Contoh Skripsi (“Bagaimanakah nilai sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar karya Marco Dhyllan Pattianakotta”.)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang 

Karya sastra merupakan realitas kehidupan sosial masyarakat. Sebuah karya sastra besar memiliki karakteristik yang tak henti-hentinya dengan setumpuk kebenaran fundamental yang terus ada selama manusia ada. Menulis adalah ekspresi sang pencipta. Tidak dapat dipungkiri bahwa yang menulis karya sastra adalah sastrawan. Abrams dalam (Endraswara, 2003: 18-19) mengatakan, karya sastra akan berkaitan dengan work (teks), artis (pengarang), dan audiens (penikmat), tentu pemahaman sastra akan berputar di sekitar  tiga poros ini.

Sastra dapat menjadi item inventif dari kemampuan kreatif penulis yang menggambarkan kehidupan asli, seperti halnya budaya dan sejarah. Oleh karena itu, pemikiran menulis berfungsi untuk menentukan perspektif manusia dan sosial yang terkandung dalam nilai karya sastra tersebut. sastra itu dituls tidak dapat dipisahkan dari perkembangan zaman. Oleh karena itu, peneliti harus membawa cermin untuk melihat zaman yang selalu dinamis ini. Sudut pandang energik dari waktu dapat diselidiki melalui penyelidikan sosiologis.

Penelitian tentang karya sastra memang harus dilakukan untuk mengetahui relevansi karya sastra dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra  pada dasarnya menggambarkan substansi sosial yang berdampak pada masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra dapat dimanfaatkan sebagai perantara untuk mendapatkan realitas sosial yang secara imajinatif ditangani oleh pengarang melalui sosiologi.

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra dapat diartikan sebagai pendekatan dalam pemikiran sastra yang mencirikan dan mengukur karya sastra dengan memeriksa perspektif sosial (sosial) Damono (1979:1) sesuai dengan namanya, pada hakikatnya sosiologi sastra memahami karya sastra lewat panduan ilmu sastra dengan ilmu sosiologi (interdisipliner). Oleh sebab itu, guna mengerti konsep sosiologi sastra, berikut ini di uraikan kaitan antara sosiologi sebagai sebuah ilmu dan sastra sebagai fenomena masyarakat.

Dalam penelitian ini, penulis berbicara tentang nilai-nilai sosial yang terkandung dalam legenda Kisah Nen Te Idar karya Marco Dhyllan Pattianakotta. Cerita ini selain sudah dibukukan pada satu buku yaitu buku Kisah Nen Te Idar yang ditulis oleh Marco Dhyllan Pattianakotta, cerita ini juga memiliki beberapa adaptasi atau versi dari kisah yang termuat dalam buku Antologi Cerita Rakyat Kepulauan Kei yang ditulis oleh guru-guru di antaranya, Nen Te Idar, Legenda Nen Te Idar dan Asal Mula Danau Ablel. Peneliti menggunakan cerita Kisah Nen Te Idar yang  ditulis oleh Marco Dhyllan Pattianakotta sebagai bahan kajian untuk menganalisis nilai sosial.

Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk memilih nilai sosial sebagai aspek yang perlu dikaji sebab dalam cerita ini menjelaskan mengenai nilai-nilai tersebut.

Nilai sosial adalah penghargaan yang mendasari, membimbing, dan menjadi tujuan kegiatan dan kehidupan sosial manusia dalam melanjutkan, memelihara, dan menciptakan kehidupan sosial manusia. Nilai sosial adalah konsep unik dalam diri manusia pada sebuah masyarakat perihal apa yang dianggap hebat dan apa yang dianggap mengerikan, luar biasa, atau tidak indah, dan benar atau tidak wajar. Nilai adalah komponen penting dari budaya. Suatu perbuatan dianggap substansial jika sesuai dengan nilai-nilai yang ditetapkan dan dipertahankan oleh masyarakat dimana perbuatan itu dilakukan. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai-nilai sosial, nilai-nilai ketaqwaan atau reilgius, nilai-nilai moral atau etika dan lain-lain. Penelitian ini lebih berpusat pada nilai-nilai sosial.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah nilai sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar karya Marco Dhyllan Pattianakotta”.

 

 

 

1.3  Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar karya Marco Dhyllan Pattianakotta.

1.4  Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka mainfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1.      Manfaat Teoritis

a.       Hasil penelitian ini  diharapkan  mampu  memberikan tambahan ilmu   pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu sastra, dalam hal ini kajian sosiologi sastra untuk melihat nilai sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar karya Marco Dhyllan Pattianakotta.

2.      Manfaat Praktis

a.       Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pembaca pada umumnya mengenai cerita rakyat yang ada di Desa Idar Kepulauan Kei.

b.      Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di bidang sastra khususnya cerita rakyat jenis legenda.

c.       Bagi peneliti, penelitian ini dapat mempermudah peneliti yang ingin mengambil certa kisah Nen Te Idar sebagai bahan kajian untuk memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian sastra Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

                                                KAJIAN  PUSTAKA

2.1  Pengertian Cerita Rakyat

            Seperti yang telah menjadi pemahaman bersama bahwa pengertian cerita rakyat adalah cerita yang lahir dari rakyat dan berkembang dari penuturan secara lisan di antara rakyat itu sendiri. Pada dasarnya, cerita rakyat adalah cerita fiktif yang tidak dapat dibenarkan. Meskipun terdapat bukti-bukti fisik yang menyerupai isi cerita, namun hal tersebut merupakan sebuah fenomena alam yang prosesnya dapat dibuktikan secara ilmiah. Sehingga bukan terjadi akibat keajaiban yang ditimbulkan oleh manusia atau tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam cerita rakyat tersebut.  

Menurut William R. Bascom (dalam Danandjaja, 1995:50), cerita rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, antara lain yaitu mite (myth), legenda (legend),   dan dongeng (folktale).

a.       Mite

      Mite adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan  dianggap sakral oleh pemiliknya. Biasanya tokoh-tokoh dalam mite digambarkan seperti dewa atau mahkluk setengah dewa dan latar tempat terjadinya cerita berada di dunia lain di luar dunia manusia.

Mite pada dasarnya menceritakan tentang peristiwa alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk umum binatang, bentuk topografi, geala alam, dan sebagainya. Mite juga menceritakan petualangan dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatanatau keluarga,dan kisah perang mereka.

b.      Legenda

      Legenda sebenarnya mirip dengan mite, yakni prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat. Namun, legenda tidak dianggap suci seperti mite.

      Dalam kaitannya dengan sejarah, ditegaskan bahwa legenda dianggap sebagai sejarah kolektif (folk history) karena tertulis telah mengalami perubahan sehingga bisa berbeda jauh dengan kisah aslinya. Jadi, bisa dikatakan bahwa legenda memiliki kaitan erat dengan sejarah kehidupan masa lampau meskipun tidak sepenuhnya benar. Legenda bersifat semihistoris. ), Menurut Endaswara (2005:164), cerita asal usul tempat sering dinamakan legenda. Biasanya, cerita ini akan mudah diingat dan sering kali menokohkan makhluk superior. Legenda sering menampilkan tokoh istimewa, tapi tidak dianggap keramat. Tokoh-tokoh kepahlawan sering masuk dalam legenda. Legenda boleh dikatakan merupakan sebuah peristiwa yang seakan-akan terjadi sungguhan.

      Menurut Alan Dundes (1986:67), jumlah legenda dalam setiap kebudayaan mungkin jauh lebih banyak daripada mite atau dongeng. Mite hanya memiliki tipe dasar yang terbatas, seperti bagaimana dunia diciptakan dan kematian terjadi, tetapi legenda memiliki jumlah tipe dasar yang tidak terbatas dibandingkan dengan legenda yang dapat menyebar ke mana-mana, terutama tentang legenda lokal.

      Berdasarkan anggapan tersebut dapat dikatakan bahwa legenda mungkin lebih kompleks daripada mitos. Legenda dapat mengandung unsur-unsur mitologis, terutama kalau berkaitan dengan masalah supernatural dan oleh karena itu tidak selalu dapat dibedakan dengan mitos. Secara lebih terpernci, Brunvand (1986:67) membagi legenda dalam beberapa jenis, yaitu: (1) legenda religius (religious legend), (2) legenda supernatural (supernatural legend), (3) legenda seseorang (personal legend), dan (4) legenda sebuah tempat (local legend).

1.      Legenda Keagamaan

            Legenda keagamaan menurut Danandjaja (1986:68) mengisahkan tentang orang-orang suci (saint) dalam agama kristen.

2.      Legenda Alam Gaib

            Legenda alam gaib biasanya adalah sebuah kisah yang benar-benar terjadi dan dialami seseorang. Legenda semacam ini berfungsi untuk menegaskan kebenaran “takhayul” atau keyakinan masyarakat. C.W. Von Sydow memberi sebutan “memorat” untuk legenda ghaib ini karena berasal dari pengalaman pribadi seseorang “pengalaman” itu mengandung banyak motif certa tradisional yang khas pada kolektifnya sebagai kesimpulannya, memorat adalah legenda alam gaib berdasarkan pengalaman seorang, yang erat berhubungan dengan suatu kepercayaan (Danandjaja, (1986:74)).

3.      Legenda Perseorangan

Legenda perseorangan adalah cerita tentang tokoh tertentu, yang dianggap oleh pemilik cerita benar-benar pernah terjadi. Di Indonesia, ada banyak sekali legenda seperti ini. kita mengenal cerita dengan tokoh Mas Karebet dari Jawa Tengah, Panji dari Jawa Timur, Prabu Siliwangi dari Jawa Barat, atau tokoh Jayaprana dari Bali, Danandjaja (1986:73-75).

4.      Legenda Setempat

            Danandjaja (1986:75-83) menjelaskan golongan legenda suatu tempat yaitu certa yang berkaitan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu daerah yang berbukit, berjurang dan sebagainya. Ada banyak legenda yang berhubungan dengan nama suatu tempat, misalnya Asal Mula Rawa Pening, Asal Mula Banyuwangi, Asal Mula Solo, Asal Mula Semarang, dan sebagainya. Ada juga legenda yang menceritakan kisah terbentuknya dinamika bentang alam suatu tempat, misalnya legenda Gunung Tangkuban Perahu atau yang serng dikenal dengan legenda Sangkuriang.

            Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan legenda mirip dengan mite, dianggap terjadi tetapi tidak dipandang suci, dianggap peristiwa secara dan lebih rumit daripada mitos. Legenda dibagi menjadi beberapa kelempok; (1) legenda religius, (2) legenda supranatural, (3) legenda seseorang, dan (4) legenda suatu tempat, tetapi tidak dipandang suci walau dilihat sebagai peristiwa sejarah.

c.       Dongeng

      Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh pemiliknya. Dongeng biasanya tidak terikat oleh latar waktu dan tempat terjadinya cerita. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang dilukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral.

      Berdasarkan pembagian jenis cerita rakyat menurut William  R. Bascom (dalam Danandaja, 1995:50) cerita rakyat Kisah Nen Te Idar tergolong dalam jenis cerita rakyat legenda karena cerita ini ditokohi oleh manusia dan berlatarkan dunia tempat manusia tinggal seperti yang kita kenal sekarang. Sedangkan pembagian jenis legenda menurut Brunvand cerita rakyat Kisah Nen Te Idar tergolong dalam jenis legenda perseorangan karena dalam cerita ini Nen Te Idar dikisahkan sebagai tokoh tertentu atau tokoh utama.

 

2.2  Teori Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra merupakan kajian tentang segala sesuatu yang menyangkut masyarakat. Termasuk permasalahannya dan hubungannya  dengan hajat hidup orang banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Damono (1979: 7) yang menyatakan bahwa sosiologi sastra adalah telaah objektif dan ilmiah tentang manusia di dalam masyarakat, telaah tentang lembaga, dan proses sosial.

Hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat oleh Wellek dan Werren dapat diteliti melalui:

1.      Sosiologi Pengarang

Menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil Karya satra. Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban pengarang di luar karya sastra.

2.      Sosiologi Karya Sastra

Menyangkut eksistensi karya itu sendiri, yang memuat isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri, dan yang berkaitan masalah-masalah sosial.

3.      Sosiologi Pembaca

Mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya tersebut, yakni sejauh mana dampak sosial sastra bagi masyarakat pembacanya (Wellek dan Werren, 1990: 111).

Jadi, pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap karya sastra dengan tidak meninggalkan segi-segi masyarakat, termasuk latar belakang kehidupan pengarang dan pembaca karya sastra.

Berdasarkan ketiga pembagian kategori sosiologi sastra oleh Wellek dan Werren, peneliti mengkaji Kisah Nen Te Idar menggunakan kategori sosiologi karya sastra. Karena dalam sebuah karya sastra terdapat hal-hal tersirat yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Keterkaitan antara sosiologi karya sastra dengan nilai sosial adalah hasil karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai sosial akan dimanfaatkan kembali oleh masyarakat yang bertindak sebagai pembaca karya sastra.

2.3  Nilai sosial

Dalam dunia sastra baik lisan maupun tulis terdapat nilai-nilai yang mendukung karya sastra itu sendiri.  Nilai-nilai tersebut antara lain: nilai moral, nilai sosial, nilai budaya/tradisi, nilai religi atau agama. Peneliti memfokuskan penelitian pada nilai sosial yang terkandung dalam Cerita rakyat kisah Nen Te Idar yaitu nilai yang berkaitan dengan norma atau aturan dalam kehidupan masyarakat dan berhubungan dengan orang lain.

secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu keyakinan seseorang tentang sesuatu hal yang dianggapnya baik. Jadi sesuatu yang bernilai artinya sesuatu yang dianggap baik atau dasar keyakinan dan pandangannya.

Nilai-nilai sosial tidak diperoleh begitu saja saat lahir, namun diajarkan oleh orang tua kepada anaknya, dapat membantu dalam hal beradaptasi, serta penyesuaian diri terhadap lingkungan dan masyarakat. Setiap individu saat dewasa membutuhkan arahan untuk bertindak, hal tersebut berguna untuk menumbuh kembangkan kepribadian yang baik dalam bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat di sekitar.

2.4  Jenis-jenis Nilai Sosial

Nilai-nilai sosial diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Zubaedi (2005: 13) membagi nilai sosial menjadi tiga, yaitu: (1) kasih sayang, (2) tanggung jawab, (3) keserasian hidup. Masing-masing pembagian nilai sosial Zubaedi (2005: 13) akan peneliti paparkan sebagai berikut:

1.      Kasih sayang

Kasih sayang adalah sebuah gambaran perasaan yang dimiliki manusia. Gambaran kasih sayang seorang dapat ditunjukkan melalui sikap seseorang kepada orang lain. Berkenaan dengan hal ini, Zubaedi (2005: 13) membagi kasih sayang menjadi empat. Keempat nilai sosial yang berupa kasih sayang antara lain: (a) pengabdian, (b) saling menolong, (c) kesetiaan dan (d) kepedulian. Penjelasan mengenai nilai-nilai sosial tersebut peneliti menjelaskan sebagai berikut:

 

 

a.       Pengabdian

Pengabdian adalah proses, cara, perbuatan mengabdi atau mengabdikan. Pengabdian merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang dala mengabdikan dirinya untuk melakukan suatu kegiatan. Kegiatan yang dilakukan di dasari oleh rasa ikhlas dan tanpa pamrih. Dalam menggabdikan dirinya, seseorang dapat melakukannya dengan beberapa cara. Misalnya pengabdian seseorang dibuktikan dengan tindakan yang dapat dilihat oleh mata, dapat juga berupa pemikiran seseorang terhadap sesuatu hal, tenaga maupun pendapat.

b.      Saling Menolong

Tolong menolong artinya saling menolong. Menolong sendiri mempunyai arti membantu untuk meringankan beban penderitaan, kesukaran, dan sebagainya, membantu supaya dapat melakukan sesuatu, melepaskan diri dari bahaya, bencana dan sebagainya, menyelamatkan, dapat meringankan penderitaan. Sehingga tolong menolong merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain guna membantu meringankan beban, kesulitan atau usaha yang dilakukan seseorang kepada orang lain dengan cara saling menolong satu sama lain.

c.       Kesetiaan

Zuriah (2008: 84) mendefinisikan kesetiaan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Sependapat dengan Zuriah, Samani (2012: 126) mendefinisikan bahwa kesetiaan adalah keadaan seseorang yang mampu memanfaatkan suatu situasi dengan berupaya sepenuh hati untuk memberikan komitmen untuk mereka yang dilayani. Dari kedua pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kesetiaan adalah sikap seseorang yang memiliki komitmen terhadap orang lain. Komitmen yang dimaksud di sini adalah dalam hal kebaikan bukan dalam hal keburukan.

d.      Kepedulian

Kepedulian adalah merasakan kekhawatiran orang lain atau sesuatu (Yaumi, 2014: 77). Sebagai makhluk sosial, manusia tentu mempunyai rasa kepedulian. Kepedulian seseorang ditunjukkan dengan memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan orang lain dan siap membantu orang lain yang sedang membutuhkan. Seseorang yang mempunyai sikap peduli akan memberikan perhatian terhadap sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat.

2.      Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan sikap seseorang yang mampu menangung segala sesuatu dalam segala hal. Zubaedi (2005: 13) membagi tanggung jawab menjadi tiga,. Ketiga nilai sosial yang berupa tanggung jawab antara lain: (a) nilai rasa memiliki, (b) disiplin, (c) empati. Penjelasan mengenai nilai-nilai sosial tersebut peneliti jelaskan sebagai berikut:

a)      Nilai rasa memiliki

Nilai rasa memiliki merupakan sebuah sikap bahwa dirinya merasa memiliki atas hal, sesuatu dan lain sebagainya namun sesuatu itu bukanlah milik dirinya. Rasa memiliki ini merupakan suatu perasaan yang diwujudkan dalam sikap seseorang dalam berperilaku dengan sesamanya menunjukkan rasa kasih sayang terhadap orang lain. Rasa kasih sayang inilah yang nantinya akan menimbulkan perasaan memiliki satu sama lainnya (Salman, 2012: 125). Jadi rasa memiliki sejatinya adalah sebuah sikap kasih sayang seseorang terhadap orang lain, sehingga dari sikap kasih sayang inilah orang akan memiliki antar sesama.

b)      Disiplin

Yaumi (2014: 60) mendefinisikan bahwa disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Sedangkan Depdiknas mendefinisikan bahwa disiplin mengandung arti segala tata tertib baik di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya, ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Samani (2012: 121) mendefinisikan bahwa disiplin adalah sikap dan perilaku yang muncul sebagai akibat dari pelatihan atau kebiasan menaati aturan., hukum. Dari ketiga pendapat menurut para ahli, penulis menyimpulkan bahwa disiplin merupakan sebuah sikap ketaatan terhadap tata tertib atau peraturan.

c)      Empati

Zuriah (2015: 37) juga mendefinisikan bahwa empati merupakan kemampuan untuk mengetahui dan dapat merasakan keadaan yang dialami orang lain. Empati adalah suatu keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

3.      Keserasian Hidup

Zubaedi (2005: 13) membagi keserasian hidup menjadi empat. Keempat nilai sosial yang berupa keserasian hidup antara lain: a) keadilan, b) toleransi, c) kerja sama, d) demokrasi. Keadilan, toleransi, kerja sama, dan demokrasi adalah sikap-sikap yang ada pada diri masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, penjelasan mengenai nilai-nilai sosial tersebut peneliti uraikan sebagai berikut:

 

a)      Keadilan

Keadilan merupakan suatu keadaan menghindarkan diri dari sikap memihak (Zuriah, 2015: 98). Sedangkan menurut Depdiknas (2007: 8) keadilan adalah sifat seseorang yang adil. Adil dalam hal ini berarti suatu keadaan seseorang yang tidak ingin menang sendiri.

b)      Toleransi

Toleransi berdasarkan asal katanya berasal dari kata bahasa latin tolerare. Sedangkan secara harfiah berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang lain berpendapat berbeda, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang berpendirian berbeda. Toleransi merupakan sikap yang bersedia menenggang pendirian pihak lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian diri sendiri (Saptono: 2011: 132-133). Toleransi merupakan sifat atau sikap toleran batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyipangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja.

c)      Kerja sama

Samani (2012: 118) mendefinisikan bahwa kerja sama adalah sebuah sikap atau tindakan dari seseorang yang mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama. Sebuah kerja sama dilakukan oleh kelompok masyarakat atau orang perorang dengan kelompok atau orang lainnya.

d)      Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demos” yang berarti rakyat, dan “kratos” yang berarti kekuasaan. Demokrasi merupakan pemerintahan oleh rakyat, kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijadikan langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka pilih di sistem pemerintah bebas (Taniredja, dkk, 2010: 125).  Jadi dari kedua pendapat menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa demokrasi adalah suatu sikap seseorang yang dapat menghargai pendapat orang lain serta mempertimbangkan kepentingan rakyat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa demokrasi adalah suatu sikap seseorang yang dapat menghargai pendapat orang lain serta mempertimbangkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dengan cara bermusyawarah dalam mengambil keputusan.

Berdasarkan pengklasifikasian nilai sosial menurut Zubaedi, peneliti memilih menggunakan nilai sosial kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup untuk menganalisis cerita rakyat kisah Nen Te Idar yang ditulis kembali oleh Marco Dhyllan Patiianakotta.

2.5  Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mengkaji nilai-nilai sosial dalam cerita rakyat sebelumnya telah diteliti oleh beberapa peneliti. Peneliti yang mengkaji masalah nilai sosial di antaranya adalah Berthin Simega dan Eti Harwanti. Berthin Simega mengangkat permasalahan nilai-nilai sosial dalam cerita rakyat Tulang Didi’ dan Eti Harwanti mengangkat permasalahan nilai-nilai sosial budaya cerita rakyat Pau-paunna Sawerigading.

Pertama penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Berthin Simega. Berthin Simega adalah mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia Toraja pada tahun 2014. Penelitiannya berjudul “Nilai Sosial dalam Cerita Rakyat Toraja Tulang Didi Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra”. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, dengan fokus penelitian nilai-nilai sosial yang ada dalam cerita rakyat toraja Tulang Didi'. Adapun nilai sosial yang dibahas dalam penelitian yang dilakukan Berthin Simega ini yaitu membahas mengenai nilai kesetiaan dan kesetiakawanan, sikap kritis, pengakuan atas potensi seseorang bahkan antar golongan dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, hak hidup setiap orang perlu dipikirkan, kasih sayang dan perhatian seorang ibu. Perbedaan dengan penelitian yang peneliti laksanakan kali ini adalah selain sumber datanya berbeda juga fokus penelitiannya pun berbeda.

Kedua, penelitian mengenai nilai-nilai sosial juga pernah dilakukan oleh Eti Harwanti. Eti Harwanti mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2014. Penelitian ini berjudul “Analisis Nilai Sosial Budaya Cerita Rakyat Pau-paunna Sawerigading. Sama halnya dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, dengan fokus penelitian nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial yang peneliti ambil dalam penelitian tersebut adalah nilai-nilai sosial meliputi tata krama dan kepercayaan.

Berdasarkan gambaran penelitian yang bersangkutan, ditemukan adanya perbedaan yaitu, dari penelitian selanjutnya adalah objek dan sumber data  penelitiannya. Objek dan sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu Cerita Rakyat Kisah Nen Te Idar, sedangkan dengan penelitian sebelumnya objek dan sumber data yang digunakan adalah Cerita Rakyat Tulang Didi’, dan Cerita Rakyat Pau-paunna Sawerigading. Berdasarkan perbedaan tersebut maka sifat keaslian suatu penelitian bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1  Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Kualitatif adalah data penelitian yang dikumpulkan tersaji menggunakan huruf, tidak menyajikan laporandata penelitian dalam bentuk angka. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang data-datanya berupa kata-kata yang berasal dari hasil baca, dan catat. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data secara sistematis untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai sosial yang terkandung dalam cerita rakyat.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif mengolah data dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan menggunakan teknik pengumpulan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menemukan nilai sosial yang terkandung dalam cerita rakyat “Kisah Nen Te Idar” yang akan dijelaskan secara terperinci.

3.2  Data dan Sumber Data

a.       Data penelitian ini berupa kata-kata, kalimat dan paragraf yang di dalamnya termuat nilai-nilai sosial pada cerita rakyat Kisah Nen Te Idar.

b.       Sumber Data

Data penelitian ini bersumber dari Cerita Rakyat Kisah Nen Te Idar  dalam buku Kisah Nen Te Idar yang ditulis kembali oleh Marco Dhyllan Pattianakotta dan diterbitkan oleh Kantor Bahasa Maluku pada tahun 2017.

3.3  Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik sebagai berikut:

1.      Teknik Baca

Menurut Ratna (2010: 245) teknik baca merupakan hal yang terpenting, data tidak dihasilakn tanpa melalui proses pembacaan. Membaca dalam karya ilmiah dilakukan dengan cara memberikan perhatian yang benar-benar terfokus pada objek. Teknik baca dalam hal ini artinya peneliti membaca keseluruhan buku cerita Kisah Nen Te Idar dengan seksama dan berulang-ulang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data sebagai bahan penelitian.

 

 

2.      Teknik Catat

Metode catat digunakan untuk memperoleh data dengan cara mencatat hal-hal yang dianggap penting yang berkaitan dengan nilai sosial yang ada dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar yang ditulis kembali oleh Marco Dhyllan Pattianakotta.

3.4  Teknik Analisis Data

Semua data yang diperoleh hanya berkaitan dengan nilai sosial berupa kutipan-kutipan dalam buku Kisah Nen Te Idar yang dituliskan kembali oleh Marco Dyllan Pattianakotta. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik baca, simak, dan teknik catat, pada teori Arikunto (2013:172) setelah data terkumpul selanjutnya peneliti melakukan analisis data yang dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

1.      Membaca lalu menyimak data dengan teliti dan menandai kutipan-kutipan yang berkaitan dengan nilai sosial dalam sumber data buku Kisah Nen Te Idar.

2.      Mengidentifkasi, yaitu peneliti melakukan pengenalan dan memahami nilai sosial pada data berupa kutipan-kutipan dari sumber data buku Kisah Nen Te Idar.

3.      Klasifikasi data, pada tahap ini peneliti mengelompokkan data-data yang dikumpulkan dalam kelompok sesuai dengan permasalahan yang dikaji.

4.      Interpretasi data, yaitu peneliti menafsirkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan yang memuat nilai sosial di dalamnya.

5.      Inferensi, yakni peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan yang mengandung permasalahan tentang nilai sosial berdasarkan kenyataan-kenyataan atau nilai yang dianut dan digunakan masyarakat dalam kehidupan nyata.

3.5  Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan dasar objektifitas hasil yang dicapai dalam penelitian untuk memeriksa data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini, tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan dan untuk menghindari kesalahan data, maka peneliti memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan.

 

 

 

BAB IV

ANALISIS

1.1  Pengantar

            Pada bagian ini akan diuraikan secara terperinci hasil analisis terhadap cerita rakyat Kisah Nen Te Idar.  Untuk memperoleh data dalam penelitian ini terlebih dahulu peneliti membaca secara terperinci cerita rakyat Kisah Nen Te Idar, hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh pemahaman gambaran tentang kehidupan sosial masyarakat dalam cerita tersebut. Hasil penelitian ini akan dikemukakan beberapa data yang diperoleh sebagai hasil bukti penelitian. Data yang disajikan pada bagian ini adalah data yang memuat tentang nilai-nilai sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar. Berdasarkan pendapat Zubaedi yang digunakan peneliti dalam menganalisis nilai sosial dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar antara lain:

4.2 Nilai Kasih Sayang dalam Kisah Nen Te Idar

Nilai kasih sayang adalah suatu perasaan yang diwujudkan dalam sikap seseorang dalam berperilaku dengan sesamanya menunjukkan rasa kasih sayang terhadap orang lain. Kasih sayang diperlukan dalam masyarakat agar kita bisa membangun ikatan hubungan baik dengan orang lain serta menumbuhkan rasa percaya diri untuk kehidupan sehari-hari.

 

 

4.2.1        Pengabdian

Pengabdian merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengabdikan dirinya untuk melakukan suatu kegiatan. Pengabdian perlu dilakukan dalam bermasyarakat agar membuat masyarakat percaya diri dengan kreativitas mereka, membuat masyarakat untuk tidak mengandalkan orang lain untuk kehidupannya tetap dia sendiri dapat menghasilakan sesuatu untuk menjalani kehidupannya. Seperti yang ada dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar yang ditunjukkan oleh Nen Te Idar yang mengabdikan dirinya sebagai seorang yang rajin membersihkan sampah di desa idar. Nen Te Idar juga mengabdikan dirinya pada alam sekitar dengan cara berjalan keliling Desa untuk membersihkan sampah yang berserahkan. Ini bisa di contoh pada kita khususnya generasi muda pada saat ini pekerjaan apapun yang kita lakukan saat ini kita harus mengabdi bagaimanapun bentuk pekerjaan tersebut yang penting pekerjaan itu halal. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“jika rumahnya sudah bersih, ia berjalan kelling desa membersihkan sampah yang berserakan. Suasana jadi ramai setiap kali Nen Te Idar turun ke jalan membersihkan sampah, karena orang banyak ikut turun tangan tanpa komando”. (Pattianakotta Hlm 12)

 

Wujud dari tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga, sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat atau suatu ikatan, dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Seperti yang ditunjukan oleh sikap Nen Te Idar yang dengan ikhlas berjalan keliling desa untuk membersihkan sampah yang berserakan. Sikap pengabdian ini timbul karena manusia dibesarkan dan hidup dalam masyarakat, sehingga sebagai perwujudan tanggung jawabnya kemudian melakukan pengabdian juga pengorbanan. Nilai pengabdian sendiri adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Hal ini juga terbukti dari sikap yang ditunjukan oleh Nen Te Idar.

4.2.2.      Saling Menolong

Menolong adalah kegiatan membantu untuk meringankan beban orang lain. Menolong perlu dilakukan dalam masyarakat agar kita bisa membangun ikatan hubungan baik dengan orang lain dan lebih berguna untuk kehidupan di dunia dan sekaligus akan menumbuhkan rasa percaya diri untuk kehidupan sehari-hari. hal ni ditunjukkan dalam cerita rakyat yaitu Nen Te Idar bersama dengan orang banyak saling membantu untuk membersihkan sampah di Desa Idar. Sikap seperti ini bisa dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari bahwa kita harus saling tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Jika rumahnya sudah bersih, ia berjalan keliling desa membersihkan sampah yang berserakan. Suasana jadi ramai setiap kali Nen Te Idar turun ke jalan membersihkan sampah, karena orang banyak ikut turun tangan tanpa ada komando. Tradisi gotong-royong ini dalam bahasa Kei disebut maren”. (Pattianakotta Hlm 12)

 

Pada kutipan tersebut menjelaskan bahwa sebagai makhluk sosial, kita pasti tidak akan bisa hidup sendirian tanpa adanya bantuan orang lain. Tolong menolong pada hakikatnya merupakan hak dan kewajiban setiap manusia kepada manusia lain.

4.2.3.      Kesetiaan

Kesetiaan adalah sikap seseorang yang memiliki komitmen terhadap orang lain. Komitmen yang dimaksud adalah dalam hal kebaikan bukan dalam hal keburukan. Kesetiaan mampu membuat situasi nyaman karena setiap orang mengupayakan kesejahteraan bersama. Membangun nilai kesetiaan merupakan proses penyadaran di dalam diri manusia bahwa kesetiaan itu ada, penting dan berguna. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Mereka suka sekali mendengar berbagai dongeng yang diceritakan wanita uzur yang baik hati itu. Keriput dan mahkota putih kehormatan bagi ketuaannya, tak menghalangi kelincahannya untuk menghipnotis anak-anak dengan cerita-cerita dongengnya. Hingga membuat mereka tak beranjak sedikit pun dari tempat mereka duduk saat Nen Te Idar bercerita. Bahkan mereka tak pernah bosan mendengar Nen Te Idar bercerita walau ceritanya sudah sering berulang..” (Pattianakotta Hlm 4)

 

Pada kutipan tersebut orang yang setia adalah orang yang tetap berpendirian kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan serta tugas yang diberikan. Kesetiaan yang kokoh harus berlandaskan pada nilai yang benar, seperti kejujuran dan keadilan. Dalam menjadi pribadi yang setia, maka kita akan memetik manfaat dari berbuat setia itu sendiri antara lain: dapat mensyukuri hidup lebih baik lagi, merasa hidup ini lebih indah, mendapatkan hasil yang sepadan dengan kerja keras kita, dapat lebih memiliki rasa percaya dan dipercaya, serta dapat lebih menghormati dan dihormati.

4.2.4.      Kepeduliaan 

Kepeduliaan seseorang ditunjukkan dengan memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan dan kedermawan, peka terhadap perasaan orang lain dan siap membantu orang lain yang sedang membutuhkan.

Dalam kehidupan bermasyarakat harusnya seperti itu saling peduli dan memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Meskipun terkejut dan heran, Nen Te Idar tidak mempedulikan gelak-tawa mereka. Ia mengumpulkan kembali insang-insang ikan itu dengan tangannya, lalu menguburnya di dalam tumpukan pasir yang berada tak jauh dari rumahnya”. (Pattianakotta Hlm 15-16)

 

Kutipan tersebut memperlihatkan salah satu bentuk tindakan nyata, yang dilakukan oleh Nen Te Idar dalam merespon suatu permasalahan sehingga Nen Te Idar selalu memperlakukan mereka dengan penuh kebaikan meskipun mereka telah mengolok Nen Te Idar. Kepedulain juga merupakan sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Adapun kutipan lain yang menunjukkan nilai kepedualian adalah:

Selain pekarangannya bersih, sang nenek juga senang membagikan aneka makanan yang dimasaknya sendiri. Anak-anak suka makan ilu-langar. Sejenis kue tradisional masyarakat di desa Idar. Mereka menyebutnya kue putar”.

 

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Nilai kepedulian sangat penting untuk dimiliki seperti nilai kejujuran, kasih sayang, renda hati, ramah tamah dalam berinteraksi sosial. Semua hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada disekitarnya. Nilai kepedulian juga bisa kita ujudkan dengan usaha kta untuk memelihara, melanjutkan, dan memperbaiki alam yang kita tempati sehingga kita bisa hidup nyaman dan baik.

            4.3 Nilai Tanggung Jawab dalam Kisah Nen Te Idar

Tanggung jawab adalah sikap seseorang yang mampu menanggung segala  sesuatu dalam segala hal. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah suatu kondisi dimana setiap individu memiliki suatu kewajiban untuk menanggung segala sesuatunya sendirian.

4.3.1 Nilai Rasa Memiliki

Nilai rasa memiliki merupakan sebuah sikap bahwa dirinya merasa memiliki atas hal, sesuatu dan hal lain sebagainya. Rasa memiliki merupakan suatu perasaan yang diwujudkan dalam sikap seseorang dalam berperilaku dengan sesamanya menunjukkan rasa kasih sayang terhadap orang lain. Rasa memiliki sejatinya adalah sebuah sikap kasih sayang seseorang terhadap orang lain, sehingga dari sikap kasih sayang inilah orang akan memiliki antar sesama.  Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

Anak-anak Desa Idar gemar bermain di pekarangan rumah Nen Te Idar. Selain pekarangannya bersih, sang nenek juga senang membagikan aneka makanan yang dimasaknya sendiri. Anak-anak suka makan ilu-langar.” Kalian juga harus belajar makan sirih pinang ya supaya gigi kalian kuat dan badan sehat! Jadi, tidak mudah kena penyakit, pesannya kepada anak-anak sambil menepuk pundak mereka satu persatu. Kecintaannya terhadap anak-anak menjadi salah satu alasan dia tetap ceria dan bahagia. Walaupun hanya sebatang kara di desa itu.” (Pattianakotta Hlm 3)

Pada kutipan tersebut nilai rasa memiliki diwujudkan dalam sikap seseorang dalam berperilaku dengan sesamanya menunjukkan rasa kasih sayang terhadap orang lain. Kasih sayang diperlukan dalam masyarakat agar kita bisa membangun ikatan hubungan baik dengan orang lain serta menumbuhkan rasa percaya diri untuk kehidupan sehari-hari. Wujud kasih sayang dapat dimulai dari keluarga. Caranya harus sangat konkret, misalnya makan bersama sambil membicarakan hal yang positif seperti yang ditunjukan oleh Nen Te Idar dan anak-anak dengan makan kue Ilu Langar dan memberikan nasihat kepada anak-anak untuk belajar makan sirih pinang. Melalui tindakan dan hubungan positif inilah anak-anak belajar bahwa orang lain mencintai dan peduli pada mereka, hingga pada gilirannya anak-anak merasa dapat dicintai.

4.3.2 Disiplin

         Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawabnya. Disiplin di masyarakat harus dilaksanakan karena di masyarakatlah mulainya proses interaksi antara seseorang dengan orang lain. Nilai disiplin dalam cerita tersebut dibuktikan oleh Nen Te Idar yang kesehariannya selalu membersihkan sampah di Desa Idar. Nilai disiplin juga ditunjukkan oleh para pemuda Desa Idar yang menjalankan hukuman dari Kepala Soa yang merupakan aturan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh masyarat di Desa Idar. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Kepala Soa langsung memutuskan hukuman. Para pemuda itu diwajibkan untuk membayar denda berupa emas dan kain tenun Kei. Mereka juga wajib membersihkan rumah Nen Te Idar sampai bersih seperti sediakala. Hari itu juga para pemuda itu menjalankan semua jenis hukuman. Putusan ini bukan membuat Nen Te Idar bahagia dan sedih. (Pattianakotta Hlm 22)

 

           Pada kutipan tersebut nilai disiplin merupakan suatu bentuk tindakan mematuhi dan melakukan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai dan aturan yang dipercaya merupakan tanggung jawabnya. Disiplin juga merupakan suatu sifat atau kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dan mematuhi aturan atau nilai-nilai yang telah disepakati. Dengan menjalankan aturan dan nilai-nilai tersebut maka keseimbangan dan kerukunan masyarakat akan tetap terjaga. Bukti nyata nilai disiplin dapat kita lihat pada kutipan tersebut yang menunjukkan sikap para pemuda yang dengan taat menjalankan semua hukuman yang diberikan oleh Kepala Soa. Sikap disiplin seperti ini tentunya akan memberikan manfaat bagi semua pihak, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

           4.4  Nilai Keserasian Hidup dalam Kisah Nen Te Idar

Keserasian hidup adalah mencocokan atau menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial sehingga tercipta suatu hubungan yang indah antar masyarakat.

4.4.1  Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatau hal, baik menyangkut benda atau orang. Keadaan kehidupan masyarakat yang adil akan terlihat jika struktur yang ada dalam masyarakatnya dapat menjalankan fungsinya masingmasing, dan elemen-elemen dasar dalam masyarakat tetap dapat dipertahankan. Para pemimpin dalam masyarakat harus diisi oleh orang-orang yang memiliki kecakapan untuk menjadi pemimpin dan kesanggupan untuk memimpin dengan adil. Hal ini dibuktikan dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar adalah dengan sikap Kepala Soa yang memperlakukan Nen Te Idar dengan adil ketika Kepala Soa memberikan hukuman yang sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para pemuda terhadap Nen Te Idar. Berperilaku adil kepada orang lain harus kita lakukan, dan itu kita lakukan kepada semuanya tidak terkecuali bahkan kepada orang lain. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Panggil semua orang yang membuang sampah di rumah Nen Te Idar,” perintah Kepala Soa. Marinyo pun berlalu. Tak lama berselang, terdengar bunyi tiupan teromper siput. Bunyinya panjang pendek seperti memberi isyarat. Ketika tiupan berhenti, giliran suara Marinyo mengudara.” (Pattianakotta Hlm 21-22)

 

Kutipan diatas menunjukkan contoh sikap yang mencerminkan nilai-nilai keadilan. Saling menghormati dan menghargai hak-hak yang dimiliki orang lain. Berperilaku adil kepada siapapun. Berteman kepada siapapun tanpa memandang perbedaan. Saling membantu orang lain yang kesusahan.

4.4.2        Kerja Sama

Kerja sama adalah sebuah sikap atau tindakan dari seseorang yang mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama. Kerja sama merupakan interaksi yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Sikap kerja sama ditunjukkan oleh masyarakat Desa Idar ketika dengan penuh kesadaran mereka sama-sama membersihkan sampah yang berserakan di Desa Idar. Sikap kerja sama sangat penting dalam kehidupan kita karena di dalam melakukan pekerjaan, kita diajarkan untuk belajar bertanggung jawab dalam suatu hal. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Nen Te Idar dikenal rajin membersihkan rumah dan desa. Tidak heran, rumahnya selalu bersih. Ia mengumpulkan sampah dan membuangnya di dalam kolam yang berdinding batu. Jika rumahnya sudah bersih, ia berjalan keliling desa membersihkan sampah yang berserakan. Suasana jadi ramai setiap kali Nen Te Idar turun ke jalan membersihkan sampah, karena orang banyak ikut turun tangan tanpa ada komando. Tradisi gotong-royong ini dalam bahasa Kei disebut maren”. (Pattianakotta Hlm 12)

 

Kutipan diatas menjelaskan bahwa kerja sama di lingkungan masyarakat tentunya sangat penting. Melakukan kerja sama dengan tetangga da warga lainnya akan membuat pekerjaan menjadi lebih ringan. Selain pekerjaan menjadi lebih mudah, tujuan yang disepakati bersama bisa tercapai. Seperti yang terlihat pada kutipan tersebut contoh nilai kerja sama yaitu tradisi gotong royong untuk membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal. Kegiatan kerja sama ini  tentunya memiliki tujuan yang sama yatu membuat lingkungan bersih. Lingkungan yang bersih akan memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi penghuninya di sekitar. Manfaat yang diperoleh saat kita menjalankan kerja sama adalah dapat membuat pekerjaan yang berat menjadi lebih ringan dan cepat, dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan, dapat memupuk rasa sosial dan menciptakan kepeduliaan terhadap sesama serta menghindari sifat egois atau mementingkan diri sendiri.

4.4.3  Demokrasi

Demokrasi adalah suatu sikap seseorang yang dapat menghargai pendapat orang lain serta mempertimbangkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dengan cara bermusyawarah dalam mengambil keputusan.

Hal ini dibuktikan pada saat Nen Te Idar pergi melaporkan perbuatan para pemuda kepada Kepala Soa. Kepala soa pun mendengar dan mempertimbangkan laporan tersebut kemudian bermusyawarah   untuk mengambil keputusan yang tepat dalam hal ini hukuman yang sesuai dengan perbuatan para pemuda tersebut. Sikap demokrasi ini perlu dalam kehidupan sehari-hari karena kita bisa menghormati hak-hak yang dimiliki orang lain. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Sidang berlangsung singkat. Kepala Soa hanya menanyakan kebenaran laporan Nen Te Idar. Tak satupun yang menyangkal. Para pemuda itu membenarkan telah melakukan perbuatan kasar kepada Nen Te Idar. Kepala Soa langsung memutuskan hukuman. Para pemuda itu diwajibkan untuk membayar denda berupa emas dan kain tenun Kei. Mereka juga wajib membersihkan rumah Nen Te Idar sampai bersih seperti sediakala.”(Pattianakotta Hlm 21-22)

 

Kutipan diatas mencerminkan sikap demokratis dalam kehidupan sehari-hari. Membiasakan diri untuk bermusyawarah saat menghadapi suatu permasalahan. Belajar untuk menghargai pendapat orang lain meski tidak sesua keinginan hati. Berbicara dengan bahasa yang santunsaat mengungkapkan pendapat sehingga tidak menyinggung orang lain. Nilai demokrasi pada kutipan diatas ditunjukkan oleh sikap Kepala Soa yang dengan musyawarah mengambil keputusan penting melalui pembicaraan bersama untuk memberikan hukuman yang sesuai dengan perbuatan para pemuda Desa Idar kepada Nen Te Idar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

5.1  Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap cerita rakyat Kisah Nen Te Idar, maka penulis dapat menyimpulkan hal sebagai berikut: Nilai sosial dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar yang dituliskan kembali oleh Marco Dyllan Pattianakotta berkaitan dengan kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat Desa Idar. Nilai sosial tersebut, yaitu, Hubungan manusia dengan masyarakat yang digambarkan ketika seseorang berguna bagi sesama dan lingkungannya, nilai sosial ini, diantaranya:

a.      Kasih sayang adalah sebuah gambaran perasaan yang dimiliki

manusia.

1)      Pengabdian adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengabdikan dirinya untuk melakukan suatu kegiatan.

2)      Saling menolong adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain guna membantu meringankan beban, kesulitan atau usaha yang dilakukan seseorang kepada orang lain dengan cara saling menolong satu sama lain.

3)      Kesetiaan adalah sikap seseorang yang memiliki komitmen terhadap orang lain.

4)      Kepedulian seseorang ditunjukkan dengan memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan dan kedermawaan, peka terhadap perasaan orang lain dan siap membantu orang lain yang sedang membutuhkan.

b.      Tanggung jawab adalah sikap seseorang yang mampu menanggung segala sesuatu dalam segala hal. Tanggung jawab artinya berkewajiban, menanggung, memikul dan menanggung segala akibat pada pilihannya.

1)      Nilai rasa memiliki merupakan suatu perasaan yang diwujudkan dalam sikap seseorang dalam berperilaku dengan sesamanya menunjukkan rasa kasih sayang terhadap orang lain. 

2)      Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawabnya.

c.       Keserasian Hidup adalah mencocokan atau menyesuaikan diri dalam kehidupan social sehingga tercipta suatu hubungan yang indah antar masyarakat.  

1)      Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.

2)      Kerja sama adalah sebuah sikap atau tindakan dari seseorang yang mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama.

3)      Demokrasi adalah suatu sikap seseorang yang dapat menghargai pendapat orang lain serta mempertimbangkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dengan cara bermusyawarah dalam mengambil keputusan.

5.2  Saran

Tulisan ini hanya menggali dimensi sosial dengan menemukan nilai-nilai sosial yang dapat bermanfaat bagi pembaca/pendengar. Dengan ditemukannya nilai sosial dalam cerita rakyat Kisah Nen Te Idar  ini maka diharapkan bahwa cerita rakyat  dari Kepulauan Kei ini layak untuk diketahui dan diupayakan pemertahanannya. Pemertahanan melalui beberapa cara salah satunya melakukan penelitian serupa dengan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan dan teori yang lain.

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAFTAR NAMA DOSEN PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNPATTI.

Contoh Skripsi (ANALISIS WACANA KRITIS MODEL NORMAN FAIRCLOUGH PADA TEKS FACEBOOK GRUP NEW PILAR SBT)

Contoh Skripsi (TINDAK TUTUR DIREKTIF PENJUAL DAN PEMBELI DALAM GRUP FACEBOOK KOBISONTA DAGANG)