Contoh Skripsi (Nilai moral dalam novel Hayuri karya Maria Etty)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Novel adalah sebuah karya sastra yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat di sekitarnya, misalnya nilai moral, nilai agama dan nilai budaya. Nilai moral adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca, pendengar, maupun penonton baik moral yang baik maupun yang buruk yang menjadi cerminan bagi para penikmatnya.

Nilai moral yang disampaikan dalam karya sastra pada dasarnya adalah nilai yang disampaikan pengarang dalam rangka mendidik manusia dalam seluruh aspek atau persoalan hidup dan kehidupannya agar manusia dapat mengatur tingkah lakunya untuk menjadi manusia yang baik. Jenis dan wujud nilai moral dalam karya sastra sangat beragam. Hal ini tergantung pada keinginan, keyakinan, dan perhatian pengarangnya sehingga jenis dan wujud nilai-nilai moral tersebut dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan; baik moral tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia, maupun hubungan manusia dengan lingkungan alamnya (Nurgiyantoro, 2009: 323).

Nilai moral yang disampaikan dalam novel tentunya sangat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Moral yang ditampilkan dalam novel Hayuri karya Maria Etty ini akan bermanfaat bagi pembaca dikarenakan moral yang ditampilkan dalam novel ini banyak berkaitan dengan hubungan hidup dan kehidupa manusia diantaranya hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan alam sekitar.

Pemilihan novel Hayuri sebagai bahan penelitian kerena novel Hayuri adalah salah satu karya sastra yang banyak menampilkan nilai moral yang sangat bermanfaat bagi pembaca. Nilai moral dalam novel Hayuri banyak berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan alam sekitar. Cerita yang menampilkan berbagai aspek kehidupan dan permasalahan dapat dilihat dari novel Hayuri karya Maria Etty ini yang menceritakan tentang seorang wanita bernama Rosdianan dan putrinya bernama Hayuri. Rosdina terpaksa berjuang sendiri karena suaminya yang di fitnah sebagai salah satu dari PKI dan harus dibuang di pulau Buruh.

Cerita yang menampilkan berbagai aspek kehidupan dan permasalahan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam dapat dilihan dari contoh berikut

Ketika sekelompok orang yang tak diundang menerabas pintu rumah Rosdiana, wajahnya mendadak pucat melihat puluhan orang segerah mengobrak-abrik seisi rumahnya. Orang-orang itu bersepatu lars, berseragam loreng-loreng. secara refreks wanita berwajah lembut itu menarik napasnya dalam-dalam berkali-kali, cara itu sedikit meredahkan ketegangannya yang tiba-tiba menyesatkan dada,  Tenggorokanya seperti tercekal ada rasa takut yang seketika menyergapnya. Tiga kamar tidur yang ada di rumah itu semua dijajaki oleh sekawanan orang tersebut tak jelas bang-barang apa saja yang raib. Rosdiana tercenung menatap kejadian itu. Hatinya meronta namun tubuhnya terpaku apalagi setelah ia melihat diantara mereka mencoret-coret tembok rumahnya dengan cat merah. “Ada apa?” tanyanya berulang pada dirinya. Rosdiana hanya bisa menggumamkan asma Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan.

Salah satu kutipan yang menunjukan Hubungan antara manusia dengan Tuhan yang terdapat dalam novel Hayuri halaman 24 yaitu

“Rosdiana hanya bisa menggumamkan asma Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan”.

Dari kutipan tersebut meggambarkan nilai moral antara hubungan manusia dengan Tuhan yang dilakukan oleh Rosdiana dengan menggumamkan asma Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan agar melindunginya dari para tentara yang mengobrak-abrik rumanya.

Salah satu kutipan yang menunjukan Hubungan antara manusia dengan diri sendiri yang terdapat dalam novel Hayuri halaman 23 yaitu

“Secara refreks wanita berwajah lembut itu menarik napasnya dalam-dalam berkali-kali, cara itu sedikit meredahkan ketegangannya yang tiba-tiba menyesatkan dada, Tenggorokanya seperti tercekal ada rasa takut yang seketika menyergapnya”.

Dari kutipan tersebut menggambarkan nilai moral antara hubungan manusia dengan diri sendiri yang dilakukan oleh Rosdiana yaitu rasa takut yang dialaminya ketika rumahnya diacak-acak oleh orang-orang yang tidak dikenalnya.

Salah satu kutipan yang menunjukan Hubungan antara manusia dengan manusia lain yang terdapat dalam novel Hayuri halaman 24 yaitu

“Tiga kamar tidur yang ada di rumah itu semua dijajaki oleh sekawanan orang tersebut tak jelas bang-barang apa saja yang raib.

Dari kutipan tersebut menggambarkan nilai moral antara hubungan manusia dengan manusia lain yang dilakukan oleh para tentara dengan mengambil barang-barang yang bukan milik mereka atau mencuri. Perbuatan tersebut merupakan moral yang buruk.

Alasan penulis memilih untuk mengkaji nilai moral karena setelah penulis membaca novel Hayuri karya Maria Etty, penulis menemukan nilai-nilai moral yang dapat memberikan inspirasi positif dalam menghadapi berbagai rintangan kehidupan yang berhubungan antara hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitar. selain karena nilai-nilai moral yang terkandug dalam novel Hayuri, alasan lain yaitu kerena novel Hayuri karya Maria Etty ini belum perna diteliti dengan mengkaji nilai-nilai moral. Terutama pada prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini berjudul “Nilai Moral dalam Novel Hayuri Karya Maria Etty”

1.2  Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apasajakah nilai moral yang terdapat dalam novel Hayuri karya Maria Etty?

1.3  Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai moral dalam novel Hayuri karya Maria Etty

1.4  Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu pengetahuan tentang sastra khususnya pemahaman tentang nilai-nilai moral dalam karya sastra terkhusunya novel.

  b. Manfaat Praktis

  1. Bagi pembaca dan penikmat sastra penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru dan pemahaman yang mendalam tentang nilai moral dalam novel Hayuri
  2. Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kiranya penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan untuk menambah pengetahuan tentang nilai-nilai moral dalam novel.

 

 

BAB ll

KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Novel

Menurut Nurgiyantoro (2009:9) Novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novela dan dalam bahasa Jerman Novele yang artinya sebuah bareng yang baru dan kecil, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dalam perkembangan zaman istilah Novela dan Novele mempunyai pengertian yang sama dengan istilah Indonesia yaitu Novelet yang dalam bahasa Inggris Novellette Yaitu sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, artinya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.

Cerita novel jauh lebih panjang dari cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan suatu secara lebih bebas, menyajikan sesuatu jauh lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencangkup berbagai unsur cerita dalan membangun novel tersebut. kelebihan novel yang khas adalah kemampuan manyampalkan permasalahan yang kompleks secara penuh. Hal ini brarti membaca sebuah novel menjadi lebih mudah sekaligus lebih sulit. Lebih mudah karena tidak menuntun kita memahami masalah yang lebih kompleks dala bentuk (dan waktu) yang sedikit. Sebaliknya, lebih sulit kerena berupa penulisan dalam sekala yang besar (Nurgiantoro 2009:11).

Novel merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang panjang setidaknya 40.000 kata dan luas yang di dalamnya menceritakan konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya. Dalam novel mengungkapkan konflik kehidupan para tokoh secara lebih mendalam dan halus. Selain toko-tokoh juga menampilkan srangkaian peristiwa dan latar secara tersusun sehingga membentuk lebih panjang dibandingkan dengan prosa yang lain (Wicaksono, 2017:71).

Sayuti (2000:7), Berpendapat bahwa novel dikatagorikan dalam bentuk karya fiksi yang bersifat formal. Bagi pembaca umum, pengkategorian ini daapat menyadarkan bahwa sebuah fiksi apapun bentuknya diciptakan dengan tujuan tertantu. Pembaca dalam mengapresiasi sastra akan lebih baik. Hal ini berarti juga bahwa novel yang kita anggap sulit dipahami, tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit. Pembaca tidak mungkin meminta penulis uantuk menulis novel dengan gaya yang menurut pembaca luwes dan dapat dicerna dengan mudah karena setiap novel yang diciptakan dengan sesuatu tertentu mempunyai tujuan tertentu pula.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan cerita pendek dalam bentuk prosa fiksi, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu  pendek. Cerita novel jauh lebih panjang dari cerpen yang panjangnya sekitar 40.000 kata. Dalam cerita novel mengemukakan sesuatu secara lebih bebas, lebih rinci, lebih detail dan banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks yang di dalamnya menceritakan konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya. Hal itu mencangkup berbagai unsur cerita dalam membangun novel tersebut. Novel merupakan karya sastra yang dikatagorikan dalam bentuk karya fiksi yang bersifat formal.

2.1.1 Jenis-jenis Novel

Menurut Mochtar Lubis (dalam Wicaksono, 2017:84) ada macam-macam jenis novel antara lain

a.       Novel avonuter adalah bentuk novel yang dipusatkan pada tokoh utama. Ceritanya dimulai dari awal sampai akhir para tokoh mengalami rintangan-rintangan dalam mencapai maksudnya

b.      Novel psikologi merupakan novel yang penuh dengan peristiwa-peristiwa kejiwaan para tokoh.

c.       Novel detektif adalah novel yang merupakan cerita pembongkaran kejahatan dengan cara penyelidikan yang tepat dan cermat

d.      Novel politik atau novel sosial adalah novel yang ceritanya tentang kehidupan golongan dalam masyarakat dengan segala permasalahanya, misalnya antara kaum masyarakat dan buruh dengan kaum kapitalis terjadi pemberontakan

e.       Novel kolektif adalah novel yang menceritakan pelaku secara kompleks (menyeluruh) dan segala seluk-beluknya.

 

2.1.2 Fungsi Novel

Agustien S, Sri Mulyani, dan Sulistiono (dalam Wicaksono, 2017:76-77) menguraikan beberapa fungsi sastra novel yaitu:

  1. Fungsi kreatif, yaitu apabila sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembaca.
  2. Fungsi dedaktif, yaitu apabila sastra mampu mangarahkan atau mendidik pembaca karena ada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
  3. Fungsi estetis, yaitu apabila sastra mampu memberikan keindahan bagi pembacanya.
  4. Fungsi moralitas, yaitu apabila sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembacanya sehingga mengetahui moral yang baik dan buruk.
  5. Fungsi religius, yaitu apabila sastra mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para pembaca sastra.

Pada dasarnya, novel banyak memberikan manfaatnya bagi pembaca, baik secara hiburan maupun sebagai sarana mendidik, mendidik manusia agar dapat bermoral dan menghargai manusia, meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di dalamnya serta dapat menyadarkan manusia untuk meneruskan tradisi luhur bangsa.

 

 

2.1.3 Unsur Pembangun  Novel

Unsur pembangun sebuah novel dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak dipakai dalam mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya (Nurgiyantoro, 2009:23).

Unsur Intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.. Unsur-unsur intrinsik meliputi plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang cerita, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik dalam novel mencangkup biogragi penulis, kisah dibalik layar, situasi dan kondisi, dan nilai-nilai dalam cerita.

2.2 Hakikat Nilai Moral

Menurut Semi dalam Wicaksono (2017:320) bahwa nilai menyangkut masalah bagaimana usaha untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk, serta tentang apa yang diterima dan apa yang ditolak dalam kehidupan.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia (Wiyatmi, 2006:112).

Menurut Bertens (2007: 139-141), nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, dan sesuatu yang disukai dan diinginkan, secara singkat nilai merupakan sesuatu yang baik. Jika kita berbicara tentang nilai, kita maksudkan sesuatu yang berlaku, sesuatu yang memikat atau mengimbau kita. Nilai berperan dalam suasana apresiasi atau penilaian dan akibatnya akan sering dinilai secara berbeda oleh berbagai orang.

Maka, nilai adalah suatu gagasan yang menunjuk pada hal-hal yang dianggap baik, berharga, bermutu, berkualitas, berguna bagi manusia dan tentang baik buruknya perbuatan-perbuatan bagi manusia yang dikehendaki oleh masyarakat dalam kehidupn sehari-hari. Bahkan nilai juga bisa menjadi sesuatu yang menarik dan menjadi cerminan bagi kehidupan dan tatanan masyarakat yang saling membantu untuk membangun keteraturan sosialnya.

Kata moral berasal dari kata “mos” dalam bahasa Lathin, bentuk jamaknya “mores” yang berarti kebiasaan, ajaran, atau adat-istiadat tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan bertindak menjadi manusia yang baik. Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Moral juga mennyangkut aturan kesusilaan yang meliputi semua norma yang menyangkut kelakuan, perbuatan dan tingka laku yang baik. Moral yang terdapat dalam karya sastra dapat memberikan manfaat yang besar dalam pembentukan ahlak dan kata hati agar memiliki kepekaan tarhadap baik buruk, dan membentuk kemauan untuk menolak hal yang buruk dan melakukan hal yang baik (Wicaksono, 2017: 334-1335).

Secara umum moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pengerti dan susila. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran. Dan hal itulah yang ingin disampakanya kepada pebaca (Nurgiantoro, 2009:321).

Jadi dapat disimpulkan bahwa moral berarti ajaran atau adat-istiadat tentang baik buruknya perbuatan, sikap, akhlak, dan tingka laku manusia. Moral dapat menjadi standar perilaku bagaimana manusia hidup dan bertindak menjadi manusia yang baik. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang dapat memberikan manfaat yang besar dalam pembentukan ahlak tentang baik dan buruk.

Nilai moral merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap penting dan bermanfaat untuk manusia dalam pembentukan sikap, ahlak, dan budi pengerti yang mulia. Nilai moral juga merupakan tata nilai baik buruk suatu perbuatan apa yang harus dihindari apa yang harus dikerjakan sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi dan bermanfaat bagi orang tersebut bagi masyarakat lingkungan dan alam sekitar (Wicaksono, 2017:337-338)

Menurut Nurgiyantoro (2009:323) nilai moral adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan baik buruknya perilaku manusia yang berguna bagi kehidupan sosial bermasyarakat yang berhubungan antara persoalan hidup dan kehidupan manusia yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai moral adalah nilai yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap penting yang berkaitan dalam pembentukan sikap, akhlak, dan tingka laku manusia. Nilai moral juga merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan baik buruknya manusia dalam kehidupan sosial bermasyarakat.  Dalam hal ini nilai moral sangat berkaitan antara persoalan hidup dan kehidupan manusia yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam.

2.2.1 Wujud Nilai Moral Dalam Karya Sastra

Nurgiantoro (2009: 321) Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Moral yang disampaikan pengarang kepada pembaca dapat berupa petunjuk yang sengaja diberikan kepada pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan seperti sifat, tingka laku, sopan santun dan sebagainya yang ditampilkan dalam cerita lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.

Nurgiyantoro (2009:323) menyatakan bahwa jenis dan wujud moral itu sendiri dapat menyangkut masalah yang tak terbatas yang mencangkup hidup dan kehidupan harkat dan martabat manusia. Secara garis besar jenis dan wujud nilai moral dalam karya sastra mencakup persoalan hidup dan kehidupan manusia yang dapat dibedakan kedalam persoalan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia sengan diri sendiri. Hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitar.

2.2.1.1 Hubungan Manusia dengan Tuhan

Nurgiyantoro (2009:327) Mengatakan bahwa agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Kehidupan manusia adalah kuasa Tuhan, jadi tidak ada alasan untuk jauh dari campur tangan Tuhan. Pada dasarnya manusia hanyalah harus lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dan mencapai nilai kesempurnaannya. Wujud nilai moral manusia dengan Tuhan antara lain: Pasrah dan menurut kepada Tuhan, Memanjatkan Doa kepada Tuhan, Mengakui kebesaran Tuhan. dan ucapan syukur kepada Tuhan.

 

Wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan Tuhan yaitu

1.      Pasrah dan Menurut Kepada Tuhan (Menerima Kehendak Tuhan)

Pasrah dan menurut pada Tuhan, yaitu sikap mental dan kepatuhan manusia untuk selalu menerima dan menjalankan segala ketentuan yang telah diberikan Tuhan baik berupa larangan maupun perintah Tuhan atas dasar kecintaan seorang hamba kepadanya.

2.      Bersyukur Kepada Tuhan

Bersyukur kepada Tuhan, yaitu sikap manusia dalam mengekspresikan rasa terima kasih atau ucapan syukur kepada Tuhan atas kebaikan yang telah diterimanya baik dalam suka maupun duka. Bersyukur adalah suatu kewajiban yang patut dilakukan bagi umat yang beragama.

3.      Berdoa dan Memohon Pertolongan Tuhan

Berdoa dan memohon pertolongan Tuhan, yaitu sikap manusia yang selalu percaya kepada Tuhan. Kerena hanya Tuhan yang akan selalu mendengar dan mengabulkan segala doa dan permohonan yang disampaikan kepada-Nya dan hanya kepada Tuhan segala permintaan manusia ditunjukan, karena hanya Dia yang akan memberi apa saja yang manusia inginkan.

4.      Mengakui Kebesaran Tuhan

Mengakui kebesaran Tuhan, yaitu sikap manusia yang percaya bahwa Tuhan itu maha besar dan maha berkuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun di alam ini yang luput dari pengetahuan Tuhan.

5.      Perasaan Berdosa Kepada Tuhan

Sikap manusia yang selalu diawasi oleh Tuhan sehingga dalam melakukan sesuatu kesalahan ia akan merasa berdosa kepada Tuhan dan berjanji tidak akan mengulangnya kembali kesalahan-kesalahan serta dosa-dosa yang perna dilakukan secara sadar.

2.2.1.2 Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

Nurgiyantoro (2009: 324) Berpendapat bahwa nilai moral antara hubungan manusia dengan dirinya sendiri meliputi kebutuhan, sifat, tindakan, dan keadaan jiwa manusia yang menyangkut moral yang baik dan yang buruk. misalnya manusia dapat berhubungan dengan masalah-masalah eksistensi diri seperti rasa percaya diri, takut, rindu, kesepian, terombang-ambingan antara beberapa pilihan, berani, putus asa, sadar diri dan lain-lain yang lebih melibat ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu.

Wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan diri sendiri yaitu:

1.      Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri yaitu kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.

 

 

2.      Rasa Takut

Rasa takut yaitu suatu anggapan emosi terhadap ancaman. Takut merupakan suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respon terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya

3.      Rasa Rindu

Rasa rindu, yaitu keinginan yang kuat untuk bertemu seseorang dan sangat ingin dan berharap terhadap sesuatu

4.      Rasa Kesepian

Rasa kesepian, yaitu sikap seseorang merasa bahwa dirinya penuh kesendirian, kehampaan, kesunyian dan kesedihan. Walaupun banyak orang yang ada disekitarnya secara fisik, namun rasa kesepian itu yang paling mendominasi dirinya.

5.      Jujur

Jujur, yaitu kejujuran yang berhubungan dengan ketulusan hati dan keterbukaan. Artinya sikap kita yang selalu terbuka dan berkata jujur kepada diri sendiri dan orang lain.

6.      Sadar Diri

Sadar diri, yaitu keadaan dimana seseorang mengenal dirinya sendiri dan sadar akan situasi dan kondisinya. Kesadaran diri juga mampu membaca situasi sosial dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.

 

7.      Terombang-Ambing

Terombang-ambing, yaitu perasaan seseorang yang bingung atau campur aduk antara beberapa pilihan.

8.      Menerima Kenyataan

Menerima kenyataan, yaitu sikap iklas seseorang dalam menghadapi kenyataan yang menyakitkan atau membahagiakan. Menerima kenyataan juga berarti seseorang mampu menerima kenyataan yang sudah digariskan Tuhan atas kehidupnya dengan iklas.

9.      Kerja Keras

Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.

10.  Berani

Berani, yaitu seseorang  mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya. Tidak takut dalam menghadapi masalah atau bahaya.

11.  Putus Asa

Putus asa, yaitu perasaan seseorang yang ditandai dengan kehilangan harapan dan sikap yang mudah menyerah seseorang dalam menghadapi masalah.

 

 

2.2.1.3 Hubungan Manusia dengan Manusia Lain

Satinem (2019:108-109) mengatakan nilai moral yang berhubungan antara manusia dengan manusia lain merupakan sikap dan perbuatan baik atau buruk seseorang yang berhubungan dengan sesama. Nilai moral yang baik merupakan sikap dan perbuatan baik antar sesama tanpa meminta balasan, benar-benar perbuatan tanpa pambrih. Nilai moral yang buruk merupakan sikap ketidak adilan dan kekerasan antar sesama manusia. Wujud nilai moral antara lain: peduli terhadap sesama, saling membantu tanpa pambrih, mengambil milik orang lain atau mencuri, kekerasan dan penindasan.

Hubungam manusia dengan manusia lain dapat berwujud persahabatan, sikap tolong menolong, menguatkan sesama, memberi semangat, menasehati, sikap kekeluargaan seperti berbakti kepada orang tua, mengambil milik orang lain, penindasan, kekerasan, dan lain-lain yang melibatkan interaksi antarmanusia (Nurgiyantoro, 2009:325).

Wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan manusia lain yaitu:

1.      Persahabatan

Persahabatan, yaitu hubungan yang melibatkan rasa senang, berbicara, bergaul, saling mendukung dan kerja sama dengan orang lain. Hubungan persahabatan biasanya lebih awet.

 

2.      Saling Tolong Menolong Sesama

Tolong menolong, yaitu sikap manusia yang dalam kondisi apapun selalu membela dan menolong sesamanya tanpa melihat status kehidupan dan sebagainya, ia melihat berdasarkan kebenaran dan keadilan yang seharusnya memang harus ditegakan.

3.      Menguatkan Sesama

Menguatkan orang lain, yaitu sikap seseorang dalam mendukung dan menguatkan orang lain agar tetap kuat dan tidak menyerah

4.      Berbakti Kepada Orang Tua

Berbakti kepada orang tua, yaitu tindakan seseorang dalam menaati perinta orang tua, mendoakan orang tua, dan membantu orang tua.

5.      Memberi Semangat

Memberi semangat, yaitu bentuk dorongan dan masukan yang positif seseorang kepada orang lain yang dapat meningkatkan semangatnya atau motivasinya dalam melakukan sesuatu.

6.      Peduli Terhadap Sesama

Peduli terhadap sesama, yaitu sikap seseorang yang mampu memahami kondisi orang lain dan berminat atau tertarik untuk membantu orang lain.

7.      Mengalah

Mengalah, yaitu perbuatan yang dilakukan seseorang yang berjiwah besar, ia cenderung mementingkan kepentingan banyak orang dari pada dirinya sendiri.

8.      Berpikir Positif

Berpikir positif, yaitu sikap manusia yang selalu melihat sikap orang lain dari sisi positifnya. Ia tidak suka melihat atau mencari-cari hal yang buruk dari orang lain atau selalu berburuk sangkap kepada manusia lain

9.      Cinta Kasih Sejatih

Cinta kasih sejatih, yaitu sikap manusia yang mencintai sesamanya bukan karena kedudukanya, status, pendidikan, kekayaan, keturunan, ras, agama, dan sebagainya, tetapi lebih didasarkan pada kenyataan bahwa manusia lain pun  merupakan mahluk Tuhan yang berhak mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang sesamanya.

10.  Membantu yang Lemah Tanpa Pamrih

Membatu yang lemah tanpa pamrih, yaitu  sikap manusia dalam membantu dan menolong sesamanya, terutama mereka yang lemah tanpa mengharapkan imbalan apapun karena baginya menolong sesamanya yang membutuhkan merupakan suatu kewajiban.

11.  Saling Mengenal

Saling mengenal, yaitu manusia diharapkan dapat saling mengenal satu dengan yang lain, sehingga terjalin hubungan baik dalam hidup dan dapat saling membantu karena dalam kenyataanya tidak ada orang yang tidak bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain.

12.  Menganbil Milik Orang Lain

Mengambil milik orang lain atau mencuri, yaitu tindakan yang tidak terpuji dimana seseorang mengambil sesuatu yang bukan miliknya yang merupakan milik orang lain tampan meminta izin.

13.  Kekerasan

Kekerasan, yaitu sikap yang merujuk pada tindakan fisik maupun psikologi yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang baik secara sengaja maupun tidak sengaja berupa serangan, perusakan, dan penghancuran pada orang lain.

14.  Penindasan

Penindasan, yaitu tindakan intimidasi yang dilakukan oleh pihak yang lebih kuat yang dapat berpengaru pada fisik dan psikolog seseorang.

2.2.1.4 Hubungan Manusia dengan Alam

Nurgiyantoro (2009: 325) mengatakan bahwa latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Hubungan manusia dengan alam yakni tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan alam. Semua yang terjadi dengan alam sedikit  banyak adalah berkaitan dengan tingkah laku. Jika manusia dapat hidup selaras dengan alam, maka bukan tidak mungkin kebahagiaan hidup manusia akan terwujud contohnya, memanfaatkan alam sekitar, melestarikan alam, dan memuji keindahan alam. Apabila setiap manusia telah menyadari rasa tanggung jawabnya terhadap alam berarti kelangsungan hidup manusia akan terjaga kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan.

Wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan alam yaitu:

1.      Memuji Keindahan Alam

Memuji keindahan alam, yaitu wujud manusia dalam mengagumi dan mensyukuri lingkungan atau alam sekitarnya yang memberi keindahan dan ketertarikan kepada manusia

2.      Memanfaatkan Lingkungan Untuk Bertahan Hidup

Memanfaatkan lingkungan untuk bertahan hidup, merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam atau lingkungan sekitar yang digunakan dan dimanfaatkan manusia untuk bertahan hidup.

3.      Memanfaatkan Barang Bekas

Memanfaatkan barang bekas, yaitu proses untuk menjadikan barang yang sudah dibuang atau barang bekas menjadi barang baru dan bisa menjadi sesuatu yang berguna.

 

 

2.3 Penelitian Terdahulu

penelitian terdahulu dicantumkan dalam penelitian ini sebagai bentuk perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. Selain itu juga diharapkan dengan penelitian ini dapat di dilihan mengenai perbedaan dan persamaan dari ketiga penelitian terdahu dengan penelitian ini.

Pada penelitian ini digunakan tiga penelitian terdahulu yang sangat bermanfaat bagi peneliti antara lain

1)      Penelitian terdahulu pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti tahun 2005  dengan judul “Citra perempuan dalam novel Hayuri karya Maria Etty”. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan struktur naratif. Tujuan penelitan ini yang pertama untuk mendeskripsikan unsur-unsur naratif dalam novel Hayuri yang terdiri dari alur, penokohan dan latar, yang kedua untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan perwujudan citra perempuan tokoh hayuri dalam aspek fisis, aspek psikis, citra diri, aspek sosial, dan citra tokoh perempua lainnya.

2)      Penelitian terdahulu kedua yang dilakukan oleh Bagas Prasetyo Nugroho pada tahun 2017 yang berjudul “nilai moral dalam novel suminar karya Tiwiek Sa”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur novel suminar dan nilai moral yang terdapat dalam novel seminar. Metode  penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penyajian analisis digunakan metode infolmal. Penelitian ini menganalisis mengunakan unsur intrinsik novel dan nilai-nilai moral dalam novel suminar. Ada lima aspek unsur intrinsik dalam novel suminar karya Tiwiek Sa dan tiga aspek nilai moral yang terdapat dalam novel Tiwiek Sa.

3)      Penelitian terdahulu ketiga dilakukan oleh Elyna di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2013 yang berjudul “analisis nilai moral dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Devonar (pendekatan pragmatik)” penelitian ini mengunakan metode penelitian deskritif kualitatif. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan analisis nilai moral dan pendekatan pragmatik. Penelitian dengan hasil sajian data deskritif berupa tuturan pengarang dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan.  Hasil analisis novel yang dilakukan pada penelitian ini yaitu tuturan pengarang dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan, wujud nilai moral pada novel surat kecil untuk Tuhan, dan Moral tokoh utama dalam novel

     Dari tiga contoh penelitian terdahulu diatas, maka dapat dilihat dari persamaan dan berbedaan tiga penelitian terdahulu dengan penelitia ini. Diantaranya persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengunakan metode kualitatif deskriptif dan pada penelitian terdahulu yang pertama dengan penelitian ini sama-sama menganalisis novel Hayuri karya Maria Etty, sedangkan pada penelitian yang kedua dan yang ketiga sama-sama menganalisis nilai-nilai moral pada novel. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian terdahulu yang pertama mendeskripsikan citra perempuan dalam novel Hayuri, Pada penelitian kedua mendeskripsikan unsur intrinsik novel dan nilai moral, dan Pada penelitian yang ketiga menganalisis nilai moral dengan menggunakan pendekatan pragmatik, sedangkan pada penelitian ini hanya mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam novel Hayuri karya maria Etty.

2.4 Kerangka Berpikir

            Novel merupakan salah satu karya sastra yang  mencerninkan nilai-nilai kehidupa masyarakat di sekitarnya, misalnya nilai moral, nilai agama dan nilai budaya. Nilai moral adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca, baik moral yang baik maupun yang buruk yang menjadi cerminan bagi para penikmatnya.

Novel Hayuri adalah salah satu karya sastra yang banyak terdapat nilai moral. Nilai moral dalam novel Hayuri banyak berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan alam sekitar.

Nilai moral yang disampaikan dalam karya sastra adalah nilai yang dapat mendidik manusia dalam seluruh aspek atau persoalan hidup dan kehidupannya agar manusia dapat mengatur tingkah lakunya untuk menjadi manusia yang baik. Jenis dan wujud nilai moral dalam karya sastra sangat beragam. Hal ini tergantung pada keinginan, keyakinan, dan perhatian pengarangnya sehingga jenis dan wujud nilai-nilai moral tersebut dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan baik moral yang baik maupun moral yang buruk

 

 

Text Box: Novel Hayuri Karya Maria Etty
 

 

 

 


Text Box: Hubungan manusia dengan manusia lain                                     

 

Text Box: Hubungan manusia dengan alam sekitar
 

 

 

 

 


BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1  Rancangan Penelitia

Penelitian ini bertujuan menemukan dan mendeskripsikan wujud nilai moral Dalam novel Hayuri karya Maria Etty. Berdasarkan tujuan tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan dalam kajian ini dijabarkan ke dalam langkah-langkah sesuai dengan tahapan pelaksanaannya, yaitu (1) Tahap penyediaan data, (2)  Tahap analisi data, dan (3) Tahap penyajian hasil analisis data.

            Pendekatan deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah suatu prosedur penelitian dengan hasil sajian data deskriptif berupa tuturan pengarang dalam novel Hayuri. Sudaryanto (1993:62), menyatakan bahwa istilah deskriptif menyarankan kepada suatu penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada  dan juga fenomena  yang memang secara  empiris  hidup di dalam  penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa uraian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret (paparan seperti apa adanya).

         Menurut Endraswara  (2003:5), yang berhubungan dengan kajian karya sastra terbagi lima yaitu sebagai berikut.

1.      Peneliti merupakan instrumen kunci yang akan membaca secara cermat sebuah karya sastra.

2.      Penelitian dilakukan secara  deskriptif.  Artinya, terurai dalam bentuk kata-kata, bukan membentuk angka.

3.      Lebih  mengutamakan   proses   juga  hasil   karena   karya   sastra merupakan fenomena yang banyak mengundang penafsiran.

4.      Analisis  secara  induktif, yaitu menyusun atau membuat gambaran yang makin menjadi jelas  sementara  data dikumpulkan dan bagian-bagianya diuji. Dalam hal ini, peneliti tidak berasumsi bahwa sudah cukup yang diketahui untuk memahami bagian-bagian penting sebelum mengadakan penelitian.

5.      Makna merupakan andalan utama. Artinya, makna pada kata, frasa  atau kalimat yang terdapat dalam kutipan novel (data) menjadi bagian yang paling penting pada penelitian.

Penelitian  ini dikatakan  sebagai  deskriptif  kualitatif  karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif,  misalnya data kualitatif tersebut.

3.2. Data dan Sumber Data

            Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang mengandung nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Hayuri karya Maria Etty. Penelitian ini menggunakan sumber data dari novel Hayuri karya Maria Etty yang diterbitkan oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta pada tahun 2004. Fokus penelitian ini adalah mengenai aspek moral dalam novel tersebut

3.4 Teknik Pengumpulan  Data

            Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga menurut Moleong, (2017: 301) yaitu teknik baca, teknik catat, dan teknik pustaka. Berikut ini adalah penjabaran dari ketiga teknik pengumpulan data  dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

a.       Teknik baca, yaitu peneliti membaca novel Hayuri karya Maria Etty terlebih dahulu. Awalnya peneliti membaca novel secara keseluruhan untuk mengetahui identifikasi secara umum. Setelah itu peneliti membaca secara cermat dan mengumpulkan data yang diinginkan yaitu berupa nilai-nilai moral yang ada dalam novel Hayuri karya Maria Etty.

b.      Teknik catat, yaitu peneliti sebagai instrumen kunci melakukan pencatatan data dengan cara mencatat potongan-potongan kalimat di dalam novel yang mengandung nilai-nilai moral dalam novel Hayuri karya Maria Etty.

c.       Teknik pustaka, yaitu menggunakan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, bahan-bahan tertulis serta referensi yang relevan untuk memperoleh teori dalam mengkaji data yang akan diteliti.

 

 

 

 

3.5 Teknik Analisis Data

            Analisis data dalam penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan untuk mengetahui nilai moral yang terdapat dalam novel Hayuri karya Maria  Etty.  Teknik  analisis  data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  deskriptif kualitatif karena  data memerlukan penjelasan secara deskriptif.

            Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data sebagai berikut. Pertama, membaca isi novel Hayuri karya Maria Etty yang telah diambil sebagai objek penelitian. kemudian membaca dengan cermat dan menginterpretasikan nilai moral dalam novel tersebut. yang  kedua,  adalah  mengelompokan data sesuai dengan kategori  yang ada yaitu berupa jenis-jenis nilai moral untuk memudahkan analisis data selanjutnya. Dan yang ketiga, mencatat dan menganalisis semua data yang telah dikelompokan dan menarik kesimpulan.

3.6  Pengecekkan Keabsahan Data

            Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas intrarater, yaitu dengan cara membaca dan meneliti subjek penelitian berupan novel Hayuri secara berulang-ulang sampai mendapatkan data yang dimaksud berupa nilai moral. Selain itu, digunakan juga validitas interrater, yaitu dengan cara mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat, yang dianggap memiliki kemampuan intelektual dan kapasitas sastra (terutama dalam mengapresiasi) yang cukup bagus.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

4.1 Paparan Data

            Setelah peneliti melakukan pengkajian pada novel Hayuri karya Maria Etty. Peneliti telah mencari data-data yang berkaitan dengan nilai moral pada novel Hayuri dengan cara membaca semua isi novel Hayuri dan dilakukan analisis sehingga mendapatkan hasih penelitian, dan kemudian dilakukan pembahasan. Hasil penelitian di peroleh dari mengkaji novel Hayuri karya Maria Etty yang diterbitkan oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia tahun 2004 di Jakarta. Penelitian ini memperoleh hasil yaitu wujud nilai moral yang terdapat dalam novel Hayuri karya Maria Etty. Hasil penelitian kemudian dipaparkan dan selanjutnya dianalisis pada pembahasan.

            Berdasarkan hasil penelitian, jenis nilai moral yang terkandung dalam novel Hayuri karya Maria Etty mencangkup hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam. Jenis nilai moral tersebut selanjutnya disampaikan melalui wujud moral dalam karya sastra yang disampaikan melalui rangkaian cerita novel Hayuri. Berikut ini penjabaran hasil penelitian dari mengkaji nilai moral pada novel Hayuri.

 

 

4.1.1 Hubungan Manusia Dengan Tuhan

4.1.1.1  Pasrah dan Menerima Kehendak Tuhan

Pasrah dan menerima kehendak Tuhan, yaitu sikap mental dan kepatuhan manusia untuk selalu menerima dan menjalankan segala ketentuan yang telah diberikan Tuhan baik berupa larangan maupun perintah Tuhan atas dasar kecintaan seorang hamba kepadanya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh-tokoh yang pasrah dan ikhlas, yang percaya adanya Tuhan atas segala yang terjadi dalam hidupnya. Berikut ini adalah kutipan novel yang menunjukan nilai moral pasrah dan menerima kehendak Tuhan.

(1)   “Malam Harinya Ia bersujud ke hadirat Sang Empunya Kehidupan. Ia berserah semua ia ikhlaskan dalam penyelenggaraan Ilahi sambil berlinang air mata, ia berdoa hingga muncul kepasrahan yang dalam. Malam itu Rosdiana merasa pasrah dan ikhlas  menyeruak semua yang tak pasti sejatinya tak sendiri. Ada Tuhan yang menuntunku” (Hal.30)

 

(2)   “Buntaran merasakan dalam perjalanan waktu, Tuhan senantiasa mendampinginya. Ia juga merasakannya takkala digelandang dan dimasukan ke dalam penjara secara kasar. Perlahan-lahan ada kepasrahan di hatinya. Tuhan telah mengirimkan kepasrahan itu. Maka, ia tak memberontak pada keadaan. Meski ia tak tau akan bermuara kemana peristiwa ini. Menjadi pasrah memang tak mudah.”  (Hal.100)

 

4.1.1.2  Bersyukur Kepada Tuhan

Bersyukur kepada Tuhan, yaitu sikap manusia dalam mengekspresikan rasa terima kasih atau ucapan syukur kepada Tuhan atas kebaikan yang telah diterimanya baik dalam suka maupun duka. Bersyukur adalah suatu kewajiban yang patut dilakukan bagi umat yang beragama. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh-tokoh yang mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan dalam setiap hidup yang mereka lalui baik dalam suka maupun duka.

(1)   “Rekan-rekan di unit XV bergantian menjaga Buntaran. Mereka membuat bubur dan minuman manis. Tatapan Buntaran hampa, keharuan menyelinap menerima perlakuan  demikian. Tuhan terima kasih dalam kesulitan seperti ini aku masih bisa merasakan kasih-mu, melalui orang-orang yang memperhatikan dan merawatku” (Hal.152)

 

(2)   “Malam itu ketika kesenyapan mengayomi malam, untuk pertama kalinya di penjara ia memadahkan pujian kepada Tuhannya. Sementara diluar sana suasana temaram terasa pekat hanya samar-samar sinar lampu di sudut-sudut pekarangan LP. Burung-burung prenjak di pepohonan masi menyanyikan lagu alam membuat suasana malam itu membersitkan keramahan.

Terima kasih Tuhan, karena masi ada kekuatan yang tersisa dalam hatiku untuk menjalani masa-masa sulit ini. Biarlah engkau tambahkan kekuatan untukku karena Engkaulah Sang Kekuatan yang menegarkan kerapuhanku” (Hal.215)

 

(3)   “Ia menghambur bahagia takala ada optional tour bagi para peserta Gunung Titlis. Begitu ia menaiki cablecar yang hendak mencapai gunung berlapis salju itu, ia merasa dirinya kecil ia tak kuasa menahan haru bisa menggapai tempat itu.

Tuhan, terima kasih, aku bekas narapidana, anak seorang PKI bisa sampai ke sini. seketika ia tergila-gila pada Swiss. Negeri impian yang menjadi negeri kenyataan” (Hal.319)

 

4.1.1.3  Berdoa dan Memohon Pertolongan Tuhan

Berdoa dan memohon pertolongan Tuhan, yaitu sikap manusia yang selalu percaya kepada Tuhan. Kerena hanya Tuhan yang akan selalu mendengar dan mengabulkan segala doa dan permohonan yang disampaikan kepada-Nya dan hanya kepada Tuhan segala permintaan manusia ditunjukan, karena hanya Dia yang akan memberi apa saja yang manusia inginkan. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang selalu berdoa dan memohon pertolongan Tuhan yang percaya hidup mereka kedalam tangan Tuhan.

(1)   “Rosdiana tercenung menatap kejadian itu. Hatinya meronta namun tubuhnya terpaku. Apalagi ketika ia melihat beberapa di antara mereka mencoret-coret tembok rumahnya dengan cat merah. Ada apa? Tanyanya berulang pada dirinya. Ia sempat melihat pembantunya terdiam di sudut dapur. Rosdiana tak perna mempi apapun selama sepekan ini, taka da firasat sama sekali kalau akan mengalami peristiwa ini. Rosdiana hanya menggumamkan asma Tuhan, momohan pertolongan Tuhan” (Hal.24)

 

(2)   “Cemas membangunkan Buntaran malam itu ia tak nyenyak. Tiba-tiba saja pikiranya tak enak seperti akan terjadi sesuatu dalam hidupnya. Dan itu membebani tidurnya hingga ia tergaja. Lalu, ia mengatupkan tangannya, berdoa. Memohon kepasrahan jiwa. Kalaupun harus terjadi peristiwa yang menyakitkan lagi, ia masi berharap mampu menghadapinya. Tuhan, berilah aku kekuatan. Jiwaku begini gelisa. Tiba-tiba saja, cemas menggelayuti batinku. Semoga aku mampu menghadapi esok, segetir apa pun kenyataanya” (Hal.147-148)

 

4.1.1.4  Mengakui Kebesaran Tuhan

Mengakui kebesaran Tuhan, yaitu sikap manusia yang percaya bahwa Tuhan itu maha besar dan maha berkuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun di alam ini yang luput dari pengetahuan Tuhan. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh-tokoh yang mengakui kebesaran Tuhan dalam setiap hal yang terjadi dalam kehidupan mereka.

(1)   Perjumpaan itu merupakan rahmat luar biasa. Wajah itu berseri-seri senyum terus mengulas di bibirnya, binar-binar bahagia terpancar hari itu. Setelah sekian lama berpisah, mereka bertemu lagi. Kendati pertemuan itu hanya berlangsung sekitar setengah jam. Namun, waktu yang sangat singkat itu penuh makna.

Aduh Yuri sudah besar yah, ucap Buntaran sambil memeluk si kecil. Sementara matanya terus memandangi istrinya seakan ruang dan waktu tak mampu melampiaskan rasa rindunya.

Bapak sehat kan?

Ini rahmat Tuhan bu. Bagaimana dengan jahitanmu?

Rahmat Tuhan juga pak, selalu ada yang datang” (Hal. 104)

 

(2)   “Pagi itu Hayuri menyiangi tanaman di pekarangan LP. Segerombolan semak-semak itu tumbuh subur. Ia menyabutinya perlahan, satu persatu. Semak-semak itu tak pernah dikehendaki hadir, namun tumbuh subur. mereka dianggap merusak pemandangan tapi, bila diperhatikan lebih jeli mereka tetap membawah keindahan. Sekecil apapun rasanya Tuhan tak perna menciptakan sesuatu di muka bumi tanpa maksud” (Hal.216)

 

(3)   “Hatinya sungguh bersorak. Ia mau memuji kebaikan Tuhan yang telah memberinya bonus bisa pergi ketempat seindah itu. Meski ia juga menyadari bagi orang berpunya mungkin perasaan ini norak.

Ton, aku senang banget deh bisa kesini

Bagus banget yah Tonny menimpali

Seperti mimpi bertualang ke surga dunia.” (Hal. 320)

 

4.1.2  Hubungam Manusia Dengan Diri Sendiri

4.1.2.1  Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri merupakan salah satu nilai yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi yang tangguh yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang percaya diri dan memberi keyakinan yang kuat pada dirinya sendiri bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar.

(1)   “Lewat perenungannya, Hayuri yakin tak mungkin ayahnya seorang komunis ia pasti terseret oleh arus lingkungannya karena ketaksukaanya pada paham kapitalis yang mendewa-dewakan materi” (Hal. 12)

 

(2)   “Rosdiana pun terus memacu semangatnya untuk terus menjahit. Perempuan ini yakin di dalam kepedihan toh selalu ada rahmat. Dan ia melihat betapa pesanan-pesanan jahitan mengalir langganannya dari waktu ke waktu selalu datang” (Hal. 61)

 

4.1.2.2  Rasa Takut

Rasa takut yaitu suatu anggapan emosi terhadap ancaman. Takut merupakan sesuatu hal yang mengganggu pertahanan hidup seseorang seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang merasa takut pada ancaman kekerasan.

(1)   Ada apa? Ia memekik. Wajahnya mendadak pucat melihat puluhan orang segerah mengobrak-abrik rumahnya. Orang-orang itu bersepatu lars, berseragam loreng-loreng. Seketika ia menyadari orang-orang itu hendak mencari suaminya beserta dokumen-dokumen miliknya.

Secara refleks wanita berwajah lembut itu menarik napasnya dalam-dalam berkali-kali. Cara itu sedikit meredahkan ketegangannya yang tiba-tiba menyesakkan dada. Tenggorokanya seperti tercekal ada rasa takut yang seketika menerpanya” (Hal. 23)

 

4.1.2.3  Rasa Rindu

Rasa rindu yaitu keinginan yang kuat untuk bertemu seseorang dan sangat ingin dan berharap terhadap sesuatu. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang merasa rindu yang terus bergejolak dalam dirinya dan sangat ingin bertemu seseorang.

(1)   Yuri, Papak sudah pergi. Satu hari Bapak akan kembali. Sekuat hati ia menahan tangisnya. ia tak mau anaknya melihat dirinya berurai air mata. Biarlah kepedihan ini menjadi miliknya saja. Bukan anaknya.

Selama setahun Rosdiana menanggung rindu pada Buntaran. Selama itu ia tak tahu keadaan suaminya tetapi, bayangan lelaki itu tak perna jauh dari benaknya” (Hal.59)

 

(2)   “Ketika rindunya pada Buntaran memuncak, ia justru bekerja lebih keras. Sebuah kompensasi positif yang bisa ia lakukan takkala batinnya menggulana. Dalam hati, kerap ia berbisik, semua ini aku lakukan untukmu, Bun” (Hal. 62)

 

(3)   “Ketika hendak memejamkan mata, buntaran menatap tembok sel yang berada didepannya. Terbayang wajah istri dan anaknya ia seperti menyaksikan sebuah kilas balik dai perjalanan hidupnya. Tiba-tiba terbayang tatapan Rosdiana yang selalu memandangnya dengan binar ketulusan. Ketulusan hati seorang perempuan yang tak menuntut banyak, selain ingin dicintai dengan sepenuh hati. Mata indah itu tiba-tiba seperti ada di dekatnya, mata yang seolah mengundang Buntaran untuk melanjutkan pada sebuah kebersamaan lalu, desahan napasnya membuat tubuh mereka saling menggelinjang. Rasa rindu itu muncul menyeruak ke sudut-sudut hatinya yang paling dalam tiba-tiba terasa begitu menyesakkan. Rindu itu juga memunculkan rasa peri karna tak terwujudkan” (Hal. 96-97)

 

(4)   “Seketika pula ia girang, cukup lama ia tak berjupa dengan istri dan anaknya. Berita itu seperti berita menang lotre membuat perasaannya tak hanya bersenandung tetapi bersok sorai. Meski pertemuan itu hanya singkat tetapi akan sangat berarti untuk melepaskan rindu. rindu itu sudah setinggi gunung. gunung kegalauan” (Hal. 102)

 

4.1.2.4  Rasa Kesapian

Rasa kesepian yaitu sikap seseorang yang merasa bahwa dirinya penuh kesendirian, kehampaan, kesunyian dan kesedihan. Walaupun banyak orang yang ada disekitarnya secara fisik, namun rasa kesepian itu yang paling mendominasi dirinya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang merasa kesepian.

(1)   “Bisu. Buntaran membisu di sepanjang perjalanan. Perbincangan hanya terjadi dengan dirinya sendiri. Pikiranya melayang kemana-mana, bertualang menghadirkan aneka gejolak” (Hal. 141)

 

 

 

 

 

4.1.2.5  Sadar Diri

Sadar diri yaitu keadaan dimana seseorang mengenal dirinya sendiri dan sadar akan situasi dan kondisinya. Kesadaran diri juga mampu membaca situasi sosial dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang sadar diri akan kondisi dan keadaan yang di alaminya baik suka dan duka.

(1)   “Hayuri terpanah menatap apa yang terbentang di hadapannya. Sebuah bangunan megah. Pilar-pilar di depan rumah itu mengingatkannya pada rumah bangsawan-bangsawan di Eropa. Ia tersadar selama ini ia belum mengenal Russel yang sebenarnya. Belum sekalipun Russel mengajaknya kerumahnya. Memperkenalkanya pada orang tuanya Tapi, kini sedikit demi sedikit tentang lelaki itu mulai terkuak.

Ada jarak sosial yang demikian menganga antara dirinya dengan Rusel. Bisahka ia mengikuti irama kehidupan lelaki yang dibesarkan dalam keluarga aristrokrat itu? Sementara dirinya adalah gambaran tentang kesederhanaan dengan cacat cela yang tak sengaja ditolehkan oleh sang ayah anak tapol PKI” (Hal. 14-15)

 

4.1.2.6  Terombang Ambing

Terombang-ambing, yaitu perasaan seseorang yang bingung atau campur aduk antara beberapa pilihan. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang terombang-ambing antara beberapa pilihan.

(1)   “Hayuri menahan napasnya sesaat, takala Russel meminta izin duduk di sampingnya. Sesaat perasaan Hayuri tak karuan. Senang karena Russel berada di dekatnya, tetapi juga binggung mengatasi salah tingkahnya.” (Hal.3)

 

(2)   “Buntaran tak mengerti nasib telah membawahnya begitu jauh tersudut. Tak Cuma stigma yang melekat kuat pada kedirianya sebagai tapol PKI mengapa ia harus terenggut dari semua yang ia cintai.

Sambil sesekali mengelus-elus kepala Tom Dooley, perasaanya bergumul kadang amaranya meletup-letup tak tersalur, kadang ia tak berdaya hanya menyerah pada kenyataan, kadang ia terbelenggu, kadang ia tak peduli. Ritme emosi itu naik turun” (Hal. 75)

 

(3)   “Kalau saja disuruh memilih antara rapat dan tinggal di rumah buntaran bingung. Sebenarnya bagi buntaran keduanya sama-sama penting, sama-sama menunjukan eksistensi, sama-sama mengembang tanggung jawab. keduanya berkaitan, tugas bisa menyejahterakan keluarga dan keluarga bisa mendukung tugas” (Hal. 87)

 

4.1.2.7  Menerima Kenyataan

Menerima kenyataan, yaitu sikap iklas seseorang dalam menghadapi kenyataan yang menyakitkan atau membahagiakan. Menerima kenyataan juga berarti seseorang mampu menerima kenyataan yang sudah digariskan Tuhan atas kehidupanya dengan ikhlas. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang menerima kenyataan dalam kehidupanya baik yang menyakitkan maupun mebahagiakan.

(1)   “Masa anak-anak yang sepi harus ia lewati tanpa pernah protes. Ia sering mendengarkan cerita teman-temannya yang belibur kemana-mana. Tapi, ia tak sampai hati meminta ibunya untuk mengisi liburan ketempat-tempat wisata. Ia tahu diri, ia anak siapa dan itu cukup menjadi bekal untuk menerima kenyataan hidup” (Hal. 4)

 

(2)   “Buntaran mencoba berdamai dengan keadaanya. Ia harus bisa menerima kenyataan  sebentar lagi ia harus pergi dari tempat itu pergi untuk tak kembali, mungkin. Jenjang karier yang pernah ia rintis kandas dalam sekejap. Ia berdesis perlahan siapa yang tahu hari esok. Sepekan yang lalu ia masih akrab dengan ruaangan ini. Tapi, malam ini rasa asing menghinggap batinya. Ruangan itu seperti bukang ruangannya sendiri. Ia sadar, dalam waktu dekat ruangan ini berganti penghuni.” (Hal. 90)

 

(3)   “Segala informasi  di dunia luar tak perna sampai de dalam selnya. Dunianya jadi teramat sempit. Hanya sekitar empat kali tiga meter saja. Kalaupun menjadi lebih luas, hanya ketika ia bisa berjumpa dengan para tahanan lainya. Pada kesempatan itu, ia bisa bercakap-cakap dengan sesama manusia. Kendatipun itu tak lepas dari pengawasan petugas di sana. Dan semua itu harus ia terima dengan lapang dada. Berkali-kali ia meredam letupan-letupan emosi di batinnya. Banyak kali ia tak mampu darah mudanya masih teramat kental mengaliri tubuhnya” (Hal. 93)

 

4.1.2.8  Kerja Keras

Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas sebaik-baiknya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang bekerja keras dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

(1)   “Aku memang lebih dulu menyelesaikan skripsi di bandingkan mereka. Materi penulisanku terasa menggairahkan. Pembaruan seperti melekat dalam sukmaku, menempel dalam tekadku, aku beroleh daya dorong mengerjakannya sekuat mesin jet. Keteguhan dan semangat kunci utamaku” (Hal. 261)

 

4.1.2.9  Berani

Berani, yaitu seseorang  mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya. Tidak takut dalam menghadapi masalah atau bahaya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang berani dalam menghadap situasi yang mencekam.

(1)   “Mereka hanya berani dengan perempuan. Perilaku itu menunjukan kedangkalan otak mereka. Seandainya mereka berpikir sedikit mendalam. Jika saja Ibunya, adik perempuanya atau istrinya yang diperlakukan demikian apakah mereka rela? Perempuan di hadapan mereka tak menanggung kesalahan apapun. Mengapa perlakuan kasar harus ditimpakan kepadanya.

Saya tidak tahu di mana suami saya sekarang berada jawab Rosdiana tegas. Ia sedang mengerahkan seluruh keberaniannya menghadapi manusia-manusia di hadapannya” (Hal. 32)

 

(2)    Mereka menyuarakan jeritan hati pak

Polisi itu menengok selintas, matanya melotot. Hayuri tak kalah berang, bola matanya spontan melotot pula. Keberanian itu ibarat mata pisau, setiap kali ia asah semakin lama semakin tajam. Ia begitu berani menghadapi segala resiko” (Hal. 203)

 

4.1.2.10    Putus Asa

            Putus asa yaitu perasaan seseorang yang ditandai dengan kehilangan harapan dan sikap yang mudah menyerah seseorang dalam menghadapi masalah. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh yang putus asa dalam dalam hidupnya.

(1)   “Rosdiana kini merasakan pernikahannya ibarat perjudian. Taka ada yang tahu pasti akan berarah kemana. Takala mereka bersading bahagia di pelamina dan saling berikrar setia. yang ada hanyalah harapan akan meraih kebahagiaan. Jalan yang membentang dalam perkawinan tak semulus. Kerap jalan itu sungguh terjal  dan berliku.

Kini ia seperti kalah dalam perjudian. Tak sekadar kalah recehan, tapi babak belur habis-habisan. Sekujur batinnya penat memikirkan masa depan membuat otot-otot dan sendi-sendi tubuhnya luglai. Ia masi belum tahu hendak berbuat apa. Ia merasa kecil, sendiri dan tanpa arah” (Hal. 30)

 

4.1.3  Hubungam Manusia Dengan Manusia Lain

4.1.3.1  Persahabatan

Persahabatan yaitu hubungan yang melibatkan rasa senang, berbicara, bergaul, saling mendukung dan kerja sama dengan orang lain. Hubungan persahabatan  biasanya lebih awet. Dalam novel Hayuri ditunjukan persahabatan sejati yang selalu ada dalam suka maupun duka.

(1)   “Begitu tiba tapol-tapol itu dikelompokan kedalam unit-unit. Mereka harus mencari nama mereka satu persatu. Tentara-tentara itu mengklasifikasikan mereka berdasarkan nomor foto. Buntaran sudah mendapatkan nomor fotonya 3232. Ia segerah tahu bahwa ia akan menjadi penghuni unit XIV Tefaat Buru. Tersoak-soak ia berjalan mencari kawanannya. Tapol-tapol yang akan bersamanya menjadi penghuni unit XIV.

Siap Bun? Sapa Syam

Mau apa lagi

Seketika ia meresa senang menyadari Syam menjadi rekan seunit. Teman baik di kala kita senang mudah diperoleh tetapi teman sejati adalah teman yang kita peroleh justru di kala kita susah. Terima kasih Syam atas perhatianmu selama ini” (Hal.120)

 

(2)    “Nilai lain yang dirasakan adalah persahabatan. Persahabatan di kala susah berbeda dengan persahabatan di kala suka. Persahabatan akan terasa lebih kental tekala manusia sedang kesusahan. Nuansa ini yang dirasakan selama mereka jaun dari keluarga. Ketika merenungi kembali keakrabannya dengan sohib-sohibnya Syam, Rundy dan Djong lee, ia tersentak. Ternyata di belantara penderitaan ia masi merasakan keakraban” (Hal. 134-135)

 

(3)   Selamat jalan Bun, Syam dan Rudy mengucapkan selamat berbarengan. Hati-hati. lanjut yang lain.

Terima kasih, Buntaran menyalami mereka satu per satu, lalu memeluknya erat. Sebelum melangkah pergi matanya kembali menatap mereka dalam-dalam. Ia kian mengerti persahabaran. Mereka telah memotong separuh kepedihnya hingga ia dapat menjalin hidup dipembuangan” (Hal.138-139)

 

4.1.3.2  Saling Tolong Menolong

Tolong menolong yaitu sikap manusia yang dalam kondisi apapun selalu membela dan menolong sesamanya tanpa melihat status kehidupan dan sebagainya, ia melihat berdasarkan kebenaran dan keadilan yang seharusnya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang saling tolong menolong antar sesama yang kesusahan.

(1)   “Pada siapa saya bisa menitipkan surat ya? Buntaran menanyakan kepada Syamsuddin penghuni sel sebelah.

Berikan saja pada Sirait, penanggung jawab dapur ia baik dan mau menolong oroang-orang seperti kita. Perasaan Buntaran melonjak. Ia girang. Surat itu bisa terkirim. Seusai makan Buntaran mendekati Sirait. Tanpa basa-basi ia langsung mengutarakan keinginannya pada pria berwaja tenang itu dan seperti kata Syam, Sirait bersedia menolongan. Tanpa pambrih sebab Buntaran tak mungkin memberinya apa-apa apalagi uang . Sirait sangan memahami keadaan orang seperti buntaran. Ia mau menolong karena rasa kemanunnusiaannya. Ia kerap tak tega kepada orang-orang seperti buntaran” (Hal. 95-96)

 

(2)   Pak  Sirait, tolong sampaikan surat saya pada istri.

Tenang pak. Tentu akan saya sampaikan

Sosok ini berhati emas. Ia tulus hati dan selalu menolong tanpa pambrih. Klasifikasi manusia langka di era yang semakin materialistis ini. Lau, sekali lagi Buntaran menulis surat untuk Rosdiana” (Hal. 102)

 

4.1.3.3  Menguatkan Sesama

Menguatkan sesama yaitu sikap seseorang dalam mendukung, memberi semangat dan menguatkan orang lain agar tetap kuat dan tidak menyerah. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang saling menguatkan dan saling memberi semangat agar tidak putus asa.

(1)   “Waktu menjenguk sangat singkat, hanya setengah jam saja. Tentu waktu itu tak cukup untuk menumpahkan segala kerinduan. Tapi, Rosdiana suda bersyukur Buntaran masih hidup. Ia tidak mati seperti yang dikhawatirkanya. Sebelum menatap suaminya masuk ruangan, Rosdiana memberikan rendang masakanya. Lalu, ia kecup pipi Buntaran.

Tabah yah pak  ujarnya dengan tatapan sayu

Ia berusaha memberikan senyuman semanis mungkin untuk Buntaran. Senyuman itu semoga bisa menguatkan hati Buntaran” (Hal.41-42)

 

(2)    “Hari itu Ketika ia dan Hayuri menyenguk Buntaran. Tak terelakan berita buruk itu ia dengar juga. Buntaran pucat ia seperti kehilangan tenaga. Tatapan matanya kosong, bicaranya lirih nyaris tak terdengar. Bu sabar yah, Ibu harus kuat tandas Buntaran perlahan. Bapak harus kuar yah, banyak berdoa. ujarnya tiba-tiba” (Hal. 52-53)

 

(3)   “Tabah Wen, kamu kan punya anak yang harus diurus.

Pikiranku buntu mbak.

Sabar, perlahan-lahan pikiranmu akan jerni lagi. Ingat anakmu Wen.

Perbendaharaan kata hayuri untuk menghibur Wenny seolah habis. Seketika perempuan malang itu harus mandiri jiwa raga. Hayuri menyadari, selalu ada konflik antara ketergantungan dan kemandirian dalam diri seorang perempuan. Pertentangan ini harus diatasi. Wen, kamu harus segera bekerja supaya tak larut dalam kesedihan” (Hal 311)

 

4.1.3.4  Berbakti Kepada Orang Tua

Berbakti kepada orang tua yaitu tindakan seseorang dalam menaati perinta orang tua. mendengarkan nasehat, mendoakan dan membantu orang tua. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang berbakti kepada orang tua dengan mendengarkan nasehat orang tua dan membatu orang tuanya.

(1)   “Berkali-kali ia mendengar nasehat ibunya jalani hidup ini seperti air mengalir. Perempuan yang ia kagumi itu amat kaya dengan pengalaman getir. Ia unggul menunjukan ketegarannya yang laksana batu karang, terus diempas ombak dan badai kehidupan. Hayuri ingin menjalani hidupanya seperti itu kesusahan sehari cukuplah sahari” (Hal. 16)

 

(2)    “Hayuri ikut mengambil buku-buku yang sebagian rusak karena disobek paksa. Berbeda denga ibunya yang muram, Hayuri justru senang bisa mebantu ibunya. Bu Yuri bantu yah, pintanya manja. Rosdiana hanya menganggukkan batang lehernya” (Hal. 28)

 

4.1.3.5  Memberi Semangat

Memberi semangat yaitu bentuk dorongan dan masukan yang positif seseorang kepada orang lain yang dapat meningkatkan semangatnya atau motivasinya dalam melakukan sesuatu. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang memberi semangat kepada sesama atas masalah yang sedang menimpahnya.

 

(1)   Mungkin Mbak bisa menerima jahitan, saran adiknya, Harry

Sudah lama aku tak lagi menjahit, Rosdiana mengungkapkan keraguannya.

Tak usah khawatir Mbak, nanti aku cariakan order, Harry memberi semangat. Rosdiana menangkap tawaran itu sebagai peluang. Celah itu begitu kecil dan miris pada kemampuannya sendiri. Tapi, ia percaya sekecil apapun celah, peluang itu harus ia tangkap segerah. Hayuri butuh makan, butuh susu, dan sebentar lagi butuh biaya pendidikan. ” (Hal.35)

 

4.1.3.6  Peduli Terhadap Sesama

Peduli terhadap sesama yaitu sikap seseorang yang mampu memahami kondisi orang lain dan berminat atau tertarik untuk membantu mereka. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang peduli terhadap sesama terutama terhadap kaum yang lemah dan tertindas.

(1)   “Mereka adalah kelompok yang harus berjuang sangat keras mencari penghidupan pikirannya menerawang. Tragisnya kaum buruh juga terasing dengan sesamanya karena persaingan. Mereka bersaing satu sama lain merebut tempat kerja. Hal itu yang berarti sebagai manusia mereka telah kehilangan cirinya yang bebas, universal, dan sosial.

Buruh menjadi sempit, bekerja paksa dan memandang sesama manusia sebagai saingannya semata. Begitu kesimpulan yang ditulis Hayuri dalam notesnya. Pagi itu tiba-tiba perasaan Hayuri mulai berpihak. Sama sekali bukan bersimpati pada paham Marx. Tetapi, hari itu mulai tumbuh benih-benih simpati pada kaum terpinggirkan tersebut Kaum buruh” (Hal. 10)

 

(2)    Mata Bun agak kuning, lanjutnya serius.

Namun keterbatasan sarana membuat Herisusanto tak bisa berbuat banyak. Ia berusaha menyampaikan kondisi Buntaran pada komandan unit. Tapi, tak banyak yang bisa merekaka upayakan. Sementara Harisusanto mencoba membuatkan minuman temulawak sebagai obat tradisional penyembuhan sakit liver. Yang terjadi patut disayangkan, hari kehari kondisi buntaran memburuk. Karena daya tahan tubuhnya lemah, ia juga terserang malaria.

Rekan-rekan di Unit XV bergantian menjaga Buntaran. Mereka membuat bubur dan minuman manis. Tatapan mata Buntaran hampa keharuan menyelinap menerima perlakuan demikian. (Hal. 152)

 

(3)    “Russel menahan napasnya selama kakinya melangkah di situ. sesekali ia menghirup udara. Bau busuk menusuk hingga ke dasar paru-parunya. Nuraninya telah mendorongnya mencari Heri. Dari pada merayakan pesta perpisahan dengan teman-temanya, ia merasa lebih baik melanjutkan bincang-bincang dengan lelaki sederhana itu. Dari pada dana di koceknya keluar untuk hura-hura, lebih baik diberikan untuk Hery bisa buat modal pemuda itu menaikkan sedikit saja tarif hidupnya” (Hal. 274-275)

 

4.1.3.7  Mengalah

Mengalah yaitu perbuatan yang dilakukan seseorang yang berjiwah besar, ia cenderung mementingkan kepentingan orang lain dari pada dirinya sendiri. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang mengalah kepada kekasihnya.

(1)   “Kalau kamu segan, tunggu aku di kantin deh. Jawab Hayuri, sementara kakinya terus melangkah menuju perpustakaan. Sesekali Russel ngambek, ketika tak ada kata sepakat. Namun, Russel cenderung mengalah, kasihnya semakin dalam. Ada saatnya ia tak kuasa menolak kemauan Hayuri ketika hayuri mengisi waktu luang mereka dengan membaca di perpustakaan.” (Hal. 11)

 

4.1.3.8  Berpikir Positif

Berpikir positif yaitu sikap manusia yang selalu melihat sikap orang lain dari sisi positifnya. Ia tidak suka berpikiran buruk pada satu hal atau selalu berburuk sangkap kepada manusia lain. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang berpikir positif dalam dalam menanggapi suatu hal.

(1)   “Meski perasaan indah itu ternyata tak sedikit pun melunturkan semangatnya untuk terus serius mempelajari ilmu politik. Walaupun ibunya sering mendengung-dengungkam kalimat politik itu kotor pasalnya, dunia itulah yang telah melebamkan kehidupan keluarganya. Sang ayah terpuruk, bahkan terjerembap di dalamnya. Tapi, Hayuri ternyata punya pikiran lain. Kata-kata sang ibu itu justru memicunya untuk belajar politik. Bukan untuk terjun kedalamnya, namun untuk memahamiya sebagai ilmu. Hayuri yakin dunia itu akan memperluas wawasanya. Ia ingin memahami mengapa ayahnya memilih terlibat di dalamnya” (Hal. 7)

 

4.1.3.9  Cinta Kasih Sejati

Cinta kasih sejatih yaitu sikap manusia yang mencintai sesamanya bukan karena kedudukanya, status, pendidikan, kekayaan, keturunan, ras, agama, dan sebagainya, tetapi lebih didasarkan pada kenyataan bahwa manusia lain pun  merupakan mahluk Tuhan yang berhak mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang sesamanya. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang menunjukan cinta kasih yang tulus dengan perhatian-perhatian kecil.

(1)   “Hari masih pagi ketika Hayuri tiba di kampus. Ia bisa datang lebih pagi karena Russel menjemputnya. Lelaki berambut panjang itu semakin sering menjemputnya. Hayuri tak menampik ajakan lelaki itu. Bahkan, ia mensyukurinya. Inilah kali pertama ia merasakan indahnya kasmaran. Hal yang sebelumnya tak berani ia bayangkan. Hidupnya seketika jadi penuh warna” (Hal. 6)

4.1.3.10  Membantu Orang Yang Lemah

Membatu orang yang lemah tanpa pamrih yaitu sikap manusia dalam membantu dan menolong sesamanya, terutama mereka yang lemah tanpa mengharapkan imbalan apapun karena baginya menolong sesamanya yang membutuhkan merupakan suatu kewajiban. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang membantu sesama yang lemah tanpa meminta imbalan apapun.

(1)    “Karena jahitanya makin banyak, Rosdiana mempekerjakan rekan-rekannya dari memasang kancing, mengobras, hingga melipit baju. Ia senang bisa menjadi salurang berkat. Memberi dari kekurangannya. Rosdiana memperoleh talenta menjahit dari Sang Empunya kehidupan dan ia mengasah talenta itu. Ibarat bekal dua keeping emas dari sang majikan, ia telah mengembangkannya menjadi beberapa keeping emas. Karena usaha dan kerja kerasnya. Kini ia ikhlas membagikan kepingan emas di kantongnya kepada sesama. Ia percaya pintu rezeki akan terkuak bila ia bermurah hati kepada orang lain. Selain itu, ada sebercak kepuasan saat ia membantu sesama yang menderita ia merasakan berkat langsung yang diterimanya dari perbuatanya adalah menjalin persaudaraan dengan teman-temannya” (Hal. 48)

 

(2)   “Mas, terima kasih yah sudah mentraktir saya

Sama-sama

Jangan kapok yah, Mas

Nanti aku pasti akan mencarimu lagi. Mungkin saat aku liburan

Russel memindahkan sejumlah uang dari kantongnya ke kantong Heri. Pemuda itu menerimanya kegirangan. Wajahnya seketika berseri-seri, matanya berbinar-binar senang.

Terima kasih banyak, Mas

Semoga bisa kau gunakan untuk modal jadi lapak” (Hal. 282)

4.1.3.11  Saling Mengenal

Saling mengenal yaitu manusia diharapkan dapat saling mengenal satu dengan yang lain, sehingga terjalin hubungan baik dalam hidup dan dapat saling membantu karena dalam kenyataanya tidak ada orang yang tidak bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang saling mengenal antar sesama dan terjalin hubungan yang baik

(1)    “Pertemuan-pertemuan itu telah membangunkan keakraban dengan sekelompok ibu. Di situ Rosdiana merasa leluasa ia bisa tertawa lepas, sharing habis-habisan sambil berurai air mata, yang membahagiakan ia bisa berbagi kemampuan menjahit.” (Hal 48)

 

 

 

 

 

4.1.3.12  Mencuri

Mencuri atau mengambil milik orang lain, yaitu tindakan yang tidak terpuji dimana seseorang mengambil sesuatu yang bukan miliknya yang merupakan milik orang lain tampan meminta izin. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada tokoh yang mengambil milik orang lain dengan paksa.

(1)   “Rosdiana melihat buku-buku milik suaminya berserahkan, bahkan ada yang dirobek-robek oleh mereka. Tiba-tiba Rosdiana mendengar suara seruling. Ia mendapati salah satu dari tentara itu sedang meniup seruling milik Buntaran. Perasaanya sungguh tak rela, tapi mau apa. Apalagi ketika ia melihat tentara itu memasukkan seruling itu kedalam saku kemejanya. Seruling itu bermakna bagi Buntaran. Bukan karna harganya, manun seruling itu pemberian dari ayah mertuanya yang telah tiada. Buntaran sering memainkanya di malam-malam panjang. Ia tahu betapa Buntaran akan kehilangan benda itu.” (Hal. 25)

 

(2)    Saya tidak menyembunyikan Buntaran. Ia memang tidak ada di rumah ini. Ucapnya sini. Namun suara perempuan malang ini serasa tak terdengar oleh  para serdadu itu. Dengan seenaknya mereka mengobrak-abrik perabotan Rosdiana. Tak segan-segan mereka menjarah barang-barang yang mereka sukai. Bukankah namanya merampok, mereka yang mengambil dengan paksa harta milik orang lain?” (Hal.32)

 

4.1.3.13    Kekerasan

Kekerasan yaitu sikap yang merujuk pada tindakan fisik maupun psikologi yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang baik secara sengaja maupun tidak sengaja berupa serangan, perusakan, dan penghancuran pada orang lain. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh-tokoh yang mengalami kekerasan sacara fisik maupun mental.

 

(1)   “Di pulau ini para tahanan tersebut melakukan pekerjaan paksa. Banyak di antara mereka mengalami penyiksaan dan penganiayaan, bahkan pembunuhan” (Hal. 73)

 

(2)   “Pergumulan dahsyat dialami Buntaran di dalam sel. Ia harus menjalani proses verbal. Berkali-kali tubuhnya dipukuli tentara. Ditendang, dilempar, bahkan disetrum. Tubuh itu lebam-lebam. Demi menjawab pertanyaan para interogator.  Buntaran tahu ini pelanggaran atas kemanusiaan. Tapi, mana mungkin ia berteriak. Perlawanan hanya akan membuat tubuhnya jadi santapan ramai-ramai. Kebengisan dan kebuasan manusia atas manusia ia rasakan” (Hal. 94)

 

4.1.3.14    Penindasan

Penindasan yaitu tindakan intimidasi yang dilakukan oleh pihak yang lebih kuat dan berkuasa yang dapat berpengaru pada fisik dan psikolog seseorang. Dalam novel Hayuri ditunjukan pada Tokoh mengalami penindasan dari pihak-pihak yang berkuasa.

(1)   “Adolfo mau mengakui. Banyak warga sipil Argentina diculik dan di tangkap. Lalu, malam hari mereka diterbangkan dengan pesawat angkut militer ke atas laut Atlantik. Mereka dibuang hidup-hidup di perairan yang penuh ikan hiu itu. Cara ini tidak meninggalkan bekas sama sekali. tapi, bagaimanapun kenyataan ini terkuak karena sebuah pengakuan. Namun, mungkin hal seperti itu dilakukan oleh perwira di negeri ini. Nyatanya mati dimakan hiu mungkin lebih baik dari pada harus merasakan nestapa berkepanjangan” (Hal.119)

 

(2)   Auman kucing hutan itu tidak seberapa mengerikan dibandingkan dengan rezim laknat yang membuang kita.

Sebelum tidur Buntaran sempat mengintip kucing hutan yang tersesat  di pelataran  Unit XIV Tefaat Buruh.

Makhluk itu ganas, tetapi lebih ganas pemerintah yang menindas. Yang siap memangsa para oposannya. Mereka mengeksploitasi kepatuhan pengikutnya untuk menyingkirkan oposan-oposanya agar mempertahankan kekuasaannya” (Hal.131).

 

4.1.4 Hubungan Manusia Dengan Alam

4.1.4.1  Memuji Keindahan Alam

Memuji keindahan alam yaitu wujud manusia dalam mengagumi dan mensyukuri lingkungan atau alam sekitarnya yang memberi keindahan dan ketertarikan kepada manusia. Dalam novel Hayuri digambarkan pada tokoh yang mengagumi dan mensyukuri keindahan alam.

(1)   “Perjalanan ke sana terasa menenangkan. Cuaca hari itu bersahabat, sinar matahari tak mencolok, tetapi tetap ada pancaran cahaya. Sinarnya yang keemasan memantul di kaca jendela mobil Russel. udara pegunungan yang sejuk membuat suasana temaram. Hayuri menikmati perjalanan ini. Sesekali ia mencuri pandang kearah Russel yang asik mengendarai mobilnya. Sejauh mata memangdang Hayuri melihat alam yang hijau permai terkesan ramah. Seakan alam ikut memahami keindahan perasaannya saat itu. Hayuri mensyukurinya” (Hal. 14)

 

4.1.4.2  Memanfaatkan Lingkungan Sekitar

Memanfaatkan lingkungan sekitar untuk bertahan hidup merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam atau lingkungan sekitar yang digunakan dan dimanfaatkan manusia untuk bertahan hidup. Dalam novel Hayuri digambarkan pada tokoh yang memanfaatkan sampah-sampah untuk bertahan hidup

(1)   “Mas sudah lama kerja disini? Tanpa ragu Russel membuka pecakapan.

Sudah sekitar 6 tahun

Nama mas siapa?

Hery

Saya Russel. ia segerah mengajak pemuda itu bersalaman. Tindakan itu segera menebas batas, antara dirinya dengan pemulung di hadapannya.

Di sini meski tingal sisa-sisa sampah, selalu masi ada yang bisa saya ambil. Heri mulai bercerita. Beberapa kali saya perna menemukan cincin emas. Aneh kan. Emas di antara sampah. Bukankah itu rahmat berlimpah. Russer tertegun” (Hal. 273)

 

4.1.4.3  Mendaur Ulang Barang Bekas

Mendaur ulang barang bekas yaitu proses untuk menjadikan barang yang sudah dibuang atau barang bekas menjadi barang baru dan bisa menjadi sesuatu yang berguna untuk keberlangsungan hidup. Pada novel Hayuri digambarkan pada tokoh yang memperlihatkan kesederhanaan manusia memanfaatkan barang-barang yang sudah di buang menjadi sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidup mereka.

(1)   “Russel tetap menahan napasnya, kini kakinya sudah menginjak sebuah perkampungan kumuh dimana-mana, rumah disitu tak dibangun di atas pondasi. Tapi, berdiri dari kardus, tripleks, kaleng dan sebagainya. Dengan catatan semua itu barang bekas hasil perburuan di sampah-sampah.

Pembuangan sampah yang sangat panjang hingga sampai ke TPA tak terpikir dalam benak kebanyakan orang. Mereka cenderung melupakan barang-barang yang sudah dibuang, yang dianggap tak berguna lagi. Tapi, ternyata barang-barang itu masi berharga bagi pemulung-pemulung yang terlupakan.”        (Hal. 275)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.2 Analisis Data

Bagian ini akan dilakukan analisis data berdasarkan wujud nilai moral yang telah dijabarkan pada paparan data. Wujud nilai moral yang terkandung dalam novel Hayuri karya Maria Etty ini berkaitan dengan empat jenis nilai moral yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam. Berikut ini peneliti akan menganalisis wujud nilai moral.

4.2.1 Nilai Moral Antara Hubungan Manusia Dengan Tuhan

Nilai moral yang mengungkapkan hubunga antara manusia dengan Tuhan dalam novel Hayuri karya Maria Etty ini berfokus pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang mencangkup perwujudan yaitu menerima kehendak Tuhan, bersyukur kepada Tuhan, berdoa dan memohon pertolongn Tuhan, mengakui kebesaran Tuhan, dan perasaan berdosa kepada Tuhan.  Berikut ini penjelasan wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan Tuhan.

1)      Pasrah dan  Menerima Kehendak Tuhan

(1)   “Malam Harinya Ia bersujud ke hadirat Sang Empunya Kehidupan. Ia berserah semua ia ikhlaskan dalam penyelenggaraan Ilahi sambil berlinang air mata, ia berdoa hingga muncul kepasrahan yang dalam. Malam itu Rosdiana merasa pasrah dan ikhlas  menyeruak semua yang tak pasti sejatinya tak sendiri. Ada Tuhan yang menuntunku” (Hal.30)

 

Nilai moral pasrah dan menerima kehendak Tuhan ditunjukan dengan bersujud, berserah, ikhlaskan, berdoa, kepasrahan, dan ada Tuhan yang menuntunku yang digambarkan oleh  tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Sambil berlinang air mata ia berdoa sambil bersujud dan berserah dalam menyerenggaraan Ilahi hingga ia merasa pasrah dan ikhlas atas cobaan yang sedang ia hadapi. Rosdiana percaya ada Tuhan yang akan menuntunnya. ia pasrah dan ikhlas atas cobaan hidupnya yang kini harus mandiri lahir batin karena suaminya Buntaran yang dituduh sebagai PKI. Rosdiana kini merasa pernikahannya ibarat perjudian yang tak tahu pasti akan berarah ke mana, karena Buntaran yang tak ada kabar.

(2)   “Buntaran merasakan dalam perjalanan waktu, Tuhan senantiasa mendampinginya. Ia juga merasakannya takkala digelandang dan dimasukan ke dalam penjara secara kasar. Perlahan-lahan ada kepasrahan di hatinya. Tuhan telah mengirimkan kepasrahan itu. Maka, ia tak memberontak pada keadaan. Meski ia tak tau akan bermuara kemana peristiwa ini. Menjadi pasrah memang tak mudah.”  (Hal.100)

Nilai moral pasrah dan menerima kehendak Tuhan ditunjukkan pada kata kepasrahan, tak memberontak dan pasrah yang digambarkan oleh tokoh Buntaran pada kutipan di atas. Saat Buntaran digelandang dan dimasukan ke dalam dalam penjara secara kasar. Ia memperoleh kesadaran bahwa ini ujian baginya. Ia percaya Tuhan telah mengirimkan kepasrahan kepadanya maka ia tidak memberontak pada keadaan yang sedang ia alami juga pada kehidupannya yang pahit. walau menjadi pasrah tak mudah tetapi ia percaya Tuhan senantiasa mendampinginya.

2)  Bersyukur Kepada Tuhan

(1)    “Rekan-rekan di unit XV bergantian menjaga Buntaran. Mereka membuat bubur dan minuman manis. Tatapan Buntaran hampa, keharuan menyelinap menerima perlakuan  demikian. Tuhan terima kasih dalam kesulitan seperti ini aku masih bisa merasakan kasih-mu, melalui orang-orang yang memperhatikan dan merawatku” (Hal.152)

Nilai moral bersyukur kepada Tuhan ditunjukan pada kata keharuan dan terima kasih yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Saat Buntran jatuh sakit di tempat pembuangan di pulau Buru, ia merasa terharu menerima perlakuan baik dari teman-temanya. Ia bersyukur kepada Tuhan masih bisa merasakan kasih Tuhan lewat rekan-rekan yang merawatnya dan memperhatikanya walaupun penuh keterbatasan sarana.

(2)   “Malam itu ketika kesenyapan mengayomi malam, untuk pertama kalinya di penjara ia memadahkan pujian kepada Tuhannya. Sementara diluar sana suasana temaram terasa pekat hanya samar-samar sinar lampu di sudut-sudut pekarangan LP. Burung-burung prenjak di pepohonan masi menyanyikan lagu alam membuat suasana malam itu membersitkan keramahan.

Terima kasih Tuhan, karena masi ada kekuatan yang tersisa dalam hatiku untuk menjalani masa-masa sulit ini. Biarlah engkau tambahkan kekuatan untukku karena Engkaulah Sang Kekuatan yang menegarkan kerapuhanku” (Hal.215)

Nilai moral beryukur kepada Tuhan ditunjukan dengan memadahkan pujian dan terima kasih Tuhan yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas.  Ketika Hayuri berada dalam penjaran. Dalam pergolakan batinya Ia memadahkan pujian dan bersyukur kepada Tuhan. Walaupun dalam masa-masa sulit Tuhan masih tetap memberikan kekuatan kepadanya sehingga dia mampu melewati semua masalah yang sedang dia alami.

(3)   “Ia menghambur bahagia takala ada optional tour bagi para peserta Gunung Titlis. Begitu ia menaiki cablecar yang hendak mencapai gunung berlapis salju itu, ia merasa dirinya kecil ia tak kuasa menahan haru bisa menggapai tempat itu.

Tuhan, terima kasih, aku bekas narapidana, anak seorang PKI bisa sampai ke sini. seketika ia tergila-gila pada Swiss. Negeri impian yang menjadi negeri kenyataan” (Hal.319)

Nilai moral bersyukur kapada Tuhan ditunjukan dengan bahagia, haru, dan Tuhan terima kasih yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Ketika Hayuri mendapat kesempatan untuk menghadiri konferensi tahunan  International Labour Organization di Jenewa, Swiss ia sangat bahagia bisa menikmati keidahan Negara impiannya itu. Hayuri sangat bersyukur dan mengucap syukur karena dalam segala hal yang terjadi dalam hidupnya, Tuhan masih menyediakan kejutan terbaik bagi dia yaitu dia bisa sampai dan menikmati keindahan negeri impiannya.

3)  Berdoa dan Memohon Pertolongan Tuhan

(1)    “Rosdiana tercenung menatap kejadian itu. Hatinya meronta namun tubuhnya terpaku. Apalagi ketika ia melihat beberapa di antara mereka mencoret-coret tembok rumahnya dengan cat merah. Ada apa? Tanyanya berulang pada dirinya. Ia sempat melihat pembantunya terdiam di sudut dapur. Rosdiana tak perna memimpi apapun selama sepekan ini, taka da firasat sama sekali kalau akan mengalami peristiwa ini.

Rosdiana hanya menggumamkan asma Tuhan, momohan pertolongan Tuhan” (Hal.24)

Nilai moral berdoa dan memohon pertolongan Tuhan ditunjukan dengan menggumamkan asma Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan yang  dilakukan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas . Ia dikagetkan dengan rombongan tentara yang tiba-tiba datang mencari Buntaran namun mereka malah membongkar rumahnya bahkan mencoret-coret rumah dengan cat merah. Hal ini membuat Rosdiana merasa takut.  Dengan keyakinannya Rosdiana menggumamkan asma Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan agar para Tentara-tentara ini segerah pergi.

(2)    “Cemas membangunkan Buntaran malam itu ia tak nyenyak. Tiba-tiba saja pikiranya tak enak seperti akan terjadi sesuatu dalam hidupnya. Dan itu membebani tidurnya hingga ia tergaja. Lalu, ia mengatupkan tangannya, berdoa. Memohon kepasrahan jiwa. Kalaupun harus terjadi peristiwa yang menyakitkan lagi, ia masi berharap mampu menghadapinya. Tuhan, berilah aku kekuatan. Jiwaku begini gelisa. Tiba-tiba saja, cemas menggelayuti batinku. Semoga aku mampu menghadapi esok, segetir apa pun kenyataanya” (Hal.147-148)

Nilai moral berdoa dan memohon pertolongan Tuhan ditunjukan dengan berdoa, memohon kepasrahan dan Tuhan berilah aku kekuatan yang dilakukan oleh tokoh Buntaran pada kutipan di atas. Saat malam hari Ia merasa cemas dan tak bisa tidur tiba-tiba pikirnya tak enak seperti akan terjadi sesuatu yang buruk. Hal itu membuat  Buntaran  melipat tangan berdoa dan memohon  kepada Tuhan agar memberinya kepasrahan jiwa dan kekuatan dari Tuhan agar ia mampu menghadapi kehidupannya yang dipenuhi dengan cobaan.

4)  Mengakui Kebesaran Tuhan

(1)    Perjumpaan itu merupakan rahmat luar biasa. Wajah itu berseri-seri senyum terus mengulas di bibirnya, binar-binar bahagia terpancar hari itu. Setelah sekian lama berpisah, mereka bertemu lagi. Kendati pertemuan itu hanya berlangsung sekitar setengah jam. Namun, waktu yang sangat singkat itu penuh makna.

Aduh Yuri sudah besar yah, ucap Buntaran sambil memeluk si kecil. Sementara matanya terus memandangi istrinya seakan ruang dan waktu tak mampu melampiaskan rasa rindunya.

Bapak sehat kan?

Ini rahmat Tuhan bu. Bagaimana dengan jahitanmu?

Rahmat Tuhan juga pak, selalu ada yang datang” (Hal. 104)

Nilai moral mengakui kebesaran Tuhan ditunjukan dengan rahmat luar biasa dan rahamat Tuhan yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dan Rosdiana pada kutipan di atas. Setelah sekian lama tak bertemu akhirnya mereka bisa melepas rindu walau hanya sebentar. Tergambar jelas dalam kutipan di atas bahwa tokoh Buntaran dan Rosdiana sangat mengakui kebesaran Tuhan dalam setiap hal yang terjadi dalam kehidupan mereka. Walaupun hal-hal yang mereka alami itu menyakitkan. Namun, mereka tidak sedikit pun melupakan kebesaran Tuhan yang terjadi dalam hidup mereka.

(2)   “Pagi itu Hayuri menyiangi tanaman di pekarangan LP. Segerombolan semak-semak itu tumbuh subur. Ia menyabutinya perlahan, satu persatu. Semak-semak itu tak pernah dikehendaki hadir, namun tumbuh subur. mereka dianggap merusak pemandangan tapi, bila diperhatikan lebih jeli mereka tetap membawah keindahan. Sekecil apapun rasanya Tuhan tak perna menciptakan sesuatu di muka bumi tanpa maksud” (Hal.216)

Nilai moral mengakui kebesaran Tuhan ditunjukan dengan  kesadaran Hayuri akan kebesaran Tuhan dalam hal kecil seperti semak yang kadang tidak dihiraukan keindahannya oleh manusia. Hal ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bahwa kebesaran Tuhan bisa kita nikmati dari hal-hal kecil yang kadang tidak kita anggap.

(3)   “Hatinya sungguh bersorak. Ia mau memuji kebaikan Tuhan yang telah memberinya bonus bisa pergi ketempat seindah itu. Meski ia juga menyadari bagi orang berpunya mungkin perasaan ini norak.

Ton, aku senang banget deh bisa kesini

Bagus banget yah Tonny menimpali

Seperti mimpi bertualang ke surga dunia.” (Hal. 320)

Nilai moral mengakui kebesaran Tuhan ditunjukan dengan hatinya bersorak memuji kebaiakan Tuhan yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Melalui rasa syukur yang dipanjatkan oleh Hayuri Melaui pujian kepada Tuhan bahwa dalam hal-hal sulit yang dihadapinya tapi masih ada hal luar biasa yang Tuhan sediakan bagi dia. Bisa berada di Negara impianya dan menikmati keindahan alam yang sungguh luar biasa.

4.2.2 Nilai Moral Antara Hubungan Manusia Dengan Diri Sendiri

Nilai moral yang mengungkapkan hubunga antara manusia dengan diri sendiri dalam novel Hayuri karya Maria Etty ini berfokus pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang mencangkup perwujudan yaitu rasa percaya diri, rasa takut, rasa rindu, rasa kesepian, sadar diri, terombang-ambing, menerima kenyataan, kerja keras berani dan putus asa. Berikut ini penjelasan wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan diri sendiri.

1)      Rasa Percaya Diri

(1)    “Lewat perenungannya, Hayuri yakin tak mungkin ayahnya seorang komunis ia pasti terseret oleh arus lingkungannya karena ketaksukaanya pada paham kapitalis yang mendewa-dewakan materi” (Hal. 12)

Nilai moral rasa percaya diri ditunjukan dengan kata yakin yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Ia begitu percaya pada keyakinannya sendiri bahwa ayahnya bukannya seorang komunis walaupun kenyataan yang terjadi telah menyeret ayahnya ke dalam penjara tetapi ia tetap memegang teguhnya keyakinannya bahwa ayahnya itu tak bersalah.

(2)   “Rosdiana pun terus memacu semangatnya untuk terus menjahit. Perempuan ini yakin di dalam kepedihan toh selalu ada rahmat. Dan ia melihat betapa pesanan-pesanan jahitan mengalir langganannya dari waktu ke waktu selalu datang” (Hal. 61)

Nilai moral percaya diri ditunjukan dengan kata yakin yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Ia begitu percaya pada dirinya untuk terus melakukan pekerjaan menjahitnya dengan tekun karna dia yakin bahwa dalam setiap kepedihan yang diizinkan Tuhan terjadi dalam hidupnya pasti juga ada rahmat yang diberikan. Melalui kepercayaan pada dirinya sendiri itu malah menjadi kenyataan pelagannya semakin banyak.

2)      Rasa Takut

(1)    ada apa? Ia memekik. Wajahnya mendadak pucat melihat puluhan orang segerah mengobrak-abrik rumahnya. Orang-orang itu bersepatu lars, berseragam loreng-loreng. Seketika ia menyadari orang-orang itu hendak mencari suaminya beserta dokumen-dokumen miliknya.

Secara refleks wanita berwajah lembut itu menarik napasnya dalam-dalam berkali-kali. Cara itu sedikit meredahkan ketegangannya yang tiba-tiba menyesakkan dada. Tenggorokanya seperti tercekal ada rasa takut yang seketika menerpanya” (Hal. 23)

Nilai moral rasa takut ditunjukan dengan kata memekik, wajah pucat, menarik napasnya dalam-dalam, ketegangannya, dan menyesak dada yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan diatas.  Tergambar jelas bahwa ada gejolak ketakutan dalam diri Rosdiana yang dikagetkan dengan para tentarang yang tiba-tiba datang dan mengobrak-abrik isi rumahnya. secara otomatis hal itu sangat mengganggu ketenangan jiwa Rosdiana.

 

3)      Rasa Rindu

(1)    Yuri, Papak sudah pergi. Satu hari Bapak akan kembali. Sekuat hati ia menahan tangisnya. ia tak mau anaknya melihat dirinya berurai air mata. Biarlah kepedihan ini menjadi miliknya saja. Bukan anaknya.

Selama setahun Rosdiana menanggung rindu pada Buntaran. Selama itu ia tak tahu keadaan suaminya tetapi, bayangan lelaki itu tak perna jauh dari benaknya” (Hal.59)

Nilai moral rasa rindu ditunjukan dengan Rosdiana menanggung rindu pada Buntaran yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan Di atas. Kutipan di atas menggambarkan rasa rindu yang terus bergejolak dalam diri Rosdiana kepada suaminya. Rasa rindu yang dialami Rosdiana karna suaminya Buntaran yang di buang di pulau buruh dan sudah setahun tak perna bertemu membuat perasaan Rosdiana selalu terasa perih.

(2)   “Ketika rindunya pada Buntaran memuncak, ia justru bekerja lebih keras. Sebuah kompensasi positif yang bisa ia lakukan takkala batinnya menggulana. Dalam hati, kerap ia berbisik, semua ini aku lakukan untukmu, Bun” (Hal. 62)

Nilai moral rasa rindu ditunjukan dengan ketika rindunya pada Buntaran memuncak yang dialami oleh tokoh Rosdiana pada kutipan diatas. Kutipan di atas menggambarkan bagaimana tokoh Rosdiana mengatasi rasa rindunya kepada suaminya. Perihal rindu ini memang terkadang sangat mengganggu aktifitas seseorang, tapi Rosdiana dengan bijaknya mencari kesibukan dengan terus bekerja lebih keras agar dia tidak terlalu terfokus pada rasa rindu yang terus mengganggunya itu.

(3)   “Ketika hendak memejamkan mata, buntaran menatap tembok sel yang berada didepannya. Terbayang wajah istri dan anaknya ia seperti menyaksikan sebuah kilas balik perjalanan hidupnya. Tiba-tiba terbayang tatapan Rosdiana yang selalu memandangnya dengan binar ketulusan. Ketulusan hati seorang perempuan yang tak menuntut banyak, selain ingin dicintai dengan sepenuh hati. Mata indah itu tiba-tiba seperti ada di dekatnya, mata yang seolah mengundang Buntaran untuk melanjutkan pada sebuah kebersamaan lalu, desahan napasnya membuat tubuh mereka saling menggelinjang. Rasa rindu itu muncul menyeruak ke sudut-sudut hatinya yang paling dalam tiba-tiba terasa begitu menyesakkan. Rindu itu juga memunculkan rasa peri karna tak terwujudkan” (Hal. 96-97)

Nilai moral rasa rindu ditunjukan dengan Terbayang wajah istri dan anaknya, terbayang tatapan Rosdiana, rasa rindu itu muncul menyeruak ke sudut-sudut hatinya yang paling dalam, dan rasa rindu itu juga memunculkan rasa peri Yang dialami oleh toko Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika ia berada dalam penjara dan membayangkan wajah anak dan istrinya yang begitu sangat ia rindukan. Begitu kuatnya rasa rindu yang bergejolak dalam diri Buntaran hingga membawa ia kembali mengenang kenanangan-kenangan ketika mereka masih bersama walaupun hal itu semakin menyesakkan hatinya karena tidak terwujudkan.

(4)   “Seketika pula ia girang, cukup lama ia tak berjupa dengan istri dan anaknya. Berita itu seperti berita menang lotre membuat perasaannya tak hanya bersenandung tetapi bersok sorai. Meski pertemuan itu hanya singkat tetapi akan sangat berarti untuk melepaskan rindu. rindu itu sudah setinggi gunung. gunung kegalauan” (Hal. 102)

Nilai moral rasa rindu ditunjukan dengan pertemuan itu sangat berarti untuk melepas rindu, rindu itu sudah setinggi gunung yang diganbarkan oleh toko Buntaran dalam kutipan di atas. Rasa rindu yang dialami oleh tokoh Buntaran ketika ia di penjaran dan mendapat berita dari komandan penjara bahwa minggu depan keluarganya boleh menjenguknya. Hal ini membuar Buntaran sangan bahagia akhirnya rindunya bisa terbalas. Setelah sekian lama ia menahan rindu kepada anak dan istrinya.

4)      Rasa Kesepian

(1)    “Bisu. Buntaran membisu di sepanjang perjalanan. Perbincangan hanya terjadi dengan dirinya sendiri. Pikiranya melayang kemana-mana, bertualang menghadirkan aneka gejolak” (Hal. 141)

Nilai moral rasa kesepian ditunjukan dengan bisu, Buntaran membisu sepanjang perjalanan, dan perbincangan hanya terjadi dengan dirinya sendiri yang dialami oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika ia berada dalam pesawat dari pulau Buru menuju Ambon, ia merasa sangat sepih walaupun dalam perjalanan yang dilaluinya ada orang-orang yang bersama dengan dia namun dia tetap merasa kosong pembicaraanya terjadi hanya degan dirinya sendiri.

5)      Sadar Diri

(1)    “Hayuri terpanah menatap apa yang terbentang di hadapannya. Sebuah bangunan megah. Pilar-pilar di depan rumah itu mengingatkannya pada rumah bangsawan-bangsawan di Eropa. Ia tersadar selama ini ia belum mengenal Russel yang sebenarnya. Belum sekalipun Russel mengajaknya kerumahnya. Memperkenalkanya pada orang tuanya Tapi, kini sedikit demi sedikit tentang lelaki itu mulai terkuak.

Ada jarak sosial yang demikian menganga antara dirinya dengan Rusel. Bisahka ia mengikuti irama kehidupan lelaki yang dibesarkan dalam keluarga aristrokrat itu? Sementara dirinya adalah gambaran tentang kesederhanaan dengan cacat cela yang tak sengaja ditolehkan oleh sang ayah anak tapol PKI” (Hal. 14-15)

Nilai moral sadar diri ditunjukan dengan ada jarak sosial yang demikian menganga antara dirinya dengan Rusel yang digambarkan oleh Hayuri dalam kutipan di atas. Hayuri sangat menyadari jarak sosial antara dirinya dan Rusel, ia sadar bahwa kelas sosial mereka sangat berbeda dengan Russel. Russel adalah laki-laki kaya dari keluarga terpandang sedangkan keluarganya hanya keluarga sederhana bahkan ayahnya tapol PKI.

6)      Terombang-Ambing

(1)    “Hayuri menahan napasnya sesaat, takala Russel meminta izin duduk di sampingnya. Sesaat perasaan Hayuri takaruan. Senang karena Russel berada di dekatnya, tetapi juga binggung mengatasi salah tingkahnya.” (Hal.3)

Nilai moral terombang-ambing ditunjukan dengan sesaat perasaan Hayuri takaruan, senang tapi juga bingung yang dagambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. ketika pertama kali Russel mendekati Hayuri dan duduk disebelanya membuat perasaan Hayuri takaruan antara senang bisa berdekatan dengan Russel tapi juga bingung mengatasi salah tingkahnya.

(2)   “Buntaran tak mengerti nasib telah membawahnya begitu jauh tersudut. Tak Cuma stigma yang melekat kuat pada kedirianya sebagai tapol PKI mengapa ia harus terenggut dari semua yang ia cintai.

Sambil sesekali mengelus-elus kepala Tom Dooley, perasaanya bergumul kadang amaranya meletup-letup tak tersalur, kadang ia tak berdaya hanya menyerah pada kenyataan, kadang ia terbelenggu, kadang ia tak peduli. Ritme emosi itu naik turun” (Hal. 75)

Nilai moral terombang-ambing ditunjukan dengan perasaanya bergumul kadang amaranya meletup-letup tak tersalur, kadang ia tak berdaya hanya menyerah pada kenyataan, kadang ia terbelenggu, dan kadang ia tak peduli yang dialami oleh toko Buntaran dalam kutipan di atas. Buntaran tak mengerti nasibnya membawahnya begitu jauh, ia harus dibuag di pulau buru dan jauh dari orang-orang yang ia cintai. Hal itu membuat Buntaran terombang ambing dengan perasaannya yang sangat bervariasi yang terus bergejolak dalam dirinya.

(3)   “Kalau saja disuruh memilih antara rapat dan tinggal di rumah buntaran bingung. Sebenarnya bagi buntaran keduanya sama-sama penting, sama-sama menunjukan eksistensi, sama-sama mengembang tanggung jawab. keduanya berkaitan, tugas bisa menyejahterakan keluarga dan keluarga bisa mendukung tugas” (Hal. 87)

Nilai moral terombang-ambing ditunjukan dengan kata bingung yang dialami oleh Buntaran dalam kutipan di atas. Ia merasa bingung antara pekerjaan dan keluarganya yang sama-sama merupakan hal penting. Rasanya tidak seharusnya dimasukan dalam pilihan yang harus ia pilih karena ia bahkan tidak mampu memilih salah satu di antara dua hal itu.

7)      Menerima Kenyataan

(1)    “Masa anak-anak yang sepi harus ia lewati tanpa pernah protes. Ia sering mendengarkan cerita teman-temannya yang belibur kemana-mana. Tapi, ia tak sampai hati meminta ibunya untuk mengisi liburan ketempat-tempat wisata. Ia tahu diri, ia anak siapa dan itu cukup menjadi bekal untuk menerima kenyataan hidup” (Hal. 4)

Nilai moral menerima kenyataan ditunjukanl dengan ia tahu diri dan menerima kenyataan hidup yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Kebesaran hati tokoh Hayuri yang menerima kenyataan hidupnya dan tidak berniat untuk menyamai hidupnya dengan orang lain karena tahu siapa dirinya dan bagaimana keluarganya. Ia hanya bisa menerima semuanya dengan pasrah dan dengan besar hati.

(2)   “Buntaran mencoba berdamai dengan keadaanya. Ia harus bisa menerima kenyataan  sebentar lagi ia harus pergi dari tempat itu pergi untuk tak kembali, mungkin. Jenjang karier yang pernah ia rintis kandas dalam sekejap. Ia berdesis perlahan siapa yang tahu hari esok. Sepekan yang lalu ia masih akrab dengan ruaangan ini. Tapi, malam ini rasa asing menghinggap batinya. Ruangan itu seperti bukang ruangannya sendiri. Ia sadar, dalam waktu dekat ruangan ini berganti penghuni.” (Hal. 90)

Nilai moral menerima kenyataan ditunjukan dengan kata menerima kenyataan, dan sadar yang dialami oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika Buntaran kembali kekantor tengah malam untuk mengambil barang-barang pentingnya, ia melihat ruangannya sendiri itu terasa asing. Ia sadar dalam waktu dekat ruangan itu bukan lagi miliknya. Ia mencoba berdamai dengan keadaan dan menerima kenyataan bahwa sebantar lagi ia harus pergi meninggalkan karirnya karena posisinya saat itu sebagai tersangka karena dituduh sebagai PKI.

(3)   “Segala informasi  di dunia luar tak perna sampai ke dalam selnya. Dunianya jadi teramat sempit. Hanya sekitar empat kali tiga meter saja. Kalaupun menjadi lebih luas, hanya ketika ia bisa berjumpa dengan para tahanan lainya. Pada kesempatan itu, ia bisa bercakap-cakap dengan sesama manusia. Kendatipun itu tak lepas dari pengawasan petugas di sana. Dan semua itu harus ia terima dengan lapang dada. Berkali-kali ia meredam letupan-letupan emosi di batinnya. Banyak kali ia tak mampu darah mudanya masih teramat kental mengaliri tubuhnya” (Hal. 93)

Nilai moral menerima kenyataan ditunjukan dengan  semua itu harus ia terima dengan lapang dada yang dialami oleh tokoh Buntaran pada kutipan di atas. Ketika ia berada dalam penjara, ia merasa kehidupanya sangat sempit. Namun, ia terus berusaha menerima kenyataan hidupnya itu walaupun kadang ia nyaris tak kuasa menahan segala hal yang terjadi dalam hidupnya tapi dia memilih untuk berusaha menenangkan dirinya sendiri.

8)      Kerja Keras

(1)    “Aku memang lebih dulu menyelesaikan skripsi di bandingkan mereka. Materi penulisanku terasa menggairahkan. Pembaruan seperti melekat dalam sukmaku, menempel dalam tekadku, aku beroleh daya dorong mengerjakannya sekuat mesin jet. Keteguhan dan semangat kunci utamaku” (Hal. 261)

Nilai moral kerja keras ditunjukan dengan aku beroleh daya dorong mengerjakannya sekuat mesin jet. Keteguhan dan semangat kunci utamaku yang digambarkan oleh tokoh Russel dalam kutipa di atas. kerja keras yang di lakukan oleh tokoh Russel. dengan ketangguhan dan semangatnya ia berusaha mengerjakan tugas akhirnya, yaitu skripsi. Dengan kerja keras ia berusaha menyelesaikan skripsinya secepatnya, dan hal itu adalah kunci keberhasilannya ia akhirnya bisa menyelesaikan skripsinya dengan cepat melebihi teman-temannya.

9)      Berani

(1)    “Mereka hanya berani dengan perempuan. Perilaku itu menunjukan kedangkalan otak mereka. Seandainya mereka berpikir sedikit mendalam. Jika saja Ibunya, adik perempuanya atau istrinya yang diperlakukan demikian apakah mereka rela? Perempuan di hadapan mereka tak menanggung kesalahan apapun. Mengapa perlakuan kasar harus ditimpakan kepadanya.

Saya tidak tahu di mana suami saya sekarang berada jawab Rosdiana tegas. Ia sedang mengerahkan seluruh keberaniannya menghadapi manusia-manusia di hadapannya” (Hal. 32)

Nilai moral berani ditunjukan dengan jawab Rosdiana tegas dan mengarahkan seluruh keberaniannya yang di gambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Ketika menghadapi para tentara yang memperlakukanya dengan kasar. ia berusaha mengerahkan keberaniannya untuk menghadapi mereka yang datang untuk menanyai keberadaan suaminya.

(2)   Mereka menyuarakan jeritan hati pak

Polisi itu menengok selintas, matanya melotot. Hayuri tak kalah berang, bola matanya spontan melotot pula. Keberanian itu ibarat mata pisau, setiap kali ia asah semakin lama semakin tajam. Ia begitu berani menghadapi segala resiko” (Hal. 203)

Nilai moral berani ditunjukan dengan keberanian itu ibarat mata pisau dan berani menghadapi segala resiko yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Saat Hayuri mendampingi kaum buruh untuk demo. Ia sangat berani melawan polisi dengan tatapan matanya yang tajam. Ia begitu berani untuk menghadapi segala hal yang harus ia hadapi walaupun hal itu beresiko.

10)   Putus Asa

(1)    “Rosdiana kini merasakan pernikahannya ibarat perjudian. Taka ada yang tahu pasti akan berarah kemana. Takala mereka bersading bahagia di pelamina dan saling berikrar setia. yang ada hanyalah harapan akan meraih kebahagiaan. Jalan yang membentang dalam perkawinan tak semulus. Kerap jalan itu sungguh terjal  dan berliku.

Kini ia seperti kalah dalam perjudian. Tak sekadar kalah recehan, tapi babak belur habis-habisan. Sekujur batinnya penat memikirkan masa depan membuat otot-otot dan sendi-sendi tubuhnya luglai. Ia masi belum tahu hendak berbuat apa. Ia merasa kecil, sendiri dan tanpa arah” (Hal. 30)

Nilai moral putus asa ditunjukan dengan kini ia seperti kalah dalam perjudian, ia merasa kecil, sendiri dan tanpa arah yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Rosdiana meratapi pernikahannya dengan Buntaran yang tak tau arahnya akan kemana. Rosdiana merasa putus asa saat memikirkan masa depanya yang tak tahu harus berbuat apa, ia merasa hampa dan tanpa arah karna ditiggal oleh suaminya Buntaran yang dibuang dibuang di pulau buru.

 

4.2.3 Nilai Moral Antara Hubungan Manusia Dengan Manusia Lain

Nilai moral yang mengungkapkan hubunga antara manusia dengan manusia lain dalam novel Hayuri karya Maria Etty ini berfokus pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang mencangkup perwujudan yaitu persahabatan, saling tolong menolong, menguatkan sesama, berbakti kepada orang tua, memberi semangat, peduli terhadap sesama, mengalah, berpikir positif, cinta kasih sejatih, membantu orang yang lemah, saling mengenal, mencuri, kekerasan dan penindasan. Berikut ini penjelasan wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan manusia lain.

1)      Persahabatan

(1)    “Begitu tiba tapol-tapol itu dikelompokan kedalam unit-unit. Mereka harus mencari nama mereka satu persatu. Tentara-tentara itu mengklasifikasikan mereka berdasarkan nomor foto. Buntaran sudah mendapatkan nomor fotonya 3232. Ia segerah tahu bahwa ia akan menjadi penghuni unit XIV Tefaat Buru. Tersoak-soak ia berjalan mencari kawanannya. Tapol-tapol yang akan bersamanya menjadi penghuni unit XIV.

Siap Bun? Sapa Syam

Mau apa lagi

Seketika ia meresa senang menyadari Syam menjadi rekan seunit. Teman baik di kala kita senang mudah diperoleh tetapi teman sejati adalah teman yang kita peroleh justru di kala kita susah. Terima kasih Syam atas perhatianmu selama ini” (Hal.120)

Nilai moral pesahabatan ditunjukan dengan senang Syam menjadi rekan seunit, teman baik dikala kita senang muda diperoleh tetapi teman sejati adalah teman yang kita peroleh justru di kala kita susah,  dan terima kasih Syam atas perhatian selama ini  yang dialami oleh Buntaran dalam kutipan diatas. Ia merasa sangat senang ketika Syam teman baiknya yang selalu membantunya juga menjadi penghuni unit XIV. Menurut Buntaran teman baik di kala senang mudah diperoleh. Tetapi teman sejati adalah teman yang kita peroleh di saat kita susah, dan Syam adalah teman sejati bagi Buntaran.

(2)   “Nilai lain yang dirasakan adalah persahabatan. Persahabatan di kala susah berbeda dengan persahabatan di kala suka. Persahabatan akan terasa lebih kental tekala manusia sedang kesusahan. Nuansa ini yang dirasakan selama mereka jauh dari keluarga. Ketika merenungi kembali keakrabannya dengan sohib-sohibnya Syam, Rundy dan Djong lee, ia tersentak. Ternyata di belantara penderitaan ia masi merasakan keakraban” (Hal. 134-135)

Nilai moral persahabatan ditunjukan dengan Persahabatan di kala susah berbeda dengan persahabatan di kala suka, Persahabatan akan terasa lebih kental tekala manusia sedang kesusahan ketika merenungi kembali keakrabannya dengan sohib-sohibnya Syam, Rundy dan Djong lee. Yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Buntaran  menjalani hari-harinya di pulau Buru ia merasa kesusahan dan berada pada titik terendah, namun keakrabannya dengan rekan-rekan unitnya membuat ia merasa persahabatan yang sangat kental.

(3)   Selamat jalan Bun, Syam dan Rudy mengucapkan selamat berbarengan. Hati-hati. lanjut yang lain.

Terima kasih, Buntaran menyalami mereka satu per satu, lalu memeluknya erat. Sebelum melangkah pergi matanya kembali menatap mereka dalam-dalam. Ia kian mengerti persahabatan. Mereka telah memotong separuh kepedihnya hingga ia dapat menjalin hidup dipembuangan” (Hal.138-139)

Nilai moral persahabatan ditunjukan dengan Ia kian mengerti persahabatan. Mereka telah memotong separuh kepedihnya hingga ia dapat menjalin hidup dipembuangan. Yang digambarkan oleh tokoh Buntaran pada kutipan di atas.. Ketika ia akan kembali ke Jawa untuk menjadi saksi dalam persidangan. Ia menatap rekan-rekannya yang selama di pembuangan mereka menjadi sahabat-sahabatnya yang sangat berpengaruh dalam hidupnya setelah keluarganya. Kehadiran mereka yang saling menyemangati untuk tetap bertahan hidup di tempat yang bisa saja membunuh semua harapan.

2)      Saling Tolong Menolong Sesama

(1)    Pada siapa saya bisa menitipkan surat ya? Buntaran menanyakan kepada Syamsuddin penghuni sel sebelah.

Berikan saja pada Sirait, penanggung jawab dapur ia baik dan mau menolong oroang-orang seperti kita. Perasaan Buntaran melonjak. Ia girang. Surat itu bisa terkirim. Seusai makan Buntaran mendekati Sirait. Tanpa basa-basi ia langsung mengutarakan keinginannya pada pria berwaja tenang itu dan seperti kata Syam, Sirait bersedia menolongan. Tanpa pambrih sebab Buntaran tak mungkin memberinya apa-apa apalagi uang . Sirait sangan memahami keadaan orang seperti buntaran. Ia mau menolong karena rasa kemanunnusiaannya. Ia kerap tak tega kepada orang-orang seperti buntaran” (Hal. 95-96)

Nilai moral tolong menolong sesama ditunjukan dengan penanggung jawab dapur ia baik dan mau menolong orang-orang seperti kita, Sirait bersedia menolong tanpa pambrih, dan ia mau menolong karena rasa kemanusiaannya. yang digambarkan oleh tokoh Bunratan dalam kutipan di atas. Ketika Sirait dengan iklas mau menolong Buntaran mengantarkan surat kepada keluarga Buntaran tanpa imbalan apapun. Padahal sebenarnya jika Sirait membantu Buntaran bisa saja dia juga masuk dalam bahaya. Namun resiko itu tak sedikitpun dipikirkan oleh Sirait karena yang terpenting baginya adalah membantu orang-orang seperti Buntaran tanpa menuntut apapun.

 

(2)   Pak  Sirait, tolong sampaikan surat saya pada istri.

Tenang pak. Tentu akan saya sampaikan

Sosok ini berhati emas. Ia tulus hati dan selalu menolong tanpa pambrih. Klasifikasi manusia langka di era yang semakin materialistis ini. Lau, sekali lagi Buntaran menulis surat untuk Rosdiana” (Hal. 102)

Nilai moral tolong menolong ditunjukan dengan sosk ini berhati emas, tulus hati, dan selalu menolong tanpa pambrih yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Untuk kedua kalinya Buntaran meminta bantuan Sirait untuk memberikan suratnya kepada istrinya, dan dengan iklas Sirait membantunya. Aksi tolong mnolong ini sangat sulit dilakukan karena sangat sulit pula medapatkan orang setulus itu di tengah-tengah dunia yang penuh dengan material ini.

3)      Menguatkan Sesama

(1)    “Waktu menjenguk sangat singkat, hanya setengah jam saja. Tentu waktu itu tak cukup untuk menumpahkan segala kerinduan. Tapi, Rosdiana suda bersyukur Buntaran masih hidup. Ia tidak mati seperti yang dikhawatirkanya. Sebelum menatap suaminya masuk ruangan, Rosdiana memberikan rendang masakanya. Lalu, ia kecup pipi Buntaran.

Tabah yah pak  ujarnya dengan tatapan sayu

Ia berusaha memberikan senyuman semanis mungkin untuk Buntaran. Senyuman itu semoga bisa menguatkan hati Buntaran” (Hal.41-42)

Nilai moral menguatkan sesama ditunjukan dengan kecupan pipi, tabah yah pak, dan memberikan senyuman semanis mungkin yang dilakukan oleh  tokoh Rosdiana kepada suaminya Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika Rosdiana menjenguk Buntaran di tahanan dan melihat keberadaan Buntaran yang sangat terpuruk dengan keadaannya saat ini penjara membuat Rosdiana hanya bisa memberi semangat dan senyuman tulus yang ia yakini akan menguatkan Buntaran.

(2)   “Hari itu Ketika ia dan Hayuri menyenguk Buntaran. Tak terelakan berita buruk itu ia dengar juga. Buntaran pucat ia seperti kehilangan tenaga. Tatapan matanya kosong, bicaranya lirih nyaris tak terdengar. Bu sabar yah, Ibu harus kuat tandas Buntaran perlahan. Bapak harus kuar yah, banyak berdoa. ujarnya tiba-tiba” (Hal. 52-53)

Nilai moral menguatkan sesama ditunjukan dengan sabar yah, Ibu harus kuat, Bapak harus kuar yah, banyak berdoa. yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dan Buntaran dalam kutipan di atas. Saling menguatkan yang dilakukan oleh Rosdiana dan suaminya. Ketika Buntaran memberi kabar buruk bahwa ia akan diasingkan di pulau Buru. Hal itu membuat mereka saling menguatkan walaupun dalam situasi sulit yang terjadi dalam kehidupan mereka tetap saling menguatkan supaya bersama-sama memiliki semangat dan harapan untuk bertahan.

(3)   “Tabah Wen, kamu kan punya anak yang harus diurus.

Pikiranku buntu mbak.

Sabar, perlahan-lahan pikiranmu akan jerni lagi. Ingat anakmu Wen.

Perbendaharaan kata hayuri untuk menghibur Wenny seolah habis. Seketika perempuan malang itu harus mandiri jiwa raga. Hayuri menyadari, selalu ada konflik antara ketergantungan dan kemandirian dalam diri seorang perempuan. Pertentangan ini harus diatasi. Wen, kamu harus segera bekerja supaya tak larut dalam kesedihan” (Hal 311)

Nilai moral menguatkan sesama digambarkan dengan kata tabah dan sabar yang dilakukan oleh Hayuri. Hayuri berusaha menguatkan Wenny yang ditinggal suaminya untuk selamanya. Walaupun dalam masa sulit yang dialami keluarganya dan dirinya secara individu, ia masih sempat menguatkan Wenny, walaupun tidak banyak kata yang bisa ia ucapkan tapi telah berusaha menguatkan orang lain tanpa peduli keadaannya.

 

4)      Berbakti Kepada Orang Tua

(1)   “Berkali-kali ia mendengar nasehat ibunya jalani hidup ini seperti air mengalir. Perempuan yang ia kagumi itu amat kaya dengan pengalaman getir. Ia unggul menunjukan ketegarannya yang laksana batu karang, terus diempas ombak dan badai kehidupan. Hayuri ingin menjalani hidupanya seperti itu kesusahan sehari cukuplah sahari” (Hal. 16)

Nilai moral berbakti kepada orang tua ditunjukan dengan mendengarkan nasehat ibunya yang dilakukan oleh Hayuri dalam kutipan di atas. Nasehat baik yang ditanamkan oleh Rosdiana dalam diri Hayuri anaknya. Rosdiana mengajarkan Hayuri agar menikmati setiap hal yang terjadi dalam kehidpan mereka. Dan Hayuri juga merupakan anak yang berbakti kepada orang tua, maka ia benar-benar berpegang pada kata-kata ibunya yang terus menguatkan dia.

(2)   “Hayuri ikut mengambil buku-buku yang sebagian rusak karena disobek paksa. Berbeda denga ibunya yang muram, Hayuri justru senang bisa mebantu ibunya. Bu Yuri bantu yah, pintanya manja. Rosdiana hanya menganggukkan batang lehernya” (Hal. 28).

Nilai moral berbakti kepada orang tua ditunjukan dengan Hayuri justru senang bisa membantu ibunya yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Hayuri membantu ibunya membereskan buku-buku yang disobek oleh para tentara. Sikap ini merupakan kebaktian Hayuri kepada ibunya, ia mencoba untuk membantu ibunya yang hampir tidak berdaya itu. Dia membantu ibunya semampunya untuk meringankan beban ibunya.

 

 

5)      Memberi Semangat

(1)    Mungkin Mbak bisa menerima jahitan, saran adiknya, Harry

Sudah lama aku tak lagi menjahit, Rosdiana mengungkapkan keraguannya.

Tak usah khawatir Mbak, nanti aku cariakan order, Harry memberi semangat. Rosdiana menangkap tawaran itu sebagai peluang. Celah itu begitu kecil dan miris pada kemampuannya sendiri. Tapi, ia percaya sekecil apapun celah, peluang itu harus ia tangkap segerah. Hayuri butuh makan, butuh susu, dan sebentar lagi butuh biaya pendidikan. ” (Hal.35)

Nilai moral memberi semangat ditunjukan dengan Harry memberi semangat yang digambarkan oleh tokoh Harry dalam kutipan di atas. keberadaan seorang adik yang memberikan semangat kepada kakaknya Rosdiana untuk terus mencari kesibukan yang dapat membantu untuk kebutuhan hidupnya bersama Hayuri. Dengan masukan dari sang adik Harry yang memberi peluang dan semangat kepada Rosdiana untuk bangkit, dan ia mulai mendekati mesin jahitnya dan membuat beberapa potong pakaian.

6)      Peduli Terhadap Sesama

(1)   “Mereka adalah kelompok yang harus berjuang sangat keras mencari penghidupan pikirannya menerawang. Tragisnya kaum buruh juga terasing dengan sesamanya karena persaingan. Mereka bersaing satu sama lain merebut tempat kerja. Hal itu yang berarti sebagai manusia mereka telah kehilangan cirinya yang bebas, universal, dan sosial.

Buruh menjadi sempit, bekerja paksa dan memandang sesama manusia sebagai saingannya semata. Begitu kesimpulan yang ditulis Hayuri dalam notesnya. Pagi itu tiba-tiba perasaan Hayuri mulai berpihak. Sama sekali bukan bersimpati pada paham Marx. Tetapi, hari itu mulai tumbuh benih-benih simpati pada kaum terpinggirkan tersebut Kaum buruh” (Hal. 10)

Nilai moral peduli terhadap sesama ditunjukan dengan  perasaan Hayuri mulai berpihak dan mulai tumbuh benih-benih simpati pada kaum buru yang dilakukan oleh Hayuri dalam kutipan di atas. Perasaan peduli yang dirasakan oleh Hayuri kepada para buruh yang terpinggirkan, yang dipaksa berkerja tanpa istirahat dan bersaing untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal itu menimbulkan empati dalam diri Hayuri sebagai sesama manusia.

(2)   Mata Bun agak kuning, lanjutnya serius.

Namun keterbatasan sarana membuat Herisusanto tak bisa berbuat banyak. Ia berusaha menyampaikan kondisi Buntaran pada komandan unit. Tapi, tak banyak yang bisa mereka upayakan. Sementara Harisusanto mencoba membuatkan minuman temulawak sebagai obat tradisional penyembuhan sakit liver. Yang terjadi patut disayangkan, hari kehari kondisi buntaran memburuk. Karena daya tahan tubuhnya lemah, ia juga terserang malaria.

Rekan-rekan di Unit XV bergantian menjaga Buntaran. Mereka membuat bubur dan minuman manis. Tatapan mata Buntaran hampa keharuan menyelinap menerima perlakuan demikian. (Hal. 152)

Nilai moral peduli terhadap sesama ditunjukan dengan berusaha menyampaikan kondisi Buntaran kepada komandan unit, membuat minuman temulawak sebagai obat, bergantian menjaga Buntaran, membuat bubur dan minuman manis yang dirasakan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Buntaran merasakan terharu atas perlakuan rekan-rekannya di Unit XV Ketika ia jatuh sakit mereka bergantian menjaga Buntaran, menyiapkan makanan dan minuman untuknya, mereka merawatnya dengan sangat baik. Hal itu sangat menyentuh hati Buntaran yang merasakan hal itu sebagai satu karunia dari Tuhan.

(3)   “Russel menahan napasnya selama kakinya melangkah di situ. sesekali ia menghirup udara. Bau busuk menusuk hingga ke dasar paru-parunya. Nuraninya telah mendorongnya mencari Heri. Dari pada merayakan pesta perpisahan dengan teman-temanya, ia merasa lebih baik melanjutkan bincang-bincang dengan lelaki sederhana itu. Dari pada dana di koceknya keluar untuk hura-hura, lebih baik diberikan untuk Hery bisa membantunya buat modal pemuda itu menaikkan sedikit saja tarif hidupnya” (Hal. 274-275)

Nilai moral peduli terhadap sesama ditunjukan dengan lebih baik diberikan untuk Hery bisa membantunya buat modal pemuda itu menaikkan sedikit saja tarif hidupnya yang dilakukan oleh Russel kepada Hery dalam kutipan di atas. Hery adalah seorang pemulung yang sempat akrap dengan Russel lewat perbicangan singkat. Rasa kepedulian Russel membawanya kembali mencari Herry dan memberinya sedikit uang agar Hery bisa menggunakannya untuk keperluan hidup dan membangun usahanya dibanding harus dipakai untuk berhura-hura yang tidak menguntungkan.

7)      Mengalah

(1)    “Kalau kamu segan, tunggu aku di kantin deh. Jawab Hayuri, sementara kakinya terus melangkah menuju perpustakaan. Sesekali Russel ngambek, ketika tak ada kata sepakat. Namun, Russel cenderung mengalah, kasihnya semakin dalam. Ada saatnya ia tak kuasa menolak kemauan Hayuri ketika hayuri mengisi waktu luang mereka dengan membaca di perpustakaan.”    (Hal. 11)

Nilai moral mengalah ditunjukan dengan kata mengalah yang digambarkan oleh Russel dalam kutipan di atas. Russel yang cenderung mengalah kepada Hayuri.  Ia terus mengalah dalam menghadapi Hayuri yang lebih memilih menghabiskan waktu di perpustakan di bandingkan harus jalan-jalan ke pertokoan atau tempat-tempat hibura.

8)      Berpikir Positif

(1)    “Meski perasaan indah itu ternyata tak sedikit pun melunturkan semangatnya untuk terus serius mempelajari ilmu politik. Walaupun ibunya sering mendengung-dengungkam kalimat politik itu kotor pasalnya, dunia itulah yang telah melebamkan kehidupan keluarganya. Sang ayah terpuruk, bahkan terjerembap di dalamnya. Tapi, Hayuri ternyata punya pikiran lain. Kata-kata sang ibu itu justru memicunya untuk belajar politik. Bukan untuk terjun kedalamnya, namun untuk memahamiya sebagai ilmu. Hayuri yakin dunia itu akan memperluas wawasanya. Ia ingin memahami mengapa ayahnya memilih terlibat di dalamnya” (Hal. 7)

Nilai moral berpikir positif ditunjukan dengan punya pikiran lain, Hayuri yakin dunia politik akan memperluas wawasannya yang digambrkan oleh tokoh hayuri dalam kutipan di atas. Cara bijak Hayuri dalam berpikir positif tentang suatu hal. Walaupun secara kasat mata keluarganya terbelenggu dalam dunia politik tapi ia tetap mempelajari politik bukan untuk terjerumus di dalamnya, malah untuk memecahkan kasus yang telah menimpah ayahnya dan mencari kebenarannya.

9)      Cinta Kasih Sejatih

(1)    “Hari masih pagi ketika Hayuri tiba di kampus. Ia bisa datang lebih pagi karena Russel menjemputnya. Lelaki berambut panjang itu semakin sering menjemputnya. Hayuri tak menampik ajakan lelaki itu. Bahkan, ia mensyukurinya. Inilah kali pertama ia merasakan indahnya kasmaran. Hal yang sebelumnya tak berani ia bayangkan. Hidupnya seketika jadi penuh warna” (Hal. 6)

Nilai moral cinta kasih sejatih ditunjukan dengan sering menjemputnya, mensyukurinya, indahnya kasmaran dan hidup menjadi penuh warna yang digambarkan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Cinta kasih yang  terjalin antara sepasang kekasih, yaitu Hayuri dan Russel. Cara Russel mencintai Hayuri sangat tulus, dengan tindakan yang nyata ia berusaha menunujukkan rasa cintanya, yaitu dengan cara memperhatikan setiap detail kehidupan Hayuri.

 

10)   Membantu yang Lemah

(1)    “Karena jahitanya makin banyak, Rosdiana mempekerjakan rekan-rekannya dari memasang kancing, mengobras, hingga melipit baju. Ia senang bisa menjadi salurang berkat. Memberi dari kekurangannya. Rosdiana memperoleh talenta menjahit dari Sang Empunya kehidupan dan ia mengasah talenta itu. Ibarat bekal dua keeping emas dari sang majikan, Rosdiana telah mengembangkannya menjadi beberapa keping emas. Karena usaha dan kerja kerasnya. Kini ia ikhlas membagikan kepingan emas di kantongnya kepada sesama. Ia percaya pintu rezeki akan terkuak bila ia bermurah hati kepada orang lain. Selain itu, ada sebercak kepuasan saat ia membantu sesama yang menderita ia merasakan berkat langsung yang diterimanya dari perbuatanya adalah menjalin persaudaraan dengan teman-temannya” (Hal. 48)

Nilai moral membantu yang lemah ditunjukan dengan Rosdiana mempekerjakan rekan-rekannya, ia senang bisa menjadi saluran berkat, memberi dari kekurangannya, dan ikhlas membagikan keeping emas kepada sesama yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Ia membantu rekan-kekanya yang kekurangan dengan mempekerjakan mereka di tempat kerjanya dan mengajari merekan menjahit, memasang kancing dan sebagainya. Hal itu dilakukannya dengan prinsip akan ada berkat lain yang akan diterimanya, dan hal itu pun terjadi, berkat pertama ia terima adalah kebahagiaan karena telah membantu orang-orang yang membutuhkan.

(2)   “Mas, terima kasih yah sudah mentraktir saya

Sama-sama

Jangan kapok yah, Mas

Nanti aku pasti akan mencarimu lagi. Mungkin saat aku liburan

Russel memindahkan sejumlah uang dari kantongnya ke kantong Heri. Pemuda itu menerimanya kegirangan. Wajahnya seketika berseri-seri, matanya berbinar-binar senang.

Terima kasih banyak, Mas

Semoga bisa kau gunakan untuk modal jadi lapak” (Hal. 282)

Nilai moral membantu yang lemah ditunjukan dengan mas terima kasih sudah mentraktir saya, dan Russel memindakan sejumblah uang ke kantong Heri yang digambarkan oleh Russel dalam kutipan di atas. Sikap dermawan Russel dalam membantu Heri seorang pemulung Ketikan Russel dengan tulus dan ikhlasnya mentraktir Hery bahkan sampai memberinya uang untuk membangun usahanya tanpa ada harapan untuk mendapat  imbalan apapun.

11)   Saling Mengenal

(1)    “Pertemuan-pertemuan itu telah membangunkan keakraban dengan sekelompok ibu. Di situ Rosdiana merasa leluasa ia bisa tertawa lepas, sharing habis-habisan sambil berurai air mata, yang membahagiakan ia bisa berbagi kemampuan menjahit.” (Hal 48)

Nilai moral saling mengenal ditunjukan dengan pertemuan-pertemuan itu telah membangunkan keakraban, sharing habis-habisan, tertawa lepas, dan saling membagi yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan diatas. Rosdiana telah membangun keakraban dengan sekelompok ibu-ibu yang senasip, dan saling membagi pengalaman bahkan kemampuan yang mereka miliki. Hal ini sangat berpengaruh pada psikologinya yang tadinya lebih sering memendam masalah akhirnya ia bisa dengan leluasa menceritakan segala hal yang selama ini mengganjal dalam hatinya.

12)  Mencuri

(1)    “Rosdiana melihat buku-buku milik suaminya berserahkan, bahkan ada yang dirobek-robek oleh mereka. Tiba-tiba Rosdiana mendengar suara seruling. Ia mendapati salah satu dari tentara itu sedang meniup seruling milik Buntaran. Perasaanya sungguh tak rela, tapi mau apa. Apalagi ketika ia melihat tentara itu memasukkan seruling itu kedalam saku kemejanya. Seruling itu bermakna bagi Buntaran. Bukan karna harganya, manun seruling itu pemberian dari ayah mertuanya yang telah tiada. Buntaran sering memainkanya di malam-malam panjang. Ia tahu betapa Buntaran akan kehilangan benda itu.” (Hal. 25)

Nilai moral mencuri ditunjukan dengan ia melihat tentara itu memasukkan seruling itu kedalam saku kemejanya yang digambrkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Kutipan di atas menggambarkan perilaku seorang tentara yang dengan sengaja mengambil seruling milik Buntaran. Ketika salah seorang tentara yang sedang mencari berkas-berkas milik Buntaran ia menemukan seruling dan mainkanya. Namun, bukan hanya untuk meniupnya sebentar, ternyata ia mengambilnya menjadi miliknya. Tindakannya sangat menyakiti hati Rosdiana namun ia tak sanggup berbuat apa-apa.

(2)   Saya tidak menyembunyikan Buntaran. Ia memang tidak ada di rumah ini. Ucapnya sini. Namun suara perempuan malang ini serasa tak terdengar oleh  para serdadu itu. Dengan seenaknya mereka mengobrak-abrik perabotan Rosdiana. Tak segan-segan mereka menjarah barang-barang yang mereka sukai. Bukankah namanya merampok, mereka yang mengambil dengan paksa harta milik orang lain?” (Hal.32)

Nilai moral mencuri ditunjukan dengan menjarah barang-barang yang mereka sukai, merampok, mengambil dengan paksa harta milik orang lain yang digambarkan oleh tokoh Rosdiana dalam kutipan di atas. Tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh para tentatara di rumah Rosdiana. Bukan hanya seruling yang mereka ambil, namun barang-barang yang mereka suka akan mereka ambil dengan seenaknya tanpa memperdulikan Rosdiana.

 

13)  Kekerasan

(1)    “Di pulau ini para tahanan tersebut melakukan pekerjaan paksa. Banyak di antara mereka mengalami penyiksaan dan penganiayaan, bahkan pembunuhan” (Hal. 73)

Nilai moral kekerasan ditunjukan dengan melakukan pekerjaan paksa, mengalami penyiksaan, penganiayaan dan pembunuhan yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Kutipan di atas menggambarkan nilai moral kekerasan yang dialami oleh para tahanan yang diasingkan di pulau Buru, mereka dianiaya, disiksa, bahkan sampai ada yang dibunuh, itu adalah kekerasan mutlak yang dilkukan oleh tentara-tentara kepada para tahanan tersebut tanpa ampun.

(2)   “Pergumulan dahsyat dialami Buntaran di dalam sel. Ia harus menjalani proses verbal. Berkali-kali tubuhnya dipukuli tentara. Ditendang, dilempar, bahkan disetrum. Tubuh itu lebam-lebam. Demi menjawab pertanyaan para interogator.  Buntaran tahu ini pelanggaran atas kemanusiaan. Tapi, mana mungkin ia berteriak. Perlawanan hanya akan membuat tubuhnya jadi santapan ramai-ramai. Kebengisan dan kebuasan manusia atas manusia ia rasakan” (Hal. 94)

Nila moral kekerasan ditunjukan dengan ia harus menjalani proses verbal, berkali-kali tubuhnya dipukul, ditendang, dilempar, bahkan disetrum yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika Buntaran dalam masa tahanan. Dia ditendang, dilempar, bahkan tubuhnya diestrum oleh para tentara yang sedang mengintrogasi ia. Dia tak mampu berbuat lebih karena jika dia berteriak pun malah akan memperberat penderitaannya.

 

 

14)   Penindasan

(1)   “Adolfo mau mengakui. Banyak warga sipil Argentina diculik dan di tangkap. Lalu, malam hari mereka diterbangkan dengan pesawat angkut militer ke atas laut Atlantik. Mereka dibuang hidup-hidup di perairan yang penuh ikan hiu itu. Cara ini tidak meninggalkan bekas sama sekali. tapi, bagaimanapun kenyataan ini terkuak karena sebuah pengakuan. Namun, mungkin hal seperti itu dilakukan oleh perwira di negeri ini. Nyatanya mati dimakan hiu mungkin lebih baik dari pada harus merasakan nestapa berkepanjangan” (Hal.119)

Nilai moral penindasan ditunjukan dengan mati dimakan hiu mungkin lebih baik dari pada harus merasakan nestapa berkepanjangan yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Ketika Buntaran dan rekan-rekannya membandingkan pengakuan Adolfo tentang warga sipil Argentina yang diculik dan dibuang hidup-hidup di laut Atlantik yang penuh ikan hiu. Hal itu lebih baik dibandingkan mereka yang harus merasakan kepedihan berkepanjangan. Di buang di pulau buru dan di tindas entah sampai kapan.

(2)   Auman kucing hutan itu tidak seberapa mengerikan dibandingkan dengan rezim laknat yang membuang kita.

Sebelum tidur Buntaran sempat mengintip kucing hutan yang tersesat  di pelataran  Unit XIV Tefaat Buruh.

Makhluk itu ganas, tetapi lebih ganas pemerintah yang menindas. Yang siap memangsa para oposannya. Mereka mengeksploitasi kepatuhan pengikutnya untuk menyingkirkan oposan-oposanya agar mempertahankan kekuasaannya” (Hal.131).

Nilai moral penindasan ditunjukan dengan makhluk itu ganas, tetapi lebih ganas pemerintah yang menindas kita yang digambarkan oleh tokoh Buntaran dalam kutipan di atas. Penindasan yang dialami para tahanan yang dibuang di pulau Buru tempat pengasingan yang banyak binatang buas. Akan tetapi binatang itu tidak seberapa buasnya dibandingkan pemerintah yang menindas mereka untuk kekuasaan.

4.2.4 Nilai Moral Antara Hubungan Manusia Dengan Alam

Nilai moral yang mengungkapkan hubunga antara manusia dengan alam dalam novel Hayuri karya Maria Etty ini berfokus pada tokoh-tokoh yang ada dalam cerita yang mencangkup perwujudan yaitu memuji keindahan alam, memanfaatkan lingkungan sekitar dan mendaur ulang barang bekas untuk kelangsungan hidup. Berikut ini penjelasan wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan alam.

1)      Memuji Keindahan Alam

(1)    “Perjalanan ke sana terasa menenangkan. Cuaca hari itu bersahabat, sinar matahari tak mencolok, tetapi tetap ada pancaran cahaya. Sinarnya yang keemasan memantul di kaca jendela mobil Russel. udara pegunungan yang sejuk membuat suasana temaram. Hayuri menikmati perjalanan ini. Sesekali ia mencuri pandang kearah Russel yang asik mengendarai mobilnya. Sejauh mata memangdang Hayuri melihat alam yang hijau permai terkesan ramah. Seakan alam ikut memahami keindahan perasaannya saat itu. Hayuri mensyukurinya” (Hal. 14)

Nilai moral memuji keindahan alam diitunjukan dengan sinar matahari tak mencolok, sinarnya keemasan, udara pegunungan yang sejuk, alam yang hijau permai terkesan rama, dan alam ikut memhami keindahan perasaanya sat itu yang dilakukan oleh tokoh Hayuri dalam kutipan di atas. Ketika ia menemani Russel ke vila di puncak milik keluarga Russel, dalam perjalannya Hayuri bersyukur bisa menikmati perjalanan dengan keindahan alam yang begitu indah dan terkesan rama seakan-akan  ikut memahami perasaannya saat ini.

2)      Memanfaatkan Lingkungan Untuk Bertahan Hidup

(1)    “Mas sudah lama kerja disini? Tanpa ragu Russel membuka pecakapan.

Sudah sekitar 6 tahun

Nama mas siapa?

Hery

Saya Russel. ia segerah mengajak pemuda itu bersalaman. Tindakan itu segera menebas batas, antara dirinya dengan pemulung di hadapannya.

Di sini meski tingal sisa-sisa sampah, selalu masi ada yang bisa saya ambil. Heri mulai bercerita. Beberapa kali saya perna menemukan cincin emas. Aneh kan. Emas di antara sampah. Bukankah itu rahmat berlimpah. Russer tertegun” (Hal. 273)

 

Nilai moral memanfaatkan lingkungan untuk bertahan hidup ditunjukan dengan pemulung, meski sisa-sisa sampah selalu masi ada yang bisa saya ambil, beberapa kali menemukan cincin emas, emas diantara sampah, dan berkat melimpah yang di gambarkan oleh tokoh Heri dalam kutipan di atas. Heri adalah seorang pemulung yang memanfaatkan sisa-sisa sampah yang bisa ia ambil untuk dijual dan hasilnya untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Ia bahakan mendapatkan emas diantara para sampah.

3)      Mendaur ulang Barang Bekas

(1)    “Russel tetap menahan napasnya, kini kakinya sudah menginjak sebuah perkampungan kumuh dimana-mana, rumah disitu tak dibangun di atas pondasi. Tapi, berdiri dari kardus, tripleks, kaleng dan sebagainya. Dengan catatan semua itu barang bekas hasil perburuan di sampah-sampah.

Pembuangan sampah yang sangat panjang hingga sampai ke TPA tak terpikir dalam benak kebanyakan orang. Mereka cenderung melupakan barang-barang yang sudah dibuang, yang dianggap tak berguna lagi. Tapi, ternyata barang-barang itu masi berharga bagi pemulung-pemulung yang terlupakan.”        (Hal. 275)

 

Nilai moral mendaur ulang barang bekas ditunjukan dengan kalimat rumah-rumah disitu tak dibangun di atas pondasi tapi berdiri dari kardus, tripleks, kaleng dan sebagainya dengan catatan semua itu barang bekas hasil perburuan di sampah-sampah yang digambarkan oleh tokoh Russel dalam kutipan di aras. ketika Ia berada di perkampungan kumuh saat mencari rumah Hary, dia melihat dimana masyarakat disitu memanfaatkan barang-barang bekas berupa kardus, tripeks, kaleng dan sebagainya untuk dijadikan tempat tinggal merekan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada novel Hayuri karya Maria Etty dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam penelitian ini bentuk penyampaian nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan pada novel yang dikaji yaitu pasrah dan menerima kehendak Tuhan, bersyukur kepada Tuhan, berdoa dan memohon pertolongan Tuhan, dan mengakui kebesaran Tuhan. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan yang paling mendominasi yaitu mengakui kebesaran Tuhan.

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri. Dalam penelitian ini bentuk penyampaian nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri pada novel yang dikaji berupa rasa percaya diri, rasa takut, rasa rindu, rasa kesepian, sadar diri, terombang-ambing, menerima kenyataan, kerja keras, berani dan putus asa. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri yang paling mendominasi yaitu rasa rindu.

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain. Dalam penelitian ini bentuk penyampaian nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain pada novel yang dikaji berupa persahabatan, saling tolong menolong, menguatkan sesama, berbakti kepada orang tua, memberi semangat, peduli terhadap sesama, mengalah, berpikir positif, cinta kasih sejati, membantu yang lemah tanpa pambrih, saling mengenal, mencuri, kekerasa, dan penindasan. Wujud nilai moral hubungan manusia dangan manusia lain yang paling mendominasi yaitu persahabatan dan menguatkan sesama

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan alam. Dalam penelitian ini bentuk nilai moral dalam hubungan manusia dengan alam pada novel yang dikaji berupa memuji keindahan alam, memanfaatkan lingkungan sekitar, dan mendaur ulang barang bekas. wujud nilai moral antara hubungan manusia dengan alam yang paling mendominasi yaitu memanfaatkan lingkungan sekitar.

Berdasarkan data yang telah dianalisis pada novel Hayuri karya Maria Etty, ditemukan 11 data dari wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan, 19 data dari wujud nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, 26 data dari wujud nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain, dan 3 data dari wujud nilai moral hubungan manusia dengan alam. Dari keempat wujud nilai moral ini ditemukan 59 data yang telah di analisis.

 

 

 

 

5.2 Saran

Selanjutnya akan dikemukakan mengenai beberapa saran yang terkain dengan penelitian ini yaitu.

1.      Bagi pembaca pada umumnya, semoga penelitian ini bisa menambah wawasan serta menambah pengetahuan mengenai nilai-nilai moral dalam sastra.

2.      Bagi dunia pendidikan formal, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi pengajaran sastra mengenai ajaran-ajaran moral dalam sebuah novel

3.      Bagi penelitian selanjurnya, diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi penelitian yang serupa tentang nilai-nilai moral dalam novel-novel lainnya. Selanjutnya penelitian terhadap novel Hayuri masi memungkinkan untuk diteliti lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan lain.

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAFTAR NAMA DOSEN PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNPATTI.

Contoh Skripsi (ANALISIS WACANA KRITIS MODEL NORMAN FAIRCLOUGH PADA TEKS FACEBOOK GRUP NEW PILAR SBT)

Contoh Skripsi (TINDAK TUTUR DIREKTIF PENJUAL DAN PEMBELI DALAM GRUP FACEBOOK KOBISONTA DAGANG)