh yang pasrah dan
ikhlas, yang percaya adanya Tuhan atas segala yang terjadi dalam hidupnya.
Berikut ini adalah kutipan novel yang menunjukan nilai moral pasrah dan
menerima kehendak Tuhan.
(1)
“Malam
Harinya Ia bersujud ke hadirat Sang Empunya Kehidupan. Ia berserah semua ia
ikhlaskan dalam penyelenggaraan Ilahi sambil berlinang air mata, ia berdoa
hingga muncul kepasrahan yang dalam. Malam itu Rosdiana merasa pasrah dan
ikhlas menyeruak semua yang tak pasti
sejatinya tak sendiri. Ada Tuhan yang
menuntunku” (Hal.30)
(2)
“Buntaran
merasakan dalam perjalanan waktu, Tuhan senantiasa mendampinginya. Ia juga
merasakannya takkala digelandang dan dimasukan ke dalam penjara secara kasar.
Perlahan-lahan ada kepasrahan di hatinya. Tuhan telah mengirimkan kepasrahan
itu. Maka, ia tak memberontak pada keadaan. Meski ia tak tau akan bermuara
kemana peristiwa ini. Menjadi pasrah memang tak mudah.” (Hal.100)
4.1.1.2
Bersyukur
Kepada Tuhan
Bersyukur
kepada Tuhan, yaitu sikap manusia dalam mengekspresikan rasa terima kasih atau
ucapan syukur kepada Tuhan atas kebaikan yang telah diterimanya baik dalam suka
maupun duka. Bersyukur adalah suatu kewajiban yang patut dilakukan bagi umat
yang beragama. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh-tokoh yang mengucap
syukur dan berterima kasih kepada Tuhan dalam setiap hidup yang mereka lalui
baik dalam suka maupun duka.
(1)
“Rekan-rekan
di unit XV bergantian menjaga Buntaran. Mereka membuat bubur dan minuman manis.
Tatapan Buntaran hampa, keharuan menyelinap menerima perlakuan demikian. Tuhan
terima kasih dalam kesulitan seperti ini aku masih bisa merasakan kasih-mu,
melalui orang-orang yang memperhatikan dan merawatku” (Hal.152)
(2)
“Malam
itu ketika kesenyapan mengayomi malam, untuk pertama kalinya di penjara ia
memadahkan pujian kepada Tuhannya. Sementara diluar sana suasana temaram terasa
pekat hanya samar-samar sinar lampu di sudut-sudut pekarangan LP. Burung-burung
prenjak di pepohonan masi menyanyikan lagu alam membuat suasana malam itu
membersitkan keramahan.
Terima kasih Tuhan, karena masi ada
kekuatan yang tersisa dalam hatiku untuk menjalani masa-masa sulit ini. Biarlah
engkau tambahkan kekuatan untukku karena Engkaulah Sang Kekuatan yang
menegarkan kerapuhanku” (Hal.215)
(3)
“Ia
menghambur bahagia takala ada optional
tour bagi para peserta Gunung Titlis. Begitu ia menaiki cablecar yang hendak mencapai gunung
berlapis salju itu, ia merasa dirinya kecil ia tak kuasa menahan haru bisa
menggapai tempat itu.
Tuhan, terima kasih, aku bekas narapidana, anak
seorang PKI bisa sampai ke sini. seketika ia tergila-gila pada Swiss.
Negeri impian yang menjadi negeri kenyataan” (Hal.319)
4.1.1.3
Berdoa
dan Memohon Pertolongan Tuhan
Berdoa
dan memohon pertolongan Tuhan, yaitu sikap manusia yang selalu percaya kepada
Tuhan. Kerena hanya Tuhan yang akan selalu mendengar dan mengabulkan segala doa
dan permohonan yang disampaikan kepada-Nya dan hanya kepada Tuhan segala
permintaan manusia ditunjukan, karena hanya Dia yang akan memberi apa saja yang
manusia inginkan. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang selalu berdoa
dan memohon pertolongan Tuhan yang percaya hidup mereka kedalam tangan Tuhan.
(1)
“Rosdiana
tercenung menatap kejadian itu. Hatinya meronta namun tubuhnya terpaku. Apalagi
ketika ia melihat beberapa di antara mereka mencoret-coret tembok rumahnya
dengan cat merah. Ada apa? Tanyanya
berulang pada dirinya. Ia sempat melihat pembantunya terdiam di sudut dapur.
Rosdiana tak perna mempi apapun selama sepekan ini, taka da firasat sama sekali
kalau akan mengalami peristiwa ini. Rosdiana hanya menggumamkan asma Tuhan,
momohan pertolongan Tuhan” (Hal.24)
(2)
“Cemas
membangunkan Buntaran malam itu ia tak nyenyak. Tiba-tiba saja pikiranya tak
enak seperti akan terjadi sesuatu dalam hidupnya. Dan itu membebani tidurnya
hingga ia tergaja. Lalu, ia mengatupkan tangannya, berdoa. Memohon kepasrahan
jiwa. Kalaupun harus terjadi peristiwa yang menyakitkan lagi, ia masi berharap
mampu menghadapinya. Tuhan, berilah aku
kekuatan. Jiwaku begini gelisa. Tiba-tiba saja, cemas menggelayuti batinku.
Semoga aku mampu menghadapi esok, segetir apa pun kenyataanya” (Hal.147-148)
4.1.1.4
Mengakui
Kebesaran Tuhan
Mengakui
kebesaran Tuhan, yaitu sikap manusia yang percaya bahwa Tuhan itu maha besar
dan maha berkuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun di alam ini yang
luput dari pengetahuan Tuhan. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh-tokoh
yang mengakui kebesaran Tuhan dalam setiap hal yang terjadi dalam kehidupan
mereka.
(1)
“Perjumpaan itu
merupakan rahmat luar biasa. Wajah itu berseri-seri senyum terus mengulas di
bibirnya, binar-binar bahagia terpancar hari itu. Setelah sekian lama berpisah,
mereka bertemu lagi. Kendati pertemuan itu hanya berlangsung sekitar setengah
jam. Namun, waktu yang sangat singkat itu penuh makna.
Aduh Yuri sudah besar yah, ucap Buntaran
sambil memeluk si kecil. Sementara matanya terus memandangi istrinya seakan
ruang dan waktu tak mampu melampiaskan rasa rindunya.
Bapak sehat kan?
Ini rahmat Tuhan bu. Bagaimana dengan jahitanmu?
Rahmat Tuhan juga pak, selalu ada yang datang” (Hal. 104)
(2)
“Pagi
itu Hayuri menyiangi tanaman di pekarangan LP. Segerombolan semak-semak itu
tumbuh subur. Ia menyabutinya perlahan, satu persatu. Semak-semak itu tak
pernah dikehendaki hadir, namun tumbuh subur. mereka dianggap merusak
pemandangan tapi, bila diperhatikan lebih jeli mereka tetap membawah keindahan.
Sekecil apapun rasanya Tuhan tak perna menciptakan sesuatu di muka bumi tanpa
maksud” (Hal.216)
(3)
“Hatinya
sungguh bersorak. Ia mau memuji kebaikan Tuhan yang telah memberinya bonus bisa
pergi ketempat seindah itu. Meski ia juga menyadari bagi orang berpunya mungkin
perasaan ini norak.
Ton, aku senang banget deh bisa kesini
Bagus banget yah Tonny menimpali
Seperti mimpi bertualang ke surga dunia.” (Hal. 320)
4.1.2
Hubungam Manusia Dengan Diri Sendiri
4.1.2.1
Rasa
Percaya Diri
Rasa
percaya diri merupakan salah satu nilai yang dimiliki oleh seseorang sebagai
pribadi yang tangguh yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat
atau melakukan suatu tindakan. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang
percaya diri dan memberi keyakinan yang kuat pada dirinya sendiri bahwa apa
yang dilakukan merupakan hal yang benar.
(1)
“Lewat
perenungannya, Hayuri yakin tak mungkin ayahnya seorang komunis ia pasti
terseret oleh arus lingkungannya karena ketaksukaanya pada paham kapitalis yang
mendewa-dewakan materi” (Hal. 12)
(2)
“Rosdiana
pun terus memacu semangatnya untuk terus menjahit. Perempuan ini yakin di dalam
kepedihan toh selalu ada rahmat. Dan ia melihat betapa pesanan-pesanan jahitan
mengalir langganannya dari waktu ke waktu selalu datang” (Hal. 61)
4.1.2.2
Rasa
Takut
Rasa
takut yaitu suatu anggapan emosi terhadap ancaman. Takut merupakan sesuatu hal
yang mengganggu pertahanan hidup seseorang seperti rasa sakit atau ancaman
bahaya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang merasa takut pada ancaman
kekerasan.
(1)
“Ada apa? Ia memekik. Wajahnya mendadak
pucat melihat puluhan orang segerah mengobrak-abrik rumahnya. Orang-orang itu
bersepatu lars, berseragam loreng-loreng. Seketika ia menyadari orang-orang itu
hendak mencari suaminya beserta dokumen-dokumen miliknya.
Secara refleks
wanita berwajah lembut itu menarik napasnya dalam-dalam berkali-kali. Cara itu
sedikit meredahkan ketegangannya yang tiba-tiba menyesakkan dada. Tenggorokanya
seperti tercekal ada rasa takut yang seketika menerpanya” (Hal. 23)
4.1.2.3
Rasa
Rindu
Rasa
rindu yaitu keinginan yang kuat untuk bertemu seseorang dan sangat ingin dan
berharap terhadap sesuatu. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang merasa
rindu yang terus bergejolak dalam dirinya dan sangat ingin bertemu seseorang.
(1)
“Yuri, Papak sudah pergi. Satu hari Bapak
akan kembali. Sekuat hati ia menahan tangisnya. ia tak mau anaknya melihat
dirinya berurai air mata. Biarlah kepedihan ini menjadi miliknya saja. Bukan
anaknya.
Selama setahun
Rosdiana menanggung rindu pada Buntaran. Selama itu ia tak tahu keadaan
suaminya tetapi, bayangan lelaki itu tak perna jauh dari benaknya” (Hal.59)
(2)
“Ketika
rindunya pada Buntaran memuncak, ia justru bekerja lebih keras. Sebuah
kompensasi positif yang bisa ia lakukan takkala batinnya menggulana. Dalam
hati, kerap ia berbisik, semua ini aku lakukan untukmu, Bun” (Hal. 62)
(3)
“Ketika
hendak memejamkan mata, buntaran menatap tembok sel yang berada didepannya.
Terbayang wajah istri dan anaknya ia seperti menyaksikan sebuah kilas balik dai
perjalanan hidupnya. Tiba-tiba terbayang tatapan Rosdiana yang selalu
memandangnya dengan binar ketulusan. Ketulusan hati seorang perempuan yang tak
menuntut banyak, selain ingin dicintai dengan sepenuh hati. Mata indah itu
tiba-tiba seperti ada di dekatnya, mata yang seolah mengundang Buntaran untuk
melanjutkan pada sebuah kebersamaan lalu, desahan napasnya membuat tubuh mereka
saling menggelinjang. Rasa rindu itu muncul menyeruak ke sudut-sudut hatinya
yang paling dalam tiba-tiba terasa begitu menyesakkan. Rindu itu juga
memunculkan rasa peri karna tak terwujudkan” (Hal. 96-97)
(4)
“Seketika
pula ia girang, cukup lama ia tak berjupa dengan istri dan anaknya. Berita itu
seperti berita menang lotre membuat perasaannya tak hanya bersenandung tetapi
bersok sorai. Meski pertemuan itu hanya singkat tetapi akan sangat berarti
untuk melepaskan rindu. rindu itu sudah setinggi gunung. gunung kegalauan”
(Hal. 102)
4.1.2.4
Rasa
Kesapian
Rasa
kesepian yaitu sikap seseorang yang merasa bahwa dirinya penuh kesendirian,
kehampaan, kesunyian dan kesedihan. Walaupun banyak orang yang ada disekitarnya
secara fisik, namun rasa kesepian itu yang paling mendominasi dirinya. Dalam
novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang merasa kesepian.
(1)
“Bisu.
Buntaran membisu di sepanjang perjalanan. Perbincangan hanya terjadi dengan
dirinya sendiri. Pikiranya melayang kemana-mana, bertualang menghadirkan aneka
gejolak” (Hal. 141)
4.1.2.5
Sadar
Diri
Sadar
diri yaitu keadaan dimana seseorang mengenal dirinya sendiri dan sadar akan
situasi dan kondisinya. Kesadaran diri juga mampu membaca situasi sosial dan
mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Dalam novel Hayuri ditunjukan
pada tokoh yang sadar diri akan kondisi dan keadaan yang di alaminya baik suka
dan duka.
(1)
“Hayuri
terpanah menatap apa yang terbentang di hadapannya. Sebuah bangunan megah.
Pilar-pilar di depan rumah itu mengingatkannya pada rumah bangsawan-bangsawan
di Eropa. Ia tersadar selama ini ia belum mengenal Russel yang sebenarnya.
Belum sekalipun Russel mengajaknya kerumahnya. Memperkenalkanya pada orang
tuanya Tapi, kini sedikit demi sedikit tentang lelaki itu mulai terkuak.
Ada jarak sosial
yang demikian menganga antara dirinya dengan Rusel. Bisahka ia mengikuti irama
kehidupan lelaki yang dibesarkan dalam keluarga aristrokrat itu? Sementara
dirinya adalah gambaran tentang kesederhanaan dengan cacat cela yang tak
sengaja ditolehkan oleh sang ayah anak tapol PKI” (Hal. 14-15)
4.1.2.6
Terombang
Ambing
Terombang-ambing,
yaitu perasaan seseorang yang bingung atau campur aduk antara beberapa pilihan.
Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang terombang-ambing antara beberapa
pilihan.
(1)
“Hayuri
menahan napasnya sesaat, takala Russel meminta izin duduk di sampingnya. Sesaat
perasaan Hayuri tak karuan. Senang karena Russel berada di dekatnya, tetapi
juga binggung mengatasi salah tingkahnya.” (Hal.3)
(2)
“Buntaran
tak mengerti nasib telah membawahnya begitu jauh tersudut. Tak Cuma stigma yang
melekat kuat pada kedirianya sebagai tapol PKI mengapa ia harus terenggut dari
semua yang ia cintai.
Sambil sesekali
mengelus-elus kepala Tom Dooley, perasaanya bergumul kadang amaranya
meletup-letup tak tersalur, kadang ia tak berdaya hanya menyerah pada
kenyataan, kadang ia terbelenggu, kadang ia tak peduli. Ritme emosi itu naik
turun” (Hal. 75)
(3)
“Kalau
saja disuruh memilih antara rapat dan tinggal di rumah buntaran bingung.
Sebenarnya bagi buntaran keduanya sama-sama penting, sama-sama menunjukan
eksistensi, sama-sama mengembang tanggung jawab. keduanya berkaitan, tugas bisa
menyejahterakan keluarga dan keluarga bisa mendukung tugas” (Hal. 87)
4.1.2.7
Menerima
Kenyataan
Menerima
kenyataan, yaitu sikap iklas seseorang dalam menghadapi kenyataan yang
menyakitkan atau membahagiakan. Menerima kenyataan juga berarti seseorang mampu
menerima kenyataan yang sudah digariskan Tuhan atas kehidupanya dengan ikhlas.
Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang menerima kenyataan dalam
kehidupanya baik yang menyakitkan maupun mebahagiakan.
(1)
“Masa
anak-anak yang sepi harus ia lewati tanpa pernah protes. Ia sering mendengarkan
cerita teman-temannya yang belibur kemana-mana. Tapi, ia tak sampai hati
meminta ibunya untuk mengisi liburan ketempat-tempat wisata. Ia tahu diri, ia
anak siapa dan itu cukup menjadi bekal untuk menerima kenyataan hidup” (Hal. 4)
(2)
“Buntaran
mencoba berdamai dengan keadaanya. Ia harus bisa menerima kenyataan sebentar lagi ia harus pergi dari tempat itu
pergi untuk tak kembali, mungkin. Jenjang karier yang pernah ia rintis kandas
dalam sekejap. Ia berdesis perlahan siapa yang tahu hari esok. Sepekan yang
lalu ia masih akrab dengan ruaangan ini. Tapi, malam ini rasa asing menghinggap
batinya. Ruangan itu seperti bukang ruangannya sendiri. Ia sadar, dalam waktu
dekat ruangan ini berganti penghuni.” (Hal. 90)
(3)
“Segala
informasi di dunia luar tak perna sampai
de dalam selnya. Dunianya jadi teramat sempit. Hanya sekitar empat kali tiga
meter saja. Kalaupun menjadi lebih luas, hanya ketika ia bisa berjumpa dengan
para tahanan lainya. Pada kesempatan itu, ia bisa bercakap-cakap dengan sesama
manusia. Kendatipun itu tak lepas dari pengawasan petugas di sana. Dan semua
itu harus ia terima dengan lapang dada. Berkali-kali ia meredam letupan-letupan
emosi di batinnya. Banyak kali ia tak mampu darah mudanya masih teramat kental
mengaliri tubuhnya” (Hal. 93)
4.1.2.8
Kerja
Keras
Kerja
keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas sebaik-baiknya. Dalam
novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang bekerja keras dalam menyelesaikan tugas
dan tanggung jawabnya.
(1)
“Aku
memang lebih dulu menyelesaikan skripsi di bandingkan mereka. Materi
penulisanku terasa menggairahkan. Pembaruan seperti melekat dalam sukmaku,
menempel dalam tekadku, aku beroleh daya dorong mengerjakannya sekuat mesin
jet. Keteguhan dan semangat kunci utamaku” (Hal. 261)
4.1.2.9
Berani
Berani,
yaitu seseorang mempunyai hati yang
mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya. Tidak takut
dalam menghadapi masalah atau bahaya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh
yang berani dalam menghadap situasi yang mencekam.
(1)
“Mereka
hanya berani dengan perempuan. Perilaku itu menunjukan kedangkalan otak mereka.
Seandainya mereka berpikir sedikit mendalam. Jika saja Ibunya, adik perempuanya
atau istrinya yang diperlakukan demikian apakah mereka rela? Perempuan di
hadapan mereka tak menanggung kesalahan apapun. Mengapa perlakuan kasar harus
ditimpakan kepadanya.
Saya tidak tahu di mana suami saya sekarang berada jawab Rosdiana
tegas. Ia sedang mengerahkan seluruh keberaniannya menghadapi manusia-manusia
di hadapannya” (Hal. 32)
(2)
“Mereka
menyuarakan jeritan hati pak
Polisi itu
menengok selintas, matanya melotot. Hayuri tak kalah berang, bola matanya
spontan melotot pula. Keberanian itu ibarat mata pisau, setiap kali ia asah
semakin lama semakin tajam. Ia begitu berani menghadapi segala resiko” (Hal.
203)
4.1.2.10 Putus Asa
Putus asa yaitu perasaan seseorang
yang ditandai dengan kehilangan harapan dan sikap yang mudah menyerah seseorang
dalam menghadapi masalah. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang putus
asa dalam dalam hidupnya.
(1)
“Rosdiana
kini merasakan pernikahannya ibarat perjudian. Taka ada yang tahu pasti akan
berarah kemana. Takala mereka bersading bahagia di pelamina dan saling berikrar
setia. yang ada hanyalah harapan akan meraih kebahagiaan. Jalan yang membentang
dalam perkawinan tak semulus. Kerap jalan itu sungguh terjal dan berliku.
Kini ia seperti
kalah dalam perjudian. Tak sekadar kalah recehan, tapi babak belur
habis-habisan. Sekujur batinnya penat memikirkan masa depan membuat otot-otot
dan sendi-sendi tubuhnya luglai. Ia masi belum tahu hendak berbuat apa. Ia
merasa kecil, sendiri dan tanpa arah” (Hal. 30)
4.1.3
Hubungam Manusia Dengan Manusia Lain
4.1.3.1
Persahabatan
Persahabatan
yaitu hubungan yang melibatkan rasa senang, berbicara, bergaul, saling
mendukung dan kerja sama dengan orang lain. Hubungan persahabatan biasanya lebih awet. Dalam novel Hayuri
ditunjukan persahabatan sejati yang selalu ada dalam suka maupun duka.
(1)
“Begitu
tiba tapol-tapol itu dikelompokan kedalam unit-unit. Mereka harus mencari nama
mereka satu persatu. Tentara-tentara itu mengklasifikasikan mereka berdasarkan
nomor foto. Buntaran sudah mendapatkan nomor fotonya 3232. Ia segerah tahu
bahwa ia akan menjadi penghuni unit XIV Tefaat Buru. Tersoak-soak ia berjalan
mencari kawanannya. Tapol-tapol yang akan bersamanya menjadi penghuni unit XIV.
Siap Bun? Sapa Syam
Mau apa lagi
Seketika ia meresa
senang menyadari Syam menjadi rekan seunit. Teman baik di kala kita senang
mudah diperoleh tetapi teman sejati adalah teman yang kita peroleh justru di
kala kita susah. Terima kasih Syam atas
perhatianmu selama ini” (Hal.120)
(2)
“Nilai lain yang dirasakan adalah
persahabatan. Persahabatan di kala susah berbeda dengan persahabatan di kala
suka. Persahabatan akan terasa lebih kental tekala manusia sedang kesusahan.
Nuansa ini yang dirasakan selama mereka jaun dari keluarga. Ketika merenungi kembali
keakrabannya dengan sohib-sohibnya Syam, Rundy dan Djong lee, ia tersentak.
Ternyata di belantara penderitaan ia masi merasakan keakraban” (Hal. 134-135)
(3)
“Selamat jalan Bun, Syam dan Rudy
mengucapkan selamat berbarengan. Hati-hati.
lanjut yang lain.
Terima kasih, Buntaran menyalami mereka satu per satu,
lalu memeluknya erat. Sebelum melangkah pergi matanya kembali menatap mereka
dalam-dalam. Ia kian mengerti persahabaran. Mereka telah memotong separuh
kepedihnya hingga ia dapat menjalin hidup dipembuangan” (Hal.138-139)
4.1.3.2
Saling
Tolong Menolong
Tolong
menolong yaitu sikap manusia yang dalam kondisi apapun selalu membela dan
menolong sesamanya tanpa melihat status kehidupan dan sebagainya, ia melihat
berdasarkan kebenaran dan keadilan yang seharusnya. Dalam novel Hayuri
ditunjukan pada tokoh yang saling tolong menolong antar sesama yang kesusahan.
(1)
“Pada siapa saya
bisa menitipkan surat ya? Buntaran menanyakan kepada Syamsuddin penghuni sel
sebelah.
Berikan saja pada Sirait, penanggung jawab dapur ia
baik dan mau menolong oroang-orang seperti kita. Perasaan
Buntaran melonjak. Ia girang. Surat itu bisa terkirim. Seusai makan Buntaran
mendekati Sirait. Tanpa basa-basi ia langsung mengutarakan keinginannya pada
pria berwaja tenang itu dan seperti kata Syam, Sirait bersedia menolongan.
Tanpa pambrih sebab Buntaran tak mungkin memberinya apa-apa apalagi uang .
Sirait sangan memahami keadaan orang seperti buntaran. Ia mau menolong karena
rasa kemanunnusiaannya. Ia kerap tak tega kepada orang-orang seperti buntaran”
(Hal. 95-96)
(2)
“Pak
Sirait, tolong sampaikan surat saya pada istri.
Tenang pak. Tentu akan saya sampaikan
Sosok ini berhati
emas. Ia tulus hati dan selalu menolong tanpa pambrih. Klasifikasi manusia
langka di era yang semakin materialistis ini. Lau, sekali lagi Buntaran menulis
surat untuk Rosdiana” (Hal. 102)
4.1.3.3
Menguatkan
Sesama
Menguatkan
sesama yaitu sikap seseorang dalam mendukung, memberi semangat dan menguatkan
orang lain agar tetap kuat dan tidak menyerah. Dalam novel Hayuri ditunjukan
pada tokoh yang saling menguatkan dan saling memberi semangat agar tidak putus
asa.
(1)
“Waktu
menjenguk sangat singkat, hanya setengah jam saja. Tentu waktu itu tak cukup
untuk menumpahkan segala kerinduan. Tapi, Rosdiana suda bersyukur Buntaran
masih hidup. Ia tidak mati seperti yang dikhawatirkanya. Sebelum menatap
suaminya masuk ruangan, Rosdiana memberikan rendang masakanya. Lalu, ia kecup
pipi Buntaran.
Tabah yah pak ujarnya dengan
tatapan sayu
Ia berusaha
memberikan senyuman semanis mungkin untuk Buntaran. Senyuman itu semoga bisa
menguatkan hati Buntaran” (Hal.41-42)
(2)
“Hari itu Ketika ia dan Hayuri menyenguk
Buntaran. Tak terelakan berita buruk itu ia dengar juga. Buntaran pucat ia
seperti kehilangan tenaga. Tatapan matanya kosong, bicaranya lirih nyaris tak
terdengar. Bu sabar yah, Ibu harus kuat
tandas Buntaran perlahan. Bapak harus
kuar yah, banyak berdoa. ujarnya tiba-tiba” (Hal. 52-53)
(3)
“Tabah Wen, kamu
kan punya anak yang harus diurus.
Pikiranku buntu mbak.
Sabar, perlahan-lahan pikiranmu akan jerni lagi. Ingat
anakmu Wen.
Perbendaharaan
kata hayuri untuk menghibur Wenny seolah habis. Seketika perempuan malang itu
harus mandiri jiwa raga. Hayuri menyadari, selalu ada konflik antara
ketergantungan dan kemandirian dalam diri seorang perempuan. Pertentangan ini
harus diatasi. Wen, kamu harus segera
bekerja supaya tak larut dalam kesedihan” (Hal 311)
4.1.3.4
Berbakti
Kepada Orang Tua
Berbakti
kepada orang tua yaitu tindakan seseorang dalam menaati perinta orang tua. mendengarkan
nasehat, mendoakan dan membantu orang tua. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada
tokoh yang berbakti kepada orang tua dengan mendengarkan nasehat orang tua dan
membatu orang tuanya.
(1)
“Berkali-kali
ia mendengar nasehat ibunya jalani hidup
ini seperti air mengalir. Perempuan yang ia kagumi itu amat kaya dengan
pengalaman getir. Ia unggul menunjukan ketegarannya yang laksana batu karang,
terus diempas ombak dan badai kehidupan. Hayuri ingin menjalani hidupanya
seperti itu kesusahan sehari cukuplah sahari” (Hal. 16)
(2)
“Hayuri ikut mengambil buku-buku yang sebagian
rusak karena disobek paksa. Berbeda denga ibunya yang muram, Hayuri justru
senang bisa mebantu ibunya. Bu Yuri bantu
yah, pintanya manja. Rosdiana hanya menganggukkan batang lehernya” (Hal.
28)
4.1.3.5
Memberi
Semangat
Memberi
semangat yaitu bentuk dorongan dan masukan yang positif seseorang kepada orang
lain yang dapat meningkatkan semangatnya atau motivasinya dalam melakukan
sesuatu. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang memberi semangat kepada
sesama atas masalah yang sedang menimpahnya.
(1)
“Mungkin Mbak bisa menerima jahitan,
saran adiknya, Harry
Sudah lama aku tak lagi menjahit, Rosdiana
mengungkapkan keraguannya.
Tak usah khawatir Mbak, nanti aku cariakan order, Harry memberi
semangat. Rosdiana menangkap tawaran itu sebagai peluang. Celah itu begitu
kecil dan miris pada kemampuannya sendiri. Tapi, ia percaya sekecil apapun
celah, peluang itu harus ia tangkap segerah. Hayuri butuh makan, butuh susu,
dan sebentar lagi butuh biaya pendidikan. ” (Hal.35)
4.1.3.6
Peduli
Terhadap Sesama
Peduli
terhadap sesama yaitu sikap seseorang yang mampu memahami kondisi orang lain
dan berminat atau tertarik untuk membantu mereka. Dalam novel Hayuri ditunjukan
pada tokoh yang peduli terhadap sesama terutama terhadap kaum yang lemah dan
tertindas.
(1)
“Mereka adalah kelompok yang harus berjuang
sangat keras mencari penghidupan pikirannya menerawang. Tragisnya kaum
buruh juga terasing dengan sesamanya karena persaingan. Mereka bersaing satu
sama lain merebut tempat kerja. Hal itu yang berarti sebagai manusia mereka
telah kehilangan cirinya yang bebas, universal, dan sosial.
Buruh menjadi sempit, bekerja paksa dan memandang
sesama manusia sebagai saingannya semata. Begitu kesimpulan yang ditulis
Hayuri dalam notesnya. Pagi itu tiba-tiba perasaan Hayuri mulai berpihak. Sama
sekali bukan bersimpati pada paham Marx. Tetapi, hari itu mulai tumbuh
benih-benih simpati pada kaum terpinggirkan tersebut Kaum buruh” (Hal. 10)
(2)
“Mata
Bun agak kuning, lanjutnya serius.
Namun keterbatasan
sarana membuat Herisusanto tak bisa berbuat banyak. Ia berusaha menyampaikan
kondisi Buntaran pada komandan unit. Tapi, tak banyak yang bisa merekaka
upayakan. Sementara Harisusanto mencoba membuatkan minuman temulawak sebagai
obat tradisional penyembuhan sakit liver. Yang terjadi patut disayangkan, hari
kehari kondisi buntaran memburuk. Karena daya tahan tubuhnya lemah, ia juga terserang
malaria.
Rekan-rekan di
Unit XV bergantian menjaga Buntaran. Mereka membuat bubur dan minuman manis.
Tatapan mata Buntaran hampa keharuan menyelinap menerima perlakuan demikian.” (Hal. 152)
(3)
“Russel menahan napasnya selama kakinya
melangkah di situ. sesekali ia menghirup udara. Bau busuk menusuk hingga ke
dasar paru-parunya. Nuraninya telah mendorongnya mencari Heri. Dari pada
merayakan pesta perpisahan dengan teman-temanya, ia merasa lebih baik
melanjutkan bincang-bincang dengan lelaki sederhana itu. Dari pada dana di
koceknya keluar untuk hura-hura, lebih baik diberikan untuk Hery bisa buat
modal pemuda itu menaikkan sedikit saja tarif hidupnya” (Hal. 274-275)
4.1.3.7
Mengalah
Mengalah
yaitu perbuatan yang dilakukan seseorang yang berjiwah besar, ia cenderung
mementingkan kepentingan orang lain dari pada dirinya sendiri. Dalam novel
Hayuri ditunjukan pada tokoh yang mengalah kepada kekasihnya.
(1)
“Kalau kamu segan,
tunggu aku di kantin deh. Jawab Hayuri, sementara kakinya terus melangkah
menuju perpustakaan. Sesekali Russel ngambek, ketika tak ada kata sepakat.
Namun, Russel cenderung mengalah, kasihnya semakin dalam. Ada saatnya ia tak
kuasa menolak kemauan Hayuri ketika hayuri mengisi waktu luang mereka dengan
membaca di perpustakaan.” (Hal. 11)
4.1.3.8
Berpikir
Positif
Berpikir
positif yaitu sikap manusia yang selalu melihat sikap orang lain dari sisi
positifnya. Ia tidak suka berpikiran buruk pada satu hal atau selalu berburuk
sangkap kepada manusia lain. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang
berpikir positif dalam dalam menanggapi suatu hal.
(1)
“Meski
perasaan indah itu ternyata tak sedikit pun melunturkan semangatnya untuk terus
serius mempelajari ilmu politik. Walaupun ibunya sering mendengung-dengungkam
kalimat politik itu kotor pasalnya,
dunia itulah yang telah melebamkan kehidupan keluarganya. Sang ayah terpuruk,
bahkan terjerembap di dalamnya. Tapi,
Hayuri ternyata punya pikiran lain. Kata-kata sang ibu itu justru memicunya
untuk belajar politik. Bukan untuk terjun kedalamnya, namun untuk memahamiya
sebagai ilmu. Hayuri yakin dunia itu akan memperluas wawasanya. Ia ingin
memahami mengapa ayahnya memilih terlibat di dalamnya” (Hal. 7)
4.1.3.9
Cinta
Kasih Sejati
Cinta kasih
sejatih yaitu sikap manusia yang mencintai sesamanya bukan karena kedudukanya,
status, pendidikan, kekayaan, keturunan, ras, agama, dan sebagainya, tetapi
lebih didasarkan pada kenyataan bahwa manusia lain pun merupakan mahluk Tuhan yang berhak
mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang sesamanya. Dalam novel Hayuri
ditunjukan pada tokoh yang menunjukan cinta kasih yang tulus dengan
perhatian-perhatian kecil.
(1)
“Hari
masih pagi ketika Hayuri tiba di kampus. Ia bisa datang lebih pagi karena
Russel menjemputnya. Lelaki berambut panjang itu semakin sering menjemputnya.
Hayuri tak menampik ajakan lelaki itu. Bahkan, ia mensyukurinya. Inilah kali
pertama ia merasakan indahnya kasmaran. Hal yang sebelumnya tak berani ia
bayangkan. Hidupnya seketika jadi penuh warna” (Hal. 6)
4.1.3.10 Membantu
Orang Yang Lemah
Membatu
orang yang lemah tanpa pamrih yaitu sikap manusia dalam membantu dan menolong
sesamanya, terutama mereka yang lemah tanpa mengharapkan imbalan apapun karena
baginya menolong sesamanya yang membutuhkan merupakan suatu kewajiban. Dalam
novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang membantu sesama yang lemah tanpa
meminta imbalan apapun.
(1)
“Karena jahitanya makin banyak, Rosdiana
mempekerjakan rekan-rekannya dari memasang kancing, mengobras, hingga melipit
baju. Ia senang bisa menjadi salurang berkat. Memberi dari kekurangannya.
Rosdiana memperoleh talenta menjahit dari Sang Empunya kehidupan dan ia
mengasah talenta itu. Ibarat bekal dua keeping emas dari sang majikan, ia telah
mengembangkannya menjadi beberapa keeping emas. Karena usaha dan kerja
kerasnya. Kini ia ikhlas membagikan kepingan emas di kantongnya kepada sesama.
Ia percaya pintu rezeki akan terkuak bila ia bermurah hati kepada orang lain.
Selain itu, ada sebercak kepuasan saat ia membantu sesama yang menderita ia
merasakan berkat langsung yang diterimanya dari perbuatanya adalah menjalin
persaudaraan dengan teman-temannya” (Hal. 48)
(2)
“Mas, terima kasih
yah sudah mentraktir saya
Sama-sama
Jangan kapok yah,
Mas
Nanti aku pasti
akan mencarimu lagi. Mungkin saat aku liburan
Russel memindahkan sejumlah uang dari
kantongnya ke kantong Heri. Pemuda itu menerimanya kegirangan. Wajahnya seketika
berseri-seri, matanya berbinar-binar senang.
Terima kasih
banyak, Mas
Semoga bisa kau
gunakan untuk modal jadi lapak” (Hal. 282)
4.1.3.11 Saling Mengenal
Saling mengenal yaitu manusia diharapkan dapat saling
mengenal satu dengan yang lain, sehingga terjalin hubungan baik dalam hidup dan
dapat saling membantu karena dalam kenyataanya tidak ada orang yang tidak bisa
hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Dalam novel Hayuri ditunjukan
pada tokoh yang saling mengenal antar sesama dan terjalin hubungan yang baik
(1)
“Pertemuan-pertemuan itu telah membangunkan
keakraban dengan sekelompok ibu. Di situ Rosdiana merasa leluasa ia bisa
tertawa lepas, sharing habis-habisan sambil berurai air mata, yang
membahagiakan ia bisa berbagi kemampuan menjahit.” (Hal 48)
4.1.3.12 Mencuri
Mencuri atau mengambil milik orang lain, yaitu
tindakan yang tidak terpuji dimana seseorang mengambil sesuatu yang bukan
miliknya yang merupakan milik orang lain tampan meminta izin. Dalam novel
Hayuri ditunjukan pada tokoh yang mengambil milik orang lain dengan paksa.
(1)
“Rosdiana
melihat buku-buku milik suaminya berserahkan, bahkan ada yang dirobek-robek
oleh mereka. Tiba-tiba Rosdiana mendengar suara seruling. Ia mendapati salah
satu dari tentara itu sedang meniup seruling milik Buntaran. Perasaanya sungguh
tak rela, tapi mau apa. Apalagi ketika ia melihat tentara itu memasukkan
seruling itu kedalam saku kemejanya. Seruling itu bermakna bagi Buntaran. Bukan
karna harganya, manun seruling itu pemberian dari ayah mertuanya yang telah
tiada. Buntaran sering memainkanya di malam-malam panjang. Ia tahu betapa
Buntaran akan kehilangan benda itu.” (Hal. 25)
(2)
“Saya
tidak menyembunyikan Buntaran. Ia memang tidak ada di rumah ini. Ucapnya
sini. Namun suara perempuan malang ini serasa tak terdengar oleh para serdadu itu. Dengan seenaknya mereka
mengobrak-abrik perabotan Rosdiana. Tak segan-segan mereka menjarah
barang-barang yang mereka sukai. Bukankah namanya merampok, mereka yang
mengambil dengan paksa harta milik orang lain?” (Hal.32)
4.1.3.13 Kekerasan
Kekerasan
yaitu sikap yang merujuk pada tindakan fisik maupun psikologi yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang baik secara sengaja maupun tidak sengaja berupa
serangan, perusakan, dan penghancuran pada orang lain. Dalam novel Hayuri
ditunjukan pada Tokoh-tokoh yang mengalami kekerasan sacara fisik maupun
mental.
(1)
“Di
pulau ini para tahanan tersebut melakukan pekerjaan paksa. Banyak di antara
mereka mengalami penyiksaan dan penganiayaan, bahkan pembunuhan” (Hal. 73)
(2)
“Pergumulan
dahsyat dialami Buntaran di dalam sel. Ia harus menjalani proses verbal.
Berkali-kali tubuhnya dipukuli tentara. Ditendang, dilempar, bahkan disetrum.
Tubuh itu lebam-lebam. Demi menjawab pertanyaan para interogator. Buntaran tahu ini pelanggaran atas
kemanusiaan. Tapi, mana mungkin ia berteriak. Perlawanan hanya akan membuat
tubuhnya jadi santapan ramai-ramai. Kebengisan dan kebuasan manusia atas
manusia ia rasakan” (Hal. 94)
4.1.3.14 Penindasan
Penindasan yaitu tindakan intimidasi yang dilakukan
oleh pihak yang lebih kuat dan berkuasa yang dapat berpengaru pada fisik dan
psikolog seseorang. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh mengalami
penindasan dari pihak-pihak yang berkuasa.
(1)
“Adolfo
mau mengakui. Banyak warga sipil Argentina diculik dan di tangkap. Lalu, malam
hari mereka diterbangkan dengan pesawat angkut militer ke atas laut Atlantik.
Mereka dibuang hidup-hidup di perairan yang penuh ikan hiu itu. Cara ini tidak
meninggalkan bekas sama sekali. tapi, bagaimanapun kenyataan ini terkuak karena
sebuah pengakuan. Namun, mungkin hal seperti itu dilakukan oleh perwira di
negeri ini. Nyatanya mati dimakan hiu mungkin lebih baik dari pada harus
merasakan nestapa berkepanjangan” (Hal.119)
(2)
“Auman kucing hutan itu tidak seberapa
mengerikan dibandingkan dengan rezim laknat yang membuang kita.
Sebelum tidur
Buntaran sempat mengintip kucing hutan yang tersesat di pelataran
Unit XIV Tefaat Buruh.
Makhluk itu ganas,
tetapi lebih ganas pemerintah yang menindas. Yang siap memangsa para oposannya.
Mereka mengeksploitasi kepatuhan pengikutnya untuk menyingkirkan
oposan-oposanya agar mempertahankan kekuasaannya” (Hal.131).
4.1.4 Hubungan Manusia Dengan Alam
4.1.4.1
Memuji
Keindahan Alam
Memuji
keindahan alam yaitu wujud manusia dalam mengagumi dan mensyukuri lingkungan
atau alam sekitarnya yang memberi keindahan dan ketertarikan kepada manusia.
Dalam novel Hayuri digambarkan pada tokoh yang mengagumi dan mensyukuri
keindahan alam.
(1)
“Perjalanan
ke sana terasa menenangkan. Cuaca hari itu bersahabat, sinar matahari tak
mencolok, tetapi tetap ada pancaran cahaya. Sinarnya yang keemasan memantul di
kaca jendela mobil Russel. udara pegunungan yang sejuk membuat suasana temaram.
Hayuri menikmati perjalanan ini. Sesekali ia mencuri pandang kearah Russel yang
asik mengendarai mobilnya. Sejauh mata memangdang Hayuri melihat alam yang
hijau permai terkesan ramah. Seakan alam ikut memahami keindahan perasaannya
saat itu. Hayuri mensyukurinya” (Hal. 14)
4.1.4.2
Memanfaatkan
Lingkungan Sekitar
Memanfaatkan
lingkungan sekitar untuk bertahan hidup merupakan segala sesuatu yang berasal
dari alam atau lingkungan sekitar yang digunakan dan dimanfaatkan manusia untuk
bertahan hidup. Dalam novel Hayuri digambarkan pada tokoh yang memanfaatkan
sampah-sampah untuk bertahan hidup
(1)
“Mas sudah lama kerja disini? Tanpa ragu
Russel membuka pecakapan.
Sudah sekitar 6 tahun
Nama mas siapa?
Hery
Saya Russel. ia segerah mengajak pemuda itu
bersalaman. Tindakan itu segera menebas batas, antara dirinya dengan pemulung
di hadapannya.
Di sini meski tingal sisa-sisa sampah, selalu masi ada
yang bisa saya ambil. Heri mulai bercerita. Beberapa kali saya perna menemukan cincin emas. Aneh kan. Emas di
antara sampah. Bukankah itu rahmat berlimpah. Russer tertegun” (Hal. 273)
4.1.4.3
Mendaur
Ulang Barang Bekas
Mendaur
ulang barang bekas yaitu proses untuk menjadikan barang yang sudah dibuang atau
barang bekas menjadi barang baru dan bisa menjadi sesuatu yang berguna untuk
keberlangsungan hidup. Pada novel Hayuri digambarkan pada tokoh yang
memperlihatkan kesederhanaan manusia memanfaatkan barang-barang yang sudah di
buang menjadi sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidup mereka.
(1)
“Russel
tetap menahan napasnya, kini kakinya sudah menginjak sebuah perkampungan kumuh
dimana-mana, rumah disitu tak dibangun di atas pondasi. Tapi, berdiri dari
kardus, tripleks, kaleng dan sebagainya. Dengan catatan semua itu barang bekas
hasil perburuan di sampah-sampah.
Pembuangan sampah
yang sangat panjang hingga sampai ke TPA tak terpikir dalam benak kebanyakan
orang. Mereka cenderung melupakan barang-barang yang sudah dibuang, yang
dianggap tak berguna lagi. Tapi, ternyata barang-barang itu masi berharga bagi
pemulung-pemulung yang terlupakan.”
(Hal. 275)
4.2 Analisis Data
Bagian
ini akan dilakukan analisis data berdasarkan wujud nilai moral yang telah
dijabarkan pada paparan data. Wujud nilai moral yang terkandung dalam novel
Hayuri karya Maria Etty ini berkaitan dengan empat jenis nilai moral yaitu
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan
manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam. Berikut ini
peneliti akan menganalisis wujud nilai moral.
4.2.1 Nilai Moral Antara Hubungan
Manusia Dengan Tuhan
Nilai
moral yang mengungkapkan hubunga antara manusia dengan Tuhan dalam novel Hayuri
karya Maria Etty ini berfokus pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang
mencangkup perwujudan yaitu menerima kehendak Tuhan, bersyukur kepada Tuhan,
berdoa dan memohon pertolongn Tuhan, mengakui kebesaran Tuhan, dan perasaan
berdosa kepada Tuhan. Berikut ini
penjelasan wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan Tuhan.
1)
Pasrah
dan Menerima Kehendak Tuhan
(1)
“Malam
Harinya Ia bersujud ke hadirat Sang Empunya Kehidupan. Ia berserah semua ia
ikhlaskan dalam penyelenggaraan Ilahi sambil berlinang air mata, ia berdoa
hingga muncul kepasrahan yang dalam. Malam itu Rosdiana merasa pasrah dan
ikhlas menyeruak semua yang tak pasti
sejatinya tak sendiri. Ada Tuhan yang
menuntunku” (Hal.30)
Nilai
moral pasrah dan menerima kehendak Tuhan ditunjukan dengan bersujud, berserah,
ikhlaskan, berdoa, kepasrahan, dan ada Tuhan yang menuntunku yang digambarkan
oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di
atas. Sambil berlinang air mata ia berdoa sambil bersujud dan berserah dalam
menyerenggaraan Ilahi hingga ia merasa pasrah dan ikhlas atas cobaan yang
sedang ia hadapi. Rosdiana percaya ada Tuhan yang akan menuntunnya. ia pasrah
dan ikhlas atas cobaan hidupnya yang kini harus mandiri lahir batin karena
suaminya Buntaran yang dituduh sebagai PKI. Rosdiana kini merasa pernikahannya
ibarat perjudian yang tak tahu pasti akan berarah ke mana, karena Buntaran yang
tak ada kabar.
(2)
“Buntaran
merasakan dalam perjalanan waktu, Tuhan senantiasa mendampinginya. Ia juga merasakannya
takkala digelandang dan dimasukan ke dalam penjara secara kasar. Perlahan-lahan
ada kepasrahan di hatinya. Tuhan telah mengirimkan kepasrahan itu. Maka, ia tak
memberontak pada keadaan. Meski ia tak tau akan bermuara kemana peristiwa ini.
Menjadi pasrah memang tak mudah.”
(Hal.100)
Nilai
moral pasrah dan menerima kehendak Tuhan ditunjukkan pada kata kepasrahan, tak
memberontak dan pasrah yang digambarkan oleh tokoh Buntaran pada kutipan di
atas. Saat Buntaran digelandang dan dimasukan ke dalam dalam penjara secara
kasar. Ia memperoleh kesadaran bahwa ini ujian baginya. Ia percaya Tuhan telah
mengirimkan kepasrahan kepadanya maka ia tidak memberontak pada keadaan yang
sedang ia alami juga pada kehidupannya yang pahit. walau menjadi pasrah tak mudah
tetapi ia percaya Tuhan senantiasa mendampinginya.
2)
Bersyukur Kepada Tuhan
(1)
“Rekan-rekan di unit XV bergantian menjaga
Buntaran. Mereka membuat bubur dan minuman manis. Tatapan Buntaran hampa,
keharuan menyelinap menerima perlakuan
demikian. Tuhan terima kasih dalam
kesulitan seperti ini aku masih bisa merasakan kasih-mu, melalui orang-orang
yang memperhatikan dan merawatku” (Hal.152)
Nilai
moral bersyukur kepada Tuhan ditunjukan pada kata keharuan dan terima kasih
yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Saat Buntran jatuh
sakit di tempat pembuangan di pulau Buru, ia merasa terharu menerima perlakuan
baik dari teman-temanya. Ia bersyukur kepada Tuhan masih bisa merasakan kasih
Tuhan lewat rekan-rekan yang merawatnya dan memperhatikanya walaupun penuh
keterbatasan sarana.
(2)
“Malam
itu ketika kesenyapan mengayomi malam, untuk pertama kalinya di penjara ia
memadahkan pujian kepada Tuhannya. Sementara diluar sana suasana temaram terasa
pekat hanya samar-samar sinar lampu di sudut-sudut pekarangan LP. Burung-burung
prenjak di pepohonan masi menyanyikan lagu alam membuat suasana malam itu
membersitkan keramahan.
Terima kasih Tuhan, karena masi ada
kekuatan yang tersisa dalam hatiku untuk menjalani masa-masa sulit ini. Biarlah
engkau tambahkan kekuatan untukku karena Engkaulah Sang Kekuatan yang
menegarkan kerapuhanku” (Hal.215)
Nilai
moral beryukur kepada Tuhan ditunjukan dengan memadahkan pujian dan terima
kasih Tuhan yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Ketika Hayuri berada dalam penjaran. Dalam
pergolakan batinya Ia memadahkan pujian dan bersyukur kepada Tuhan. Walaupun
dalam masa-masa sulit Tuhan masih tetap memberikan kekuatan kepadanya sehingga
dia mampu melewati semua masalah yang sedang dia alami.
(3)
“Ia
menghambur bahagia takala ada optional
tour bagi para peserta Gunung Titlis. Begitu ia menaiki cablecar yang hendak mencapai gunung
berlapis salju itu, ia merasa dirinya kecil ia tak kuasa menahan haru bisa
menggapai tempat itu.
Tuhan, terima kasih, aku bekas narapidana, anak
seorang PKI bisa sampai ke sini. seketika ia tergila-gila pada Swiss.
Negeri impian yang menjadi negeri kenyataan” (Hal.319)
Nilai moral bersyukur kapada Tuhan ditunjukan dengan
bahagia, haru, dan Tuhan terima kasih yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam
kutipan di atas. Ketika Hayuri mendapat kesempatan untuk menghadiri konferensi
tahunan International Labour Organization di Jenewa, Swiss ia sangat bahagia bisa menikmati keidahan Negara
impiannya itu. Hayuri sangat bersyukur dan mengucap syukur karena dalam segala
hal yang terjadi dalam hidupnya, Tuhan masih menyediakan kejutan terbaik bagi
dia yaitu dia bisa sampai dan menikmati keindahan negeri impiannya.
3)
Berdoa dan Memohon Pertolongan Tuhan
(1)
“Rosdiana tercenung menatap kejadian itu.
Hatinya meronta namun tubuhnya terpaku. Apalagi ketika ia melihat beberapa di
antara mereka mencoret-coret tembok rumahnya dengan cat merah. Ada apa? Tanyanya berulang pada dirinya.
Ia sempat melihat pembantunya terdiam di sudut dapur. Rosdiana tak perna
memimpi apapun selama sepekan ini, taka da firasat sama sekali kalau akan
mengalami peristiwa ini.
Rosdiana hanya
menggumamkan asma Tuhan, momohan pertolongan Tuhan” (Hal.24)
Nilai
moral berdoa dan memohon pertolongan Tuhan ditunjukan dengan menggumamkan asma
Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan yang
dilakukan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas . Ia dikagetkan
dengan rombongan tentara yang tiba-tiba datang mencari Buntaran namun mereka
malah membongkar rumahnya bahkan mencoret-coret rumah dengan cat merah. Hal ini
membuat Rosdiana merasa takut. Dengan
keyakinannya Rosdiana menggumamkan asma Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan
agar para Tentara-tentara ini segerah pergi.
(2)
“Cemas membangunkan Buntaran malam itu ia tak
nyenyak. Tiba-tiba saja pikiranya tak enak seperti akan terjadi sesuatu dalam
hidupnya. Dan itu membebani tidurnya hingga ia tergaja. Lalu, ia mengatupkan
tangannya, berdoa. Memohon kepasrahan jiwa. Kalaupun harus terjadi peristiwa
yang menyakitkan lagi, ia masi berharap mampu menghadapinya. Tuhan, berilah aku kekuatan. Jiwaku begini
gelisa. Tiba-tiba saja, cemas menggelayuti batinku. Semoga aku mampu menghadapi
esok, segetir apa pun kenyataanya” (Hal.147-148)
Nilai
moral berdoa dan memohon pertolongan Tuhan ditunjukan dengan berdoa, memohon
kepasrahan dan Tuhan berilah aku kekuatan yang dilakukan oleh tokoh Buntaran
pada kutipan di atas. Saat malam hari Ia merasa cemas dan tak bisa tidur
tiba-tiba pikirnya tak enak seperti akan terjadi sesuatu yang buruk. Hal itu
membuat Buntaran melipat tangan berdoa dan memohon kepada Tuhan agar memberinya kepasrahan jiwa
dan kekuatan dari Tuhan agar ia mampu menghadapi kehidupannya yang dipenuhi
dengan cobaan.
4)
Mengakui Kebesaran Tuhan
(1)
“Perjumpaan itu merupakan rahmat luar biasa.
Wajah itu berseri-seri senyum terus mengulas di bibirnya, binar-binar bahagia
terpancar hari itu. Setelah sekian lama berpisah, mereka bertemu lagi. Kendati
pertemuan itu hanya berlangsung sekitar setengah jam. Namun, waktu yang sangat
singkat itu penuh makna.
Aduh Yuri sudah besar yah, ucap Buntaran
sambil memeluk si kecil. Sementara matanya terus memandangi istrinya seakan
ruang dan waktu tak mampu melampiaskan rasa rindunya.
Bapak sehat kan?
Ini rahmat Tuhan bu. Bagaimana dengan jahitanmu?
Rahmat Tuhan juga pak, selalu ada yang datang” (Hal. 104)
Nilai
moral mengakui kebesaran Tuhan ditunjukan dengan rahmat luar biasa dan rahamat
Tuhan yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dan Rosdiana pada kutipan di atas.
Setelah sekian lama tak bertemu akhirnya mereka bisa melepas rindu walau hanya
sebentar. Tergambar jelas dalam kutipan di atas bahwa tokoh Buntaran dan
Rosdiana sangat mengakui kebesaran Tuhan dalam setiap hal yang terjadi dalam
kehidupan mereka. Walaupun hal-hal yang mereka alami itu menyakitkan. Namun, mereka
tidak sedikit pun melupakan kebesaran Tuhan yang terjadi dalam hidup mereka.
(2)
“Pagi
itu Hayuri menyiangi tanaman di pekarangan LP. Segerombolan semak-semak itu
tumbuh subur. Ia menyabutinya perlahan, satu persatu. Semak-semak itu tak
pernah dikehendaki hadir, namun tumbuh subur. mereka dianggap merusak
pemandangan tapi, bila diperhatikan lebih jeli mereka tetap membawah keindahan.
Sekecil apapun rasanya Tuhan tak perna menciptakan sesuatu di muka bumi tanpa
maksud” (Hal.216)
Nilai
moral mengakui kebesaran Tuhan ditunjukan dengan kesadaran Hayuri akan kebesaran Tuhan dalam
hal kecil seperti semak yang kadang tidak dihiraukan keindahannya oleh manusia.
Hal ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bahwa kebesaran Tuhan bisa
kita nikmati dari hal-hal kecil yang kadang tidak kita anggap.
(3)
“Hatinya
sungguh bersorak. Ia mau memuji kebaikan Tuhan yang telah memberinya bonus bisa
pergi ketempat seindah itu. Meski ia juga menyadari bagi orang berpunya mungkin
perasaan ini norak.
Ton, aku senang banget deh bisa kesini
Bagus banget yah Tonny menimpali
Seperti mimpi bertualang ke surga dunia.” (Hal. 320)
Nilai
moral mengakui kebesaran Tuhan ditunjukan dengan hatinya bersorak memuji
kebaiakan Tuhan yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Melalui
rasa syukur yang dipanjatkan oleh Hayuri Melaui pujian kepada Tuhan bahwa dalam
hal-hal sulit yang dihadapinya tapi masih ada hal luar biasa yang Tuhan
sediakan bagi dia. Bisa berada di Negara impianya dan menikmati keindahan alam
yang sungguh luar biasa.
4.2.2 Nilai Moral Antara Hubungan
Manusia Dengan Diri Sendiri
Nilai
moral yang mengungkapkan hubunga antara manusia dengan diri sendiri dalam novel
Hayuri karya Maria Etty ini berfokus pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
yang mencangkup perwujudan yaitu rasa percaya diri, rasa takut, rasa rindu,
rasa kesepian, sadar diri, terombang-ambing, menerima kenyataan, kerja keras
berani dan putus asa. Berikut ini penjelasan wujud nilai moral antara hubungan
manusia dengan diri sendiri.
1)
Rasa
Percaya Diri
(1)
“Lewat perenungannya, Hayuri yakin tak mungkin
ayahnya seorang komunis ia pasti terseret oleh arus lingkungannya karena
ketaksukaanya pada paham kapitalis yang mendewa-dewakan materi” (Hal. 12)
Nilai
moral rasa percaya diri ditunjukan dengan kata yakin yang digambarkan oleh
tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Ia begitu percaya pada keyakinannya sendiri
bahwa ayahnya bukannya seorang komunis walaupun kenyataan yang terjadi telah
menyeret ayahnya ke dalam penjara tetapi ia tetap memegang teguhnya
keyakinannya bahwa ayahnya itu tak bersalah.
(2)
“Rosdiana
pun terus memacu semangatnya untuk terus menjahit. Perempuan ini yakin di dalam
kepedihan toh selalu ada rahmat. Dan ia melihat betapa pesanan-pesanan jahitan
mengalir langganannya dari waktu ke waktu selalu datang” (Hal. 61)
Nilai
moral percaya diri ditunjukan dengan kata yakin yang digambarkan oleh tokoh
Rosdiana dalam kutipan di atas. Ia begitu percaya pada dirinya untuk terus
melakukan pekerjaan menjahitnya dengan tekun karna dia yakin bahwa dalam setiap
kepedihan yang diizinkan Tuhan terjadi dalam hidupnya pasti juga ada rahmat
yang diberikan. Melalui kepercayaan pada dirinya sendiri itu malah menjadi
kenyataan pelagannya semakin banyak.
2)
Rasa
Takut
(1)
“ada apa?
Ia memekik. Wajahnya mendadak pucat melihat puluhan orang segerah
mengobrak-abrik rumahnya. Orang-orang itu bersepatu lars, berseragam
loreng-loreng. Seketika ia menyadari orang-orang itu hendak mencari suaminya
beserta dokumen-dokumen miliknya.
Secara refleks
wanita berwajah lembut itu menarik napasnya dalam-dalam berkali-kali. Cara itu
sedikit meredahkan ketegangannya yang tiba-tiba menyesakkan dada. Tenggorokanya
seperti tercekal ada rasa takut yang seketika menerpanya” (Hal. 23)
Nilai
moral rasa takut ditunjukan dengan kata memekik, wajah pucat, menarik napasnya
dalam-dalam, ketegangannya, dan menyesak dada yang digambarkan oleh tokoh
Rosdiana dalam kutipan diatas. Tergambar
jelas bahwa ada gejolak ketakutan dalam diri Rosdiana yang dikagetkan dengan
para tentarang yang tiba-tiba datang dan mengobrak-abrik isi rumahnya. secara
otomatis hal itu sangat mengganggu ketenangan jiwa Rosdiana.
3)
Rasa
Rindu
(1)
“Yuri,
Papak sudah pergi. Satu hari Bapak akan kembali. Sekuat hati ia menahan
tangisnya. ia tak mau anaknya melihat dirinya berurai air mata. Biarlah
kepedihan ini menjadi miliknya saja. Bukan anaknya.
Selama setahun
Rosdiana menanggung rindu pada Buntaran. Selama itu ia tak tahu keadaan
suaminya tetapi, bayangan lelaki itu tak perna jauh dari benaknya” (Hal.59)
Nilai
moral rasa rindu ditunjukan dengan Rosdiana menanggung rindu pada Buntaran yang
digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan Di atas. Kutipan di atas
menggambarkan rasa rindu yang terus bergejolak dalam diri Rosdiana kepada
suaminya. Rasa rindu yang dialami Rosdiana karna suaminya Buntaran yang di
buang di pulau buruh dan sudah setahun tak perna bertemu membuat perasaan
Rosdiana selalu terasa perih.
(2)
“Ketika
rindunya pada Buntaran memuncak, ia justru bekerja lebih keras. Sebuah kompensasi
positif yang bisa ia lakukan takkala batinnya menggulana. Dalam hati, kerap ia
berbisik, semua ini aku lakukan untukmu, Bun” (Hal. 62)
Nilai
moral rasa rindu ditunjukan dengan ketika rindunya pada Buntaran memuncak yang
dialami oleh tokoh Rosdiana pada kutipan diatas. Kutipan di atas menggambarkan
bagaimana tokoh Rosdiana mengatasi rasa rindunya kepada suaminya. Perihal rindu
ini memang terkadang sangat mengganggu aktifitas seseorang, tapi Rosdiana
dengan bijaknya mencari kesibukan dengan terus bekerja lebih keras agar dia
tidak terlalu terfokus pada rasa rindu yang terus mengganggunya itu.
(3)
“Ketika
hendak memejamkan mata, buntaran menatap tembok sel yang berada didepannya.
Terbayang wajah istri dan anaknya ia seperti menyaksikan sebuah kilas balik perjalanan
hidupnya. Tiba-tiba terbayang tatapan Rosdiana yang selalu memandangnya dengan
binar ketulusan. Ketulusan hati seorang perempuan yang tak menuntut banyak,
selain ingin dicintai dengan sepenuh hati. Mata indah itu tiba-tiba seperti ada
di dekatnya, mata yang seolah mengundang Buntaran untuk melanjutkan pada sebuah
kebersamaan lalu, desahan napasnya membuat tubuh mereka saling menggelinjang.
Rasa rindu itu muncul menyeruak ke sudut-sudut hatinya yang paling dalam
tiba-tiba terasa begitu menyesakkan. Rindu itu juga memunculkan rasa peri karna
tak terwujudkan” (Hal. 96-97)
Nilai
moral rasa rindu ditunjukan dengan Terbayang wajah istri dan anaknya, terbayang
tatapan Rosdiana, rasa rindu itu muncul menyeruak ke sudut-sudut hatinya yang
paling dalam, dan rasa rindu itu juga memunculkan rasa peri Yang dialami oleh
toko Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika ia berada dalam penjara dan
membayangkan wajah anak dan istrinya yang begitu sangat ia rindukan. Begitu
kuatnya rasa rindu yang bergejolak dalam diri Buntaran hingga membawa ia
kembali mengenang kenanangan-kenangan ketika mereka masih bersama walaupun hal
itu semakin menyesakkan hatinya karena tidak terwujudkan.
(4)
“Seketika
pula ia girang, cukup lama ia tak berjupa dengan istri dan anaknya. Berita itu
seperti berita menang lotre membuat perasaannya tak hanya bersenandung tetapi
bersok sorai. Meski pertemuan itu hanya singkat tetapi akan sangat berarti
untuk melepaskan rindu. rindu itu sudah setinggi gunung. gunung kegalauan”
(Hal. 102)
Nilai
moral rasa rindu ditunjukan dengan pertemuan itu sangat berarti untuk melepas
rindu, rindu itu sudah setinggi gunung yang diganbarkan oleh toko Buntaran
dalam kutipan di atas. Rasa rindu yang dialami oleh tokoh Buntaran ketika ia di
penjaran dan mendapat berita dari komandan penjara bahwa minggu depan
keluarganya boleh menjenguknya. Hal ini membuar Buntaran sangan bahagia
akhirnya rindunya bisa terbalas. Setelah sekian lama ia menahan rindu kepada
anak dan istrinya.
4)
Rasa
Kesepian
(1)
“Bisu. Buntaran membisu di sepanjang perjalanan.
Perbincangan hanya terjadi dengan dirinya sendiri. Pikiranya melayang
kemana-mana, bertualang menghadirkan aneka gejolak” (Hal. 141)
Nilai
moral rasa kesepian ditunjukan dengan bisu, Buntaran membisu sepanjang
perjalanan, dan perbincangan hanya terjadi dengan dirinya sendiri yang dialami
oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika ia berada dalam pesawat dari
pulau Buru menuju Ambon, ia merasa sangat sepih walaupun dalam perjalanan yang
dilaluinya ada orang-orang yang bersama dengan dia namun dia tetap merasa
kosong pembicaraanya terjadi hanya degan dirinya sendiri.
5)
Sadar
Diri
(1)
“Hayuri terpanah menatap apa yang terbentang
di hadapannya. Sebuah bangunan megah. Pilar-pilar di depan rumah itu
mengingatkannya pada rumah bangsawan-bangsawan di Eropa. Ia tersadar selama ini
ia belum mengenal Russel yang sebenarnya. Belum sekalipun Russel mengajaknya
kerumahnya. Memperkenalkanya pada orang tuanya Tapi, kini sedikit demi sedikit
tentang lelaki itu mulai terkuak.
Ada jarak sosial
yang demikian menganga antara dirinya dengan Rusel. Bisahka ia mengikuti irama
kehidupan lelaki yang dibesarkan dalam keluarga aristrokrat itu? Sementara
dirinya adalah gambaran tentang kesederhanaan dengan cacat cela yang tak
sengaja ditolehkan oleh sang ayah anak tapol PKI” (Hal. 14-15)
Nilai
moral sadar diri ditunjukan dengan ada jarak sosial yang demikian menganga
antara dirinya dengan Rusel yang digambarkan oleh Hayuri dalam kutipan di atas.
Hayuri sangat menyadari jarak sosial antara dirinya dan Rusel, ia sadar bahwa
kelas sosial mereka sangat berbeda dengan Russel. Russel adalah laki-laki kaya
dari keluarga terpandang sedangkan keluarganya hanya keluarga sederhana bahkan
ayahnya tapol PKI.
6)
Terombang-Ambing
(1)
“Hayuri menahan napasnya sesaat, takala Russel
meminta izin duduk di sampingnya. Sesaat perasaan Hayuri takaruan. Senang
karena Russel berada di dekatnya, tetapi juga binggung mengatasi salah
tingkahnya.” (Hal.3)
Nilai
moral terombang-ambing ditunjukan dengan sesaat perasaan Hayuri takaruan,
senang tapi juga bingung yang dagambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di
atas. ketika pertama kali Russel mendekati Hayuri dan duduk disebelanya membuat
perasaan Hayuri takaruan antara senang bisa berdekatan dengan Russel tapi juga
bingung mengatasi salah tingkahnya.
(2)
“Buntaran
tak mengerti nasib telah membawahnya begitu jauh tersudut. Tak Cuma stigma yang
melekat kuat pada kedirianya sebagai tapol PKI mengapa ia harus terenggut dari
semua yang ia cintai.
Sambil sesekali
mengelus-elus kepala Tom Dooley, perasaanya bergumul kadang amaranya
meletup-letup tak tersalur, kadang ia tak berdaya hanya menyerah pada
kenyataan, kadang ia terbelenggu, kadang ia tak peduli. Ritme emosi itu naik
turun” (Hal. 75)
Nilai moral terombang-ambing ditunjukan dengan perasaanya
bergumul kadang amaranya meletup-letup tak tersalur, kadang ia tak berdaya
hanya menyerah pada kenyataan, kadang ia terbelenggu, dan kadang ia tak peduli
yang dialami oleh toko Buntaran dalam kutipan di atas. Buntaran tak mengerti
nasibnya membawahnya begitu jauh, ia harus dibuag di pulau buru dan jauh dari
orang-orang yang ia cintai. Hal itu membuat Buntaran terombang ambing dengan
perasaannya yang sangat bervariasi yang terus bergejolak dalam dirinya.
(3)
“Kalau
saja disuruh memilih antara rapat dan tinggal di rumah buntaran bingung.
Sebenarnya bagi buntaran keduanya sama-sama penting, sama-sama menunjukan
eksistensi, sama-sama mengembang tanggung jawab. keduanya berkaitan, tugas bisa
menyejahterakan keluarga dan keluarga bisa mendukung tugas” (Hal. 87)
Nilai
moral terombang-ambing ditunjukan dengan kata bingung yang dialami oleh
Buntaran dalam kutipan di atas. Ia merasa bingung antara pekerjaan dan
keluarganya yang sama-sama merupakan hal penting. Rasanya tidak seharusnya
dimasukan dalam pilihan yang harus ia pilih karena ia bahkan tidak mampu
memilih salah satu di antara dua hal itu.
7)
Menerima
Kenyataan
(1)
“Masa anak-anak yang sepi harus ia lewati
tanpa pernah protes. Ia sering mendengarkan cerita teman-temannya yang belibur
kemana-mana. Tapi, ia tak sampai hati meminta ibunya untuk mengisi liburan
ketempat-tempat wisata. Ia tahu diri, ia anak siapa dan itu cukup menjadi bekal
untuk menerima kenyataan hidup” (Hal. 4)
Nilai
moral menerima kenyataan ditunjukanl dengan ia tahu diri dan menerima kenyataan
hidup yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Kebesaran hati
tokoh Hayuri yang menerima kenyataan hidupnya dan tidak berniat untuk menyamai
hidupnya dengan orang lain karena tahu siapa dirinya dan bagaimana keluarganya.
Ia hanya bisa menerima semuanya dengan pasrah dan dengan besar hati.
(2)
“Buntaran
mencoba berdamai dengan keadaanya. Ia harus bisa menerima kenyataan sebentar lagi ia harus pergi dari tempat itu
pergi untuk tak kembali, mungkin. Jenjang karier yang pernah ia rintis kandas
dalam sekejap. Ia berdesis perlahan siapa yang tahu hari esok. Sepekan yang
lalu ia masih akrab dengan ruaangan ini. Tapi, malam ini rasa asing menghinggap
batinya. Ruangan itu seperti bukang ruangannya sendiri. Ia sadar, dalam waktu
dekat ruangan ini berganti penghuni.” (Hal. 90)
Nilai
moral menerima kenyataan ditunjukan dengan kata menerima kenyataan, dan sadar
yang dialami oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika Buntaran kembali
kekantor tengah malam untuk mengambil barang-barang pentingnya, ia melihat
ruangannya sendiri itu terasa asing. Ia sadar dalam waktu dekat ruangan itu
bukan lagi miliknya. Ia mencoba berdamai dengan keadaan dan menerima kenyataan
bahwa sebantar lagi ia harus pergi meninggalkan karirnya karena posisinya saat
itu sebagai tersangka karena dituduh sebagai PKI.
(3)
“Segala
informasi di dunia luar tak perna sampai
ke dalam selnya. Dunianya jadi teramat sempit. Hanya sekitar empat kali tiga
meter saja. Kalaupun menjadi lebih luas, hanya ketika ia bisa berjumpa dengan
para tahanan lainya. Pada kesempatan itu, ia bisa bercakap-cakap dengan sesama
manusia. Kendatipun itu tak lepas dari pengawasan petugas di sana. Dan semua
itu harus ia terima dengan lapang dada. Berkali-kali ia meredam letupan-letupan
emosi di batinnya. Banyak kali ia tak mampu darah mudanya masih teramat kental
mengaliri tubuhnya” (Hal. 93)
Nilai
moral menerima kenyataan ditunjukan dengan
semua itu harus ia terima dengan lapang dada yang dialami oleh tokoh
Buntaran pada kutipan di atas. Ketika ia berada dalam penjara, ia merasa
kehidupanya sangat sempit. Namun, ia terus berusaha menerima kenyataan hidupnya
itu walaupun kadang ia nyaris tak kuasa menahan segala hal yang terjadi dalam
hidupnya tapi dia memilih untuk berusaha menenangkan dirinya sendiri.
8)
Kerja
Keras
(1)
“Aku memang lebih dulu menyelesaikan skripsi
di bandingkan mereka. Materi penulisanku terasa menggairahkan. Pembaruan
seperti melekat dalam sukmaku, menempel dalam tekadku, aku beroleh daya dorong
mengerjakannya sekuat mesin jet. Keteguhan dan semangat kunci utamaku” (Hal.
261)
Nilai
moral kerja keras ditunjukan dengan aku beroleh daya dorong mengerjakannya
sekuat mesin jet. Keteguhan dan semangat kunci utamaku yang digambarkan oleh
tokoh Russel dalam kutipa di atas. kerja keras yang di lakukan oleh tokoh
Russel. dengan ketangguhan dan semangatnya ia berusaha mengerjakan tugas
akhirnya, yaitu skripsi. Dengan kerja keras ia berusaha menyelesaikan
skripsinya secepatnya, dan hal itu adalah kunci keberhasilannya ia akhirnya
bisa menyelesaikan skripsinya dengan cepat melebihi teman-temannya.
9)
Berani
(1)
“Mereka hanya berani dengan perempuan.
Perilaku itu menunjukan kedangkalan otak mereka. Seandainya mereka berpikir
sedikit mendalam. Jika saja Ibunya, adik perempuanya atau istrinya yang
diperlakukan demikian apakah mereka rela? Perempuan di hadapan mereka tak
menanggung kesalahan apapun. Mengapa perlakuan kasar harus ditimpakan
kepadanya.
Saya tidak tahu di mana suami saya sekarang berada jawab Rosdiana
tegas. Ia sedang mengerahkan seluruh keberaniannya menghadapi manusia-manusia
di hadapannya” (Hal. 32)
Nilai
moral berani ditunjukan dengan jawab Rosdiana tegas dan mengarahkan seluruh
keberaniannya yang di gambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas.
Ketika menghadapi para tentara yang memperlakukanya dengan kasar. ia berusaha
mengerahkan keberaniannya untuk menghadapi mereka yang datang untuk menanyai
keberadaan suaminya.
(2)
“Mereka menyuarakan jeritan hati pak
Polisi itu
menengok selintas, matanya melotot. Hayuri tak kalah berang, bola matanya
spontan melotot pula. Keberanian itu ibarat mata pisau, setiap kali ia asah
semakin lama semakin tajam. Ia begitu berani menghadapi segala resiko” (Hal.
203)
Nilai
moral berani ditunjukan dengan keberanian itu ibarat mata pisau dan berani
menghadapi segala resiko yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di
atas. Saat Hayuri mendampingi kaum buruh untuk demo. Ia sangat berani melawan
polisi dengan tatapan matanya yang tajam. Ia begitu berani untuk menghadapi
segala hal yang harus ia hadapi walaupun hal itu beresiko.
10) Putus Asa
(1)
“Rosdiana kini merasakan pernikahannya ibarat
perjudian. Taka ada yang tahu pasti akan berarah kemana. Takala mereka
bersading bahagia di pelamina dan saling berikrar setia. yang ada hanyalah
harapan akan meraih kebahagiaan. Jalan yang membentang dalam perkawinan tak
semulus. Kerap jalan itu sungguh terjal
dan berliku.
Kini ia seperti
kalah dalam perjudian. Tak sekadar kalah recehan, tapi babak belur
habis-habisan. Sekujur batinnya penat memikirkan masa depan membuat otot-otot
dan sendi-sendi tubuhnya luglai. Ia masi belum tahu hendak berbuat apa. Ia
merasa kecil, sendiri dan tanpa arah” (Hal. 30)
Nilai
moral putus asa ditunjukan dengan kini ia seperti kalah dalam perjudian, ia
merasa kecil, sendiri dan tanpa arah yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam
kutipan di atas. Rosdiana meratapi pernikahannya dengan Buntaran yang tak tau
arahnya akan kemana. Rosdiana merasa putus asa saat memikirkan masa depanya
yang tak tahu harus berbuat apa, ia merasa hampa dan tanpa arah karna ditiggal
oleh suaminya Buntaran yang dibuang dibuang di pulau buru.
4.2.3 Nilai Moral Antara Hubungan
Manusia Dengan Manusia Lain
Nilai
moral yang mengungkapkan hubunga antara manusia dengan manusia lain dalam novel
Hayuri karya Maria Etty ini berfokus pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
yang mencangkup perwujudan yaitu persahabatan, saling tolong menolong,
menguatkan sesama, berbakti kepada orang tua, memberi semangat, peduli terhadap
sesama, mengalah, berpikir positif, cinta kasih sejatih, membantu orang yang
lemah, saling mengenal, mencuri, kekerasan dan penindasan. Berikut ini
penjelasan wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan manusia lain.
1)
Persahabatan
(1)
“Begitu tiba tapol-tapol itu dikelompokan
kedalam unit-unit. Mereka harus mencari nama mereka satu persatu.
Tentara-tentara itu mengklasifikasikan mereka berdasarkan nomor foto. Buntaran
sudah mendapatkan nomor fotonya 3232. Ia segerah tahu bahwa ia akan menjadi
penghuni unit XIV Tefaat Buru. Tersoak-soak ia berjalan mencari kawanannya.
Tapol-tapol yang akan bersamanya menjadi penghuni unit XIV.
Siap Bun? Sapa Syam
Mau apa lagi
Seketika ia meresa
senang menyadari Syam menjadi rekan seunit. Teman baik di kala kita senang
mudah diperoleh tetapi teman sejati adalah teman yang kita peroleh justru di
kala kita susah. Terima kasih Syam atas
perhatianmu selama ini” (Hal.120)
Nilai
moral pesahabatan ditunjukan dengan senang Syam menjadi rekan seunit, teman
baik dikala kita senang muda diperoleh tetapi teman sejati adalah teman yang
kita peroleh justru di kala kita susah,
dan terima kasih Syam atas perhatian selama ini yang dialami oleh Buntaran dalam kutipan
diatas. Ia merasa sangat senang ketika Syam teman baiknya yang selalu
membantunya juga menjadi penghuni unit XIV. Menurut Buntaran teman baik di kala
senang mudah diperoleh. Tetapi teman sejati adalah teman yang kita peroleh di
saat kita susah, dan Syam adalah teman sejati bagi Buntaran.
(2)
“Nilai
lain yang dirasakan adalah persahabatan. Persahabatan di kala susah berbeda
dengan persahabatan di kala suka. Persahabatan akan terasa lebih kental tekala
manusia sedang kesusahan. Nuansa ini yang dirasakan selama mereka jauh dari
keluarga. Ketika merenungi kembali keakrabannya dengan sohib-sohibnya Syam,
Rundy dan Djong lee, ia tersentak. Ternyata di belantara penderitaan ia masi
merasakan keakraban” (Hal. 134-135)
Nilai
moral persahabatan ditunjukan dengan Persahabatan di kala susah berbeda dengan
persahabatan di kala suka, Persahabatan akan terasa lebih kental tekala manusia
sedang kesusahan ketika merenungi kembali keakrabannya dengan sohib-sohibnya
Syam, Rundy dan Djong lee. Yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan
di atas. Buntaran menjalani hari-harinya
di pulau Buru ia merasa kesusahan dan berada pada titik terendah, namun
keakrabannya dengan rekan-rekan unitnya membuat ia merasa persahabatan yang
sangat kental.
(3)
“Selamat jalan Bun, Syam dan Rudy
mengucapkan selamat berbarengan. Hati-hati.
lanjut yang lain.
Terima kasih, Buntaran menyalami mereka satu per satu,
lalu memeluknya erat. Sebelum melangkah pergi matanya kembali menatap mereka
dalam-dalam. Ia kian mengerti persahabatan. Mereka telah memotong separuh
kepedihnya hingga ia dapat menjalin hidup dipembuangan” (Hal.138-139)
Nilai
moral persahabatan ditunjukan dengan Ia kian mengerti persahabatan. Mereka
telah memotong separuh kepedihnya hingga ia dapat menjalin hidup dipembuangan.
Yang digambarkan oleh tokoh Buntaran pada kutipan di atas.. Ketika ia akan
kembali ke Jawa untuk menjadi saksi dalam persidangan. Ia menatap rekan-rekannya
yang selama di pembuangan mereka menjadi sahabat-sahabatnya yang sangat
berpengaruh dalam hidupnya setelah keluarganya. Kehadiran mereka yang saling
menyemangati untuk tetap bertahan hidup di tempat yang bisa saja membunuh semua
harapan.
2)
Saling
Tolong Menolong Sesama
(1)
“Pada
siapa saya bisa menitipkan surat ya? Buntaran menanyakan kepada Syamsuddin
penghuni sel sebelah.
Berikan saja pada Sirait, penanggung jawab dapur ia
baik dan mau menolong oroang-orang seperti kita. Perasaan
Buntaran melonjak. Ia girang. Surat itu bisa terkirim. Seusai makan Buntaran
mendekati Sirait. Tanpa basa-basi ia langsung mengutarakan keinginannya pada
pria berwaja tenang itu dan seperti kata Syam, Sirait bersedia menolongan.
Tanpa pambrih sebab Buntaran tak mungkin memberinya apa-apa apalagi uang .
Sirait sangan memahami keadaan orang seperti buntaran. Ia mau menolong karena
rasa kemanunnusiaannya. Ia kerap tak tega kepada orang-orang seperti buntaran”
(Hal. 95-96)
Nilai
moral tolong menolong sesama ditunjukan dengan penanggung jawab dapur ia baik
dan mau menolong orang-orang seperti kita, Sirait bersedia menolong tanpa
pambrih, dan ia mau menolong karena rasa kemanusiaannya. yang digambarkan oleh
tokoh Bunratan dalam kutipan di atas. Ketika Sirait dengan iklas mau menolong
Buntaran mengantarkan surat kepada keluarga Buntaran tanpa imbalan apapun. Padahal
sebenarnya jika Sirait membantu Buntaran bisa saja dia juga masuk dalam bahaya.
Namun resiko itu tak sedikitpun dipikirkan oleh Sirait karena yang terpenting
baginya adalah membantu orang-orang seperti Buntaran tanpa menuntut apapun.
(2)
“Pak
Sirait, tolong sampaikan surat saya pada istri.
Tenang pak. Tentu akan saya sampaikan
Sosok ini berhati
emas. Ia tulus hati dan selalu menolong tanpa pambrih. Klasifikasi manusia
langka di era yang semakin materialistis ini. Lau, sekali lagi Buntaran menulis
surat untuk Rosdiana” (Hal. 102)
Nilai
moral tolong menolong ditunjukan dengan sosk ini berhati emas, tulus hati, dan
selalu menolong tanpa pambrih yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam
kutipan di atas. Untuk kedua kalinya Buntaran meminta bantuan Sirait untuk
memberikan suratnya kepada istrinya, dan dengan iklas Sirait membantunya. Aksi
tolong mnolong ini sangat sulit dilakukan karena sangat sulit pula medapatkan
orang setulus itu di tengah-tengah dunia yang penuh dengan material ini.
3)
Menguatkan
Sesama
(1)
“Waktu menjenguk sangat singkat, hanya
setengah jam saja. Tentu waktu itu tak cukup untuk menumpahkan segala
kerinduan. Tapi, Rosdiana suda bersyukur Buntaran masih hidup. Ia tidak mati
seperti yang dikhawatirkanya. Sebelum menatap suaminya masuk ruangan, Rosdiana
memberikan rendang masakanya. Lalu, ia kecup pipi Buntaran.
Tabah yah pak ujarnya dengan
tatapan sayu
Ia berusaha
memberikan senyuman semanis mungkin untuk Buntaran. Senyuman itu semoga bisa
menguatkan hati Buntaran” (Hal.41-42)
Nilai
moral menguatkan sesama ditunjukan dengan kecupan pipi, tabah yah pak, dan
memberikan senyuman semanis mungkin yang dilakukan oleh tokoh Rosdiana kepada suaminya Buntaran dalam
kutipan di atas. Ketika Rosdiana menjenguk Buntaran di tahanan dan melihat
keberadaan Buntaran yang sangat terpuruk dengan keadaannya saat ini penjara
membuat Rosdiana hanya bisa memberi semangat dan senyuman tulus yang ia yakini
akan menguatkan Buntaran.
(2)
“Hari
itu Ketika ia dan Hayuri menyenguk Buntaran. Tak terelakan berita buruk itu ia
dengar juga. Buntaran pucat ia seperti kehilangan tenaga. Tatapan matanya
kosong, bicaranya lirih nyaris tak terdengar. Bu sabar yah, Ibu harus kuat tandas Buntaran perlahan. Bapak harus kuar yah, banyak berdoa. ujarnya
tiba-tiba” (Hal. 52-53)
Nilai
moral menguatkan sesama ditunjukan dengan sabar yah, Ibu harus kuat, Bapak
harus kuar yah, banyak berdoa. yang
digambarkan oleh tokoh Rosdiana dan Buntaran dalam kutipan di atas. Saling
menguatkan yang dilakukan oleh Rosdiana dan suaminya. Ketika Buntaran memberi
kabar buruk bahwa ia akan diasingkan di pulau Buru. Hal itu membuat mereka
saling menguatkan walaupun dalam situasi sulit yang terjadi dalam kehidupan
mereka tetap saling menguatkan supaya bersama-sama memiliki semangat dan
harapan untuk bertahan.
(3)
“Tabah Wen, kamu
kan punya anak yang harus diurus.
Pikiranku buntu mbak.
Sabar, perlahan-lahan pikiranmu akan jerni lagi. Ingat
anakmu Wen.
Perbendaharaan
kata hayuri untuk menghibur Wenny seolah habis. Seketika perempuan malang itu
harus mandiri jiwa raga. Hayuri menyadari, selalu ada konflik antara
ketergantungan dan kemandirian dalam diri seorang perempuan. Pertentangan ini
harus diatasi. Wen, kamu harus segera
bekerja supaya tak larut dalam kesedihan” (Hal 311)
Nilai
moral menguatkan sesama digambarkan dengan kata tabah dan sabar yang dilakukan
oleh Hayuri. Hayuri berusaha menguatkan Wenny yang ditinggal suaminya untuk
selamanya. Walaupun dalam masa sulit yang dialami keluarganya dan dirinya
secara individu, ia masih sempat menguatkan Wenny, walaupun tidak banyak kata
yang bisa ia ucapkan tapi telah berusaha menguatkan orang lain tanpa peduli
keadaannya.
4)
Berbakti
Kepada Orang Tua
(1)
“Berkali-kali
ia mendengar nasehat ibunya jalani hidup
ini seperti air mengalir. Perempuan yang ia kagumi itu amat kaya dengan
pengalaman getir. Ia unggul menunjukan ketegarannya yang laksana batu karang,
terus diempas ombak dan badai kehidupan. Hayuri ingin menjalani hidupanya
seperti itu kesusahan sehari cukuplah sahari” (Hal. 16)
Nilai
moral berbakti kepada orang tua ditunjukan dengan mendengarkan nasehat ibunya
yang dilakukan oleh Hayuri dalam kutipan di atas. Nasehat baik yang ditanamkan
oleh Rosdiana dalam diri Hayuri anaknya. Rosdiana mengajarkan Hayuri agar
menikmati setiap hal yang terjadi dalam kehidpan mereka. Dan Hayuri juga
merupakan anak yang berbakti kepada orang tua, maka ia benar-benar berpegang
pada kata-kata ibunya yang terus menguatkan dia.
(2)
“Hayuri
ikut mengambil buku-buku yang sebagian rusak karena disobek paksa. Berbeda
denga ibunya yang muram, Hayuri justru senang bisa mebantu ibunya. Bu Yuri bantu yah, pintanya manja.
Rosdiana hanya menganggukkan batang lehernya” (Hal. 28).
Nilai
moral berbakti kepada orang tua ditunjukan dengan Hayuri justru senang bisa
membantu ibunya yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas.
Hayuri membantu ibunya membereskan buku-buku yang disobek oleh para tentara.
Sikap ini merupakan kebaktian Hayuri kepada ibunya, ia mencoba untuk membantu
ibunya yang hampir tidak berdaya itu. Dia membantu ibunya semampunya untuk
meringankan beban ibunya.
5)
Memberi
Semangat
(1)
“Mungkin
Mbak bisa menerima jahitan, saran adiknya, Harry
Sudah lama aku tak lagi menjahit, Rosdiana
mengungkapkan keraguannya.
Tak usah khawatir Mbak, nanti aku cariakan order, Harry memberi
semangat. Rosdiana menangkap tawaran itu sebagai peluang. Celah itu begitu
kecil dan miris pada kemampuannya sendiri. Tapi, ia percaya sekecil apapun
celah, peluang itu harus ia tangkap segerah. Hayuri butuh makan, butuh susu,
dan sebentar lagi butuh biaya pendidikan. ” (Hal.35)
Nilai
moral memberi semangat ditunjukan dengan Harry memberi semangat yang
digambarkan oleh tokoh Harry dalam kutipan di atas. keberadaan seorang adik
yang memberikan semangat kepada kakaknya Rosdiana untuk terus mencari kesibukan
yang dapat membantu untuk kebutuhan hidupnya bersama Hayuri. Dengan masukan
dari sang adik Harry yang memberi peluang dan semangat kepada Rosdiana untuk
bangkit, dan ia mulai mendekati mesin jahitnya dan membuat beberapa potong
pakaian.
6)
Peduli
Terhadap Sesama
(1)
“Mereka adalah kelompok yang harus berjuang
sangat keras mencari penghidupan pikirannya menerawang. Tragisnya kaum
buruh juga terasing dengan sesamanya karena persaingan. Mereka bersaing satu
sama lain merebut tempat kerja. Hal itu yang berarti sebagai manusia mereka
telah kehilangan cirinya yang bebas, universal, dan sosial.
Buruh menjadi sempit, bekerja paksa dan memandang
sesama manusia sebagai saingannya semata. Begitu kesimpulan yang ditulis
Hayuri dalam notesnya. Pagi itu tiba-tiba perasaan Hayuri mulai berpihak. Sama
sekali bukan bersimpati pada paham Marx. Tetapi, hari itu mulai tumbuh
benih-benih simpati pada kaum terpinggirkan tersebut Kaum buruh” (Hal. 10)
Nilai
moral peduli terhadap sesama ditunjukan dengan
perasaan Hayuri mulai berpihak dan mulai tumbuh benih-benih simpati pada
kaum buru yang dilakukan oleh Hayuri dalam kutipan di atas. Perasaan peduli
yang dirasakan oleh Hayuri kepada para buruh yang terpinggirkan, yang dipaksa
berkerja tanpa istirahat dan bersaing untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Hal itu menimbulkan empati dalam diri Hayuri sebagai sesama manusia.
(2)
“Mata Bun agak kuning, lanjutnya serius.
Namun keterbatasan
sarana membuat Herisusanto tak bisa berbuat banyak. Ia berusaha menyampaikan
kondisi Buntaran pada komandan unit. Tapi, tak banyak yang bisa mereka
upayakan. Sementara Harisusanto mencoba membuatkan minuman temulawak sebagai
obat tradisional penyembuhan sakit liver. Yang terjadi patut disayangkan, hari
kehari kondisi buntaran memburuk. Karena daya tahan tubuhnya lemah, ia juga
terserang malaria.
Rekan-rekan di
Unit XV bergantian menjaga Buntaran. Mereka membuat bubur dan minuman manis.
Tatapan mata Buntaran hampa keharuan menyelinap menerima perlakuan demikian.” (Hal. 152)
Nilai
moral peduli terhadap sesama ditunjukan dengan berusaha menyampaikan kondisi
Buntaran kepada komandan unit, membuat minuman temulawak sebagai obat,
bergantian menjaga Buntaran, membuat bubur dan minuman manis yang dirasakan
oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Buntaran merasakan terharu atas
perlakuan rekan-rekannya di Unit XV Ketika ia jatuh sakit mereka bergantian
menjaga Buntaran, menyiapkan makanan dan minuman untuknya, mereka merawatnya
dengan sangat baik. Hal itu sangat menyentuh hati Buntaran yang merasakan hal
itu sebagai satu karunia dari Tuhan.
(3)
“Russel
menahan napasnya selama kakinya melangkah di situ. sesekali ia menghirup udara.
Bau busuk menusuk hingga ke dasar paru-parunya. Nuraninya telah mendorongnya
mencari Heri. Dari pada merayakan pesta perpisahan dengan teman-temanya, ia
merasa lebih baik melanjutkan bincang-bincang dengan lelaki sederhana itu. Dari
pada dana di koceknya keluar untuk hura-hura, lebih baik diberikan untuk Hery
bisa membantunya buat modal pemuda itu menaikkan sedikit saja tarif hidupnya”
(Hal. 274-275)
Nilai
moral peduli terhadap sesama ditunjukan dengan lebih baik diberikan untuk Hery
bisa membantunya buat modal pemuda itu menaikkan sedikit saja tarif hidupnya yang
dilakukan oleh Russel kepada Hery dalam kutipan di atas. Hery adalah seorang
pemulung yang sempat akrap dengan Russel lewat perbicangan singkat. Rasa
kepedulian Russel membawanya kembali mencari Herry dan memberinya sedikit uang
agar Hery bisa menggunakannya untuk keperluan hidup dan membangun usahanya dibanding
harus dipakai untuk berhura-hura yang tidak menguntungkan.
7)
Mengalah
(1)
“Kalau kamu segan, tunggu aku di kantin deh. Jawab Hayuri,
sementara kakinya terus melangkah menuju perpustakaan. Sesekali Russel ngambek,
ketika tak ada kata sepakat. Namun, Russel cenderung mengalah, kasihnya semakin
dalam. Ada saatnya ia tak kuasa menolak kemauan Hayuri ketika hayuri mengisi
waktu luang mereka dengan membaca di perpustakaan.” (Hal. 11)
Nilai
moral mengalah ditunjukan dengan kata mengalah yang digambarkan oleh Russel
dalam kutipan di atas. Russel yang cenderung mengalah kepada Hayuri. Ia terus mengalah dalam menghadapi Hayuri
yang lebih memilih menghabiskan waktu di perpustakan di bandingkan harus
jalan-jalan ke pertokoan atau tempat-tempat hibura.
8)
Berpikir
Positif
(1)
“Meski perasaan indah itu ternyata tak sedikit
pun melunturkan semangatnya untuk terus serius mempelajari ilmu politik.
Walaupun ibunya sering mendengung-dengungkam kalimat politik itu kotor pasalnya, dunia itulah yang telah melebamkan kehidupan
keluarganya. Sang ayah terpuruk, bahkan terjerembap di dalamnya. Tapi, Hayuri ternyata punya pikiran
lain. Kata-kata sang ibu itu justru memicunya untuk belajar politik. Bukan
untuk terjun kedalamnya, namun untuk memahamiya sebagai ilmu. Hayuri yakin
dunia itu akan memperluas wawasanya. Ia ingin memahami mengapa ayahnya memilih
terlibat di dalamnya” (Hal. 7)
Nilai
moral berpikir positif ditunjukan dengan punya pikiran lain, Hayuri yakin dunia
politik akan memperluas wawasannya yang digambrkan oleh tokoh hayuri dalam
kutipan di atas. Cara bijak Hayuri dalam berpikir positif tentang suatu hal.
Walaupun secara kasat mata keluarganya terbelenggu dalam dunia politik tapi ia
tetap mempelajari politik bukan untuk terjerumus di dalamnya, malah untuk memecahkan
kasus yang telah menimpah ayahnya dan mencari kebenarannya.
9)
Cinta
Kasih Sejatih
(1)
“Hari masih pagi ketika Hayuri tiba di kampus.
Ia bisa datang lebih pagi karena Russel menjemputnya. Lelaki berambut panjang
itu semakin sering menjemputnya. Hayuri tak menampik ajakan lelaki itu. Bahkan,
ia mensyukurinya. Inilah kali pertama ia merasakan indahnya kasmaran. Hal yang
sebelumnya tak berani ia bayangkan. Hidupnya seketika jadi penuh warna” (Hal.
6)
Nilai
moral cinta kasih sejatih ditunjukan dengan sering menjemputnya, mensyukurinya,
indahnya kasmaran dan hidup menjadi penuh warna yang digambarkan oleh tokoh
Hayuri dalam kutipan di atas. Cinta kasih yang
terjalin antara sepasang kekasih, yaitu Hayuri dan Russel. Cara Russel
mencintai Hayuri sangat tulus, dengan tindakan yang nyata ia berusaha
menunujukkan rasa cintanya, yaitu dengan cara memperhatikan setiap detail
kehidupan Hayuri.
10) Membantu yang Lemah
(1)
“Karena jahitanya makin banyak, Rosdiana
mempekerjakan rekan-rekannya dari memasang kancing, mengobras, hingga melipit
baju. Ia senang bisa menjadi salurang berkat. Memberi dari kekurangannya.
Rosdiana memperoleh talenta menjahit dari Sang Empunya kehidupan dan ia
mengasah talenta itu. Ibarat bekal dua keeping emas dari sang majikan, Rosdiana
telah mengembangkannya menjadi beberapa keping emas. Karena usaha dan kerja
kerasnya. Kini ia ikhlas membagikan kepingan emas di kantongnya kepada sesama.
Ia percaya pintu rezeki akan terkuak bila ia bermurah hati kepada orang lain.
Selain itu, ada sebercak kepuasan saat ia membantu sesama yang menderita ia
merasakan berkat langsung yang diterimanya dari perbuatanya adalah menjalin
persaudaraan dengan teman-temannya” (Hal. 48)
Nilai
moral membantu yang lemah ditunjukan dengan Rosdiana mempekerjakan
rekan-rekannya, ia senang bisa menjadi saluran berkat, memberi dari
kekurangannya, dan ikhlas membagikan keeping emas kepada sesama yang
digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Ia membantu
rekan-kekanya yang kekurangan dengan mempekerjakan mereka di tempat kerjanya
dan mengajari merekan menjahit, memasang kancing dan sebagainya. Hal itu
dilakukannya dengan prinsip akan ada berkat lain yang akan diterimanya, dan hal
itu pun terjadi, berkat pertama ia terima adalah kebahagiaan karena telah
membantu orang-orang yang membutuhkan.
(2)
“Mas, terima kasih
yah sudah mentraktir saya
Sama-sama
Jangan kapok yah, Mas
Nanti aku pasti akan mencarimu lagi. Mungkin saat aku
liburan
Russel memindahkan
sejumlah uang dari kantongnya ke kantong Heri. Pemuda itu menerimanya
kegirangan. Wajahnya seketika berseri-seri, matanya berbinar-binar senang.
Terima kasih banyak, Mas
Semoga bisa kau gunakan untuk modal jadi lapak” (Hal. 282)
Nilai
moral membantu yang lemah ditunjukan dengan mas terima kasih sudah mentraktir
saya, dan Russel memindakan sejumblah uang ke kantong Heri yang digambarkan
oleh Russel dalam kutipan di atas. Sikap dermawan Russel dalam membantu Heri
seorang pemulung Ketikan Russel dengan tulus dan ikhlasnya mentraktir Hery
bahkan sampai memberinya uang untuk membangun usahanya tanpa ada harapan untuk
mendapat imbalan apapun.
11) Saling Mengenal
(1)
“Pertemuan-pertemuan itu telah membangunkan
keakraban dengan sekelompok ibu. Di situ Rosdiana merasa leluasa ia bisa
tertawa lepas, sharing habis-habisan sambil berurai air mata, yang
membahagiakan ia bisa berbagi kemampuan menjahit.” (Hal 48)
Nilai
moral saling mengenal ditunjukan dengan pertemuan-pertemuan itu telah
membangunkan keakraban, sharing habis-habisan, tertawa lepas, dan saling
membagi yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan diatas. Rosdiana
telah membangun keakraban dengan sekelompok ibu-ibu yang senasip, dan saling membagi
pengalaman bahkan kemampuan yang mereka miliki. Hal ini sangat berpengaruh pada
psikologinya yang tadinya lebih sering memendam masalah akhirnya ia bisa dengan
leluasa menceritakan segala hal yang selama ini mengganjal dalam hatinya.
12) Mencuri
(1)
“Rosdiana melihat buku-buku milik suaminya
berserahkan, bahkan ada yang dirobek-robek oleh mereka. Tiba-tiba Rosdiana
mendengar suara seruling. Ia mendapati salah satu dari tentara itu sedang
meniup seruling milik Buntaran. Perasaanya sungguh tak rela, tapi mau apa.
Apalagi ketika ia melihat tentara itu memasukkan seruling itu kedalam saku
kemejanya. Seruling itu bermakna bagi Buntaran. Bukan karna harganya, manun
seruling itu pemberian dari ayah mertuanya yang telah tiada. Buntaran sering
memainkanya di malam-malam panjang. Ia tahu betapa Buntaran akan kehilangan
benda itu.” (Hal. 25)
Nilai
moral mencuri ditunjukan dengan ia melihat tentara itu memasukkan seruling itu
kedalam saku kemejanya yang digambrkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di
atas. Kutipan di atas menggambarkan perilaku seorang tentara yang dengan
sengaja mengambil seruling milik Buntaran. Ketika salah seorang tentara yang
sedang mencari berkas-berkas milik Buntaran ia menemukan seruling dan
mainkanya. Namun, bukan hanya untuk meniupnya sebentar, ternyata ia
mengambilnya menjadi miliknya. Tindakannya sangat menyakiti hati Rosdiana namun
ia tak sanggup berbuat apa-apa.
(2)
“Saya tidak menyembunyikan Buntaran. Ia
memang tidak ada di rumah ini. Ucapnya sini. Namun suara perempuan malang
ini serasa tak terdengar oleh para
serdadu itu. Dengan seenaknya mereka mengobrak-abrik perabotan Rosdiana. Tak
segan-segan mereka menjarah barang-barang yang mereka sukai. Bukankah namanya
merampok, mereka yang mengambil dengan paksa harta milik orang lain?” (Hal.32)
Nilai
moral mencuri ditunjukan dengan menjarah barang-barang yang mereka sukai,
merampok, mengambil dengan paksa harta milik orang lain yang digambarkan oleh
tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Tindakan tidak terpuji yang dilakukan
oleh para tentatara di rumah Rosdiana. Bukan hanya seruling yang mereka ambil,
namun barang-barang yang mereka suka akan mereka ambil dengan seenaknya tanpa
memperdulikan Rosdiana.
13) Kekerasan
(1)
“Di pulau ini para tahanan tersebut melakukan
pekerjaan paksa. Banyak di antara mereka mengalami penyiksaan dan penganiayaan,
bahkan pembunuhan” (Hal. 73)
Nilai
moral kekerasan ditunjukan dengan melakukan pekerjaan paksa, mengalami
penyiksaan, penganiayaan dan pembunuhan yang digambarkan oleh tokoh Buntaran
dalam kutipan di atas. Kutipan di atas menggambarkan nilai moral kekerasan yang
dialami oleh para tahanan yang diasingkan di pulau Buru, mereka dianiaya,
disiksa, bahkan sampai ada yang dibunuh, itu adalah kekerasan mutlak yang
dilkukan oleh tentara-tentara kepada para tahanan tersebut tanpa ampun.
(2)
“Pergumulan
dahsyat dialami Buntaran di dalam sel. Ia harus menjalani proses verbal.
Berkali-kali tubuhnya dipukuli tentara. Ditendang, dilempar, bahkan disetrum.
Tubuh itu lebam-lebam. Demi menjawab pertanyaan para interogator. Buntaran tahu ini pelanggaran atas
kemanusiaan. Tapi, mana mungkin ia berteriak. Perlawanan hanya akan membuat
tubuhnya jadi santapan ramai-ramai. Kebengisan dan kebuasan manusia atas
manusia ia rasakan” (Hal. 94)
Nila
moral kekerasan ditunjukan dengan ia harus menjalani proses verbal,
berkali-kali tubuhnya dipukul, ditendang, dilempar, bahkan disetrum yang
digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika Buntaran dalam
masa tahanan. Dia ditendang, dilempar, bahkan tubuhnya diestrum oleh para tentara
yang sedang mengintrogasi ia. Dia tak mampu berbuat lebih karena jika dia
berteriak pun malah akan memperberat penderitaannya.
14) Penindasan
(1)
“Adolfo
mau mengakui. Banyak warga sipil Argentina diculik dan di tangkap. Lalu, malam
hari mereka diterbangkan dengan pesawat angkut militer ke atas laut Atlantik.
Mereka dibuang hidup-hidup di perairan yang penuh ikan hiu itu. Cara ini tidak
meninggalkan bekas sama sekali. tapi, bagaimanapun kenyataan ini terkuak karena
sebuah pengakuan. Namun, mungkin hal seperti itu dilakukan oleh perwira di
negeri ini. Nyatanya mati dimakan hiu mungkin lebih baik dari pada harus
merasakan nestapa berkepanjangan” (Hal.119)
Nilai
moral penindasan ditunjukan dengan mati dimakan hiu mungkin lebih baik dari
pada harus merasakan nestapa berkepanjangan yang digambarkan oleh tokoh
Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika Buntaran dan rekan-rekannya
membandingkan pengakuan Adolfo tentang warga sipil Argentina yang diculik dan
dibuang hidup-hidup di laut Atlantik yang penuh ikan hiu. Hal itu lebih baik
dibandingkan mereka yang harus merasakan kepedihan berkepanjangan. Di buang di
pulau buru dan di tindas entah sampai kapan.
(2)
“Auman kucing hutan itu tidak seberapa
mengerikan dibandingkan dengan rezim laknat yang membuang kita.
Sebelum tidur Buntaran
sempat mengintip kucing hutan yang tersesat
di pelataran Unit XIV Tefaat
Buruh.
Makhluk itu ganas,
tetapi lebih ganas pemerintah yang menindas. Yang siap memangsa para oposannya.
Mereka mengeksploitasi kepatuhan pengikutnya untuk menyingkirkan oposan-oposanya
agar mempertahankan kekuasaannya” (Hal.131).
Nilai
moral penindasan ditunjukan dengan makhluk itu ganas, tetapi lebih ganas
pemerintah yang menindas kita yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam
kutipan di atas. Penindasan yang dialami para tahanan yang dibuang di pulau
Buru tempat pengasingan yang banyak binatang buas. Akan tetapi binatang itu
tidak seberapa buasnya dibandingkan pemerintah yang menindas mereka untuk
kekuasaan.
4.2.4 Nilai Moral Antara Hubungan
Manusia Dengan Alam
Nilai
moral yang mengungkapkan hubunga antara manusia dengan alam dalam novel Hayuri
karya Maria Etty ini berfokus pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang
mencangkup perwujudan yaitu memuji keindahan alam, memanfaatkan lingkungan
sekitar dan mendaur ulang barang bekas untuk kelangsungan hidup. Berikut ini
penjelasan wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan alam.
1)
Memuji
Keindahan Alam
(1)
“Perjalanan ke sana terasa menenangkan. Cuaca
hari itu bersahabat, sinar matahari tak mencolok, tetapi tetap ada pancaran
cahaya. Sinarnya yang keemasan memantul di kaca jendela mobil Russel. udara
pegunungan yang sejuk membuat suasana temaram. Hayuri menikmati perjalanan ini.
Sesekali ia mencuri pandang kearah Russel yang asik mengendarai mobilnya.
Sejauh mata memangdang Hayuri melihat alam yang hijau permai terkesan ramah.
Seakan alam ikut memahami keindahan perasaannya saat itu. Hayuri mensyukurinya”
(Hal. 14)
Nilai
moral memuji keindahan alam diitunjukan dengan sinar matahari tak mencolok,
sinarnya keemasan, udara pegunungan yang sejuk, alam yang hijau permai terkesan
rama, dan alam ikut memhami keindahan perasaanya sat itu yang dilakukan oleh
tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Ketika ia menemani Russel ke vila di puncak
milik keluarga Russel, dalam perjalannya Hayuri bersyukur bisa menikmati
perjalanan dengan keindahan alam yang begitu indah dan terkesan rama
seakan-akan ikut memahami perasaannya
saat ini.
2)
Memanfaatkan
Lingkungan Untuk Bertahan Hidup
(1)
“Mas
sudah lama kerja disini? Tanpa ragu Russel membuka pecakapan.
Sudah sekitar 6 tahun
Nama mas siapa?
Hery
Saya Russel. ia segerah mengajak pemuda itu
bersalaman. Tindakan itu segera menebas batas, antara dirinya dengan pemulung
di hadapannya.
Di sini meski tingal sisa-sisa sampah, selalu masi ada
yang bisa saya ambil. Heri mulai bercerita. Beberapa kali saya perna menemukan cincin emas. Aneh kan. Emas di
antara sampah. Bukankah itu rahmat berlimpah. Russer tertegun” (Hal. 273)
Nilai
moral memanfaatkan lingkungan untuk bertahan hidup ditunjukan dengan pemulung,
meski sisa-sisa sampah selalu masi ada yang bisa saya ambil, beberapa kali
menemukan cincin emas, emas diantara sampah, dan berkat melimpah yang di
gambarkan oleh tokoh Heri dalam kutipan di atas. Heri adalah seorang pemulung
yang memanfaatkan sisa-sisa sampah yang bisa ia ambil untuk dijual dan hasilnya
untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Ia bahakan mendapatkan emas diantara para
sampah.
3)
Mendaur
ulang Barang Bekas
(1)
“Russel tetap menahan napasnya, kini kakinya
sudah menginjak sebuah perkampungan kumuh dimana-mana, rumah disitu tak
dibangun di atas pondasi. Tapi, berdiri dari kardus, tripleks, kaleng dan
sebagainya. Dengan catatan semua itu barang bekas hasil perburuan di
sampah-sampah.
Pembuangan sampah
yang sangat panjang hingga sampai ke TPA tak terpikir dalam benak kebanyakan
orang. Mereka cenderung melupakan barang-barang yang sudah dibuang, yang
dianggap tak berguna lagi. Tapi, ternyata barang-barang itu masi berharga bagi
pemulung-pemulung yang terlupakan.”
(Hal. 275)
Nilai
moral mendaur ulang barang bekas ditunjukan dengan kalimat rumah-rumah disitu
tak dibangun di atas pondasi tapi berdiri dari kardus, tripleks, kaleng dan sebagainya
dengan catatan semua itu barang bekas hasil perburuan di sampah-sampah yang
digambarkan oleh tokoh Russel dalam kutipan di aras. ketika Ia berada di
perkampungan kumuh saat mencari rumah Hary, dia melihat dimana masyarakat
disitu memanfaatkan barang-barang bekas berupa kardus, tripeks, kaleng dan
sebagainya untuk dijadikan tempat tinggal merekan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan pada novel Hayuri
karya Maria Etty dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Wujud
nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam penelitian ini bentuk
penyampaian nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan pada novel yang
dikaji yaitu pasrah dan menerima kehendak Tuhan, bersyukur kepada Tuhan, berdoa
dan memohon pertolongan Tuhan, dan mengakui kebesaran Tuhan. Wujud nilai moral
hubungan manusia dengan Tuhan yang paling mendominasi yaitu mengakui kebesaran
Tuhan.
Wujud
nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri. Dalam penelitian ini bentuk
penyampaian nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri pada novel
yang dikaji berupa rasa percaya diri, rasa takut, rasa rindu, rasa kesepian,
sadar diri, terombang-ambing, menerima kenyataan, kerja keras, berani dan putus
asa. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri yang paling
mendominasi yaitu rasa rindu.
Wujud
nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain. Dalam penelitian ini bentuk penyampaian
nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain pada novel yang dikaji
berupa persahabatan, saling tolong menolong, menguatkan sesama, berbakti kepada
orang tua, memberi semangat, peduli terhadap sesama, mengalah, berpikir
positif, cinta kasih sejati, membantu yang lemah tanpa pambrih, saling
mengenal, mencuri, kekerasa, dan penindasan. Wujud nilai moral hubungan manusia
dangan manusia lain yang paling mendominasi yaitu persahabatan dan menguatkan
sesama
Wujud
nilai moral hubungan manusia dengan alam. Dalam penelitian ini bentuk nilai
moral dalam hubungan manusia dengan alam pada novel yang dikaji berupa memuji
keindahan alam, memanfaatkan lingkungan sekitar, dan mendaur ulang barang
bekas. wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan alam yang paling
mendominasi yaitu memanfaatkan lingkungan sekitar.
Berdasarkan
data yang telah dianalisis pada novel Hayuri karya Maria Etty, ditemukan 11
data dari wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan, 19 data dari wujud
nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, 26 data dari wujud nilai
moral hubungan manusia dengan manusia lain, dan 3 data dari wujud nilai moral
hubungan manusia dengan alam. Dari keempat wujud nilai moral ini ditemukan 59
data yang telah di analisis.
5.2
Saran
Selanjutnya
akan dikemukakan mengenai beberapa saran yang terkain dengan penelitian ini
yaitu.
1. Bagi
pembaca pada umumnya, semoga penelitian ini bisa menambah wawasan serta
menambah pengetahuan mengenai nilai-nilai moral dalam sastra.
2. Bagi
dunia pendidikan formal, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi pengajaran
sastra mengenai ajaran-ajaran moral dalam sebuah novel
3. Bagi
penelitian selanjurnya, diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai
referensi penelitian yang serupa tentang nilai-nilai moral dalam novel-novel
lainnya. Selanjutnya penelitian terhadap novel Hayuri masi memungkinkan untuk
diteliti lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan lain.
Komentar
Posting Komentar