Contoh Skripsi ( PEMERTAHANAN BAHASA WEMALE DESA HONITETU KECAMATAN INAMOSOL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT)
PEMERTAHANAN BAHASA WEMALE DESA
HONITETU KECAMATAN INAMOSOL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
SKRIPSI
Astri Eka Lilatale
NIM: 201735080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
oleh Astri Eka Lilatale, NIM 2017-35-080 dengan judul "Pemertahanan Bahasa Wemale Desa Honitetu Kecamatan Inamosol
Kabupaten Seram Bagian Barat" telah disetujui oleh TIM Pembimbing,
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni agar diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian
Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon.
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Dr. P. J. Pattiasina, S.Pd., M.Pd |
Tanda Tangan …………………… |
Tanggal ……………… |
Pembimbing II G. Somelok. S.Pd., M.Pd |
Tanda Tangan …………………… |
Tanggal ……………… |
Mengesahkan, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Indonesia Dr. H. J. Maruanaya, M.Pd NIP. 196610171998031001 |
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra H.L. Lelapary, S.Pd., M.Pd NIP. 197804102003121002 |
LEMBAR PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk Mama,
Papa, Kaka Senda, Kaka Iren, Ade Vemy, Ade Hein, dan Ade Jo serta semua
keluarga besar Lilatale, Leaua dan Latumadina. Tak ada perkataan yang cukup
untuk menggambarkan rasa syukur ini selain ucapan terima kasih karena telah
hadir dalam hidupku.
MOTTO
(Matius
21:22)
Dan
apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, karena atas kasih dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemertahanan Bahasa Wemale
Desa Honitetu Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat. Dalam penulisan
skripsi ini ada hambatan-hambatan yang dialami, namun atas dukungan dan
motivasi dari orang-orang terkasih, skripsi ini dapat diselesaikan walaupun
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof.
Dr. M. J. Sapteno, S.H., M.Hum., sebagai Rektor Universitas Pattimura atas
kebijakannya telah menata penyelenggaraan pendidikan di lembaga ini sehingga
penulis dapat menempuh dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Pattimura.
2. Prof.
Dr. Izaak Wenno, S.Pd., M.Pd., selaku
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan motivasi dan
harapan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
3. Dr.
Karolis Anaktototy, S.Pd., M.A., selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Pattimura Ambon yang telah memberikan arahan dan nasehat selama penulis selama
penulis berada di lembaga Universitas Pattimura Ambon.
4. Dr. H. J. Maruanaya, M.Ed., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah membantu penulis
dalam proses pengurusan skripsi.
5. H.
L. Lelapary, S.Pd., M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang dengan sabar dan tulus selalu memberikan arahan dan
motivasi sehingga menjadikan penulis lebih optimis dalam menyelesaikan studi.
6. Dr. P.
J. Pattiasina, S.Pd.,
M.Pd., selaku Pembimbing Utama, yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan
dan bimbingan yang baik di tengah-tengah kesibukannya, serta memberikan masukan
dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
baik dan tepat waktu.
7. G.
Somelok, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing pendamping yang juga dengan penuh
kesabaran telah memberikan motivasi dan bimbingan yang terbaik bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat waktu.
8. J.
D. Parinussa, S.Pd., M.Pd., selaku penasehat akademik dalam masa perkuliahan yang telah menjadi
motivator terbaik bagi penulis.
9. Bapak,
Ibu dan Staf Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah mengasuh dan mendidik penulis selama di bangku perkuliahan.
10. Mama
dan Papa yang selalu memberikan motivasi dan dorongan baik dalam bentuk
material, bimbingan, serta doa kepada penulis selama penulis menempuh jenjang
pendidikan sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
11. Kaka
Senda dan Iren, Adik terkasih Femy, Hein dan Jo serta ketiga ponakan Sendi,
Varo dan Dina untuk segala motivasi dan dukungan yang diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi ini.
12. Keluarga
besar Lilatale, Leaua dan Latumadina atas bantuan dan dorongan yang diberikan
kepada penulis.
13. Teman-teman
terkasih Prili, Bela, Windy, Engka dan teman-teman seangkatan 2017 yang sudah
sama-sama berjuang walaupun dengan proses yang berbeda. Terima kasih untuk
segala dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis
14. Bapak
Gio dan Ibu Sukema selaku pemilik kos-kosan serta teman-teman kos yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam proses perkuliahan hingga
sampai pada tahan penyelesaian skripsi ini.
15. Orang-orang
terkasih Novy, Aty, Ona, Ian dan Denis yang dengan tulus memberikan doa,
pikiran dan tenaga serta dengan sabar telah menunggu, menemani dan memberikan
semangat sehingga skripsi ini dapat selesai.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
KATA
PENGANTAR..................................................................................... v
DAFTAR
ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR
TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR
DIAGRAM .................................................................................... xi
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar
belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan
masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan
penelitian........................................................................................ 6
1.4 Manfaat
Penelitian .................................................................................... 6
Bab
II PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN
PUSTAKA.............................. 8
2.1
Perspektif Teori.......................................................................................... 8
2.1.1
Pemertahanan Bahasa ............................................................................. 8
2.1.2
Sikap Bahasa .......................................................................................... 9
2.1.3
Ranah ...................................................................................................... 11
2.2
Kajian Pustaka............................................................................................ 13
Bab
III METODE PENELITAN..................................................................... 16
3.1
Rancangan Penelitian................................................................................. 16
3.2
Waktu Lokasi Penelitian ........................................................................... 17
3.3
Data dan Sumber Data .............................................................................. 18
3.4
Instrumen Penelitian................................................................................... 20
3.5
Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 21
3.6
Teknik Analisis Data ................................................................................. 23
3.7
Teknik Keabsahan Data............................................................................. 24
Bab
IV Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 26
4.1
Paparan Data dan Hasil Penelitian ............................................................ 26
4.2
Sikap Bahasa Masyarakat Desa Honitetu ................................................. 57
Bab
V Penutup ................................................................................................ 63
5.1
Kesimpulan ................................................................................................ 63
5.2
Saran .......................................................................................................... 66
Daftar
Pustaka ................................................................................................. 67
Lampiran
......................................................................................................... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Secara
Umum .............. 28
Tabel
4.2 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Secara Umum.............. 30
Tabel
4.3 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Umur Penutur
......................................................................................................... 31
Tabel
4.4 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Umur Penutur
......................................................................................................... 33
Tabel
4.5 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Jenis Kelamin
......................................................................................................... 36
Tabel
4.6 Presentae Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Jenis Kelamin
......................................................................................................... 38
Tabel
4.7 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Jenis Pekerjaan
......................................................................................................... 39
Tabel
4.8 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Jenis Pekerjaan
......................................................................................................... 43
Tabel
4.9 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale
Pada Ranah Keluarga
......................................................................................................... 45
Tabel
4.10 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Keluarga
......................................................................................................... 47
Tabel
4.11 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Ketetanggan
....................................................................................................... 48
Tabel
4.12 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Ketetanggan
....................................................................................................... 50
Tabel
4.13 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Pendidikan
....................................................................................................... 51
Tabel
4.14 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Pendidikan
....................................................................................................... 52
Tabel
4.15 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Pendidikan
....................................................................................................... 54
Tabel
4.16 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Pendidikan
....................................................................................................... 55
Tabel
4. 17 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Agama
....................................................................................................... 56
Tabel
4.18 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Agama
....................................................................................................... 57
Tabel
4.19 Pernyataan Setuju/Tidak Setuju Terhadap PenggunaanBahasa
Wemale
Dalam Komunikasi Sehari-Hari...................................... 59
Tabel
4.20 Pernyataan/Setuju Tidak Setuju Terhadap Pemertahanan Bahasa
Wemale.......................................................................................... 61
Tabel
4.21 Pernyataan Setuju/Tidak Setuju Terhadap Kerjasama Antara
Pemerintah,
Gereja dan Pendidikan Dalam Upaya Mempertahankan
Bahasa
Wemale............................................................................. 62
Tabel
2.22 Pernyataan Setuju/Tidak Setuju Untuk Bahasa Wemale Dituangkan
Dalam
Bentuk Kamus .................................................................. 63
Tabel
4.23 Pernyataan Setuju/Tidak Setuju Untuk Bahasa Wemale Dijadikan
Sebagai
Pembelajaran Muatan Lokal Di Sekolah ........................ 64
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
4.1 Tingkat Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu Secara
Umum.............................................................................................. 30
Diagram
4.2 Tingkat Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Umur
......................................................................................................... 34
Diagram
4.3 Tingkat Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Jenis Kelamin
......................................................................................................... 38
Diagram
4.4 Tingkat Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Jenis Pekerjaan
......................................................................................................... 43
Diagram
4.5 Tingkat Pemertahanan Bahasa Wemaale Pada Ranah Keluarga
......................................................................................................... 47
Diagram
4.6 Tingkat Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Ketetanggaan
......................................................................................................... 50
Diagram
4.7 Tingkat Pemertaanan Bahasa Wemale Pada Ranah Pendidikan
......................................................................................................... 53
Diagram
4.8 Tingkat Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Pemerintah
......................................................................................................... 55
Diagram
4.9 Tingkat Pemertahanan Bahasa Wemale Pada Ranah Agama
......................................................................................................... 58
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan
budaya. Bahasa daerah juga menjadi salah satu unsur budaya. Bahasa daerah
adalah bahasa yang digunakan dalam satu wilayah di sebuah negara dan digunakan
dalam percakapan sehari-hari oleh warga di daerah tersebut. Bahasa daerah merupakan salah satu bagian
dari budaya Indonesia. Budaya tersebut memang sebagai identitas, kebanggaan
suatu daerah dan juga penyatu rasa sedaerah. Bahasa daerah mempunyai kedudukan
yang sangat penting di daerah masing-masing, karena digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Dalam melakukan interaksi dengan sesama,
manusia saling menyampaikan ide, pikiran, perasaan, dan emosi.
Berkomunikasi artinya menyampaikan pesan kepada mitra
tutur dan setiap interaksi tentunya memerlukan tanggapan balik dari mitra tutur
agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu bahasa yang
digunakan juga harus menggunakan bahasa yang baik yang dapat diterima oleh
mitra tutur sehingga ada kenyamanan antara penutur yang satu dengan penutur
yang lainnya.
Bahasa di Maluku adalah bahasa tanpa tulisan atau
kepustakaan. Bahasa di seram (Alune dan Wemale) terbagi atas 35 dialek yang
berlainan dan jelas serumpun dengan bahasa asli Amboina. Data tersebut menunjukkan
betapa rumitnya bahasa di daerah ini yang menurut para ahli bahasa di Maluku
Tengah termasuk dalam kelompok Ambon-Timor (salah satu dari 16 kelompok) dari
anak rumpun Indonesia dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia (Cooley, 1987).
Bahasa
mempunyai fungsi dan karakteristik, yaitu sebagai alat komunikasi, sosialisasi,
artikulasi dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Fungsi dan karakteristik
bahasa ini sejalan dengan perkembangan masyarakat pada suatu tempat atau daerah
tertentu. Zaman sekarang ini, maraknya penggunaan bahasa gaul sebagai akibat
dari kemajuan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi serta adanya pengaruh dari
globalisasi menyebabkan sulitnya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah
yang merupakan bahasa ibu sehingga menjadi problematika yang serius dalam
proses pemertahanan bahasa.
Proses
pemertahanan bahasa merupakan faktor yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat
adat. Pemertahanan bahasa adalah hasil dari proses pemilihan bahasa dalam
jangka waktu yang sangat panjang. Pemertahanan bahasa menyangkut bagaimana
suatu komunitas tutur tertentu mempertahankan bahasa ibunya. Pemertahanan bahasa juga berkaitan dengan
masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa untuk tetap digunakan di
tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya. Dalam lingkungan yang plural, penutur akan
cenderung memilih bahasa yang dianggap tepat untuk memahami situasi komunikasi
di tempat mereka tinggal. Fasold (dalam Syahriyani, 2017:254).
Bahasa
Wemale merupakan salah satu bahasa yang terdapat di pulau Seram khusunya desa
Honitetu. Ada tiga jenis bahasa Wemale diantaranya adalah Wemale Nuwetetupatai,
Wemale Ulipatai dan Wemale Wapiopatai. Bahasa yang secara turun-temurun digunakan
oleh masyarakat desa Honitetu adalah Wemale Nuwetetupatai. Pada zaman dahulu
bahasa Wemale ini selalu digunakan setiap hari oleh masyarakat desa Honitetu untuk
berkomunikasi dan juga dalam upacara-upacara adat seperti masuk minta, anak
keluar walang (tana ile), pelantikan raja, penerimaan tamu, pasawari, kapata
dan kapahamana.
Desa
Honitetu Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan salah satu
desa adat yang memiliki bahasa daerah yaitu Bahasa Wemale. Desa Honitetu
memiliki Sembilan Kampung yaitu Uraur, Ursana, Nunaya, Rumahtita, Imabatai,
Solibatai (Sokowati), Nui, Lakubutui dan Honitetu. Sembilan kampung inilah yang
biasa disebut Nuduasiwa. Sekarang Sembilan Kampung ini telah melebur menjadi enam
kampung yang diantaranya adalah Uraur, Ursana, Sokowati, Rumahtita, Imabatai
dan Honitetu.
Penulis
memilih desa Honitetu sebagai tempat penelitian ini karena masyarakat desa
Honitetu yang awalnya adalah masyarakat pengguna bahasa Wemale kini sudah tidak
lagi menggunakan bahasa Wemale untuk berkomunikasi. Mereka lebih sering
menggunakan bahasa melayu Ambon dari pada bahasa Wemale. Desa Honitetu
menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi. Kedua bahasa tersebut adalah bahasa
Wemale dan bahasa melayu Ambon. Pengguna bahasa melayu Ambon lebih banyak
daripada pengguna bahasa Wemale. Hal ini disebabkan karena tidak ada sifat
pewarisan bahasa Wemale yang diterapkan kepada generasi ke generasi. Masyarakat
desa Honitetu memilih menggunakan bahasa melayu Ambon untuk berkomunikasi antara
satu dengan yang lain. Jika hal ini tidak diperhatikan maka akan berakibat pada
suatu proses pergeseran bahasa dari bahasa Wemale ke bahasa melayu Ambon.
Pergeseran
dan pemertahanan bahasa keduanya seperti dua sisi mata uang bahasa menggeser
bahasa lain atau bahasa tak tergeser oleh bahasa; bahasa tergeser adalah bahasa
yang tidak mampu mempertahankan diri. Kedua kondisi itu merupakan akibat dari
pilihan bahasa dalam jangka panjang (paling tidak tiga generasi) dan bersifat
kolektif (dilakukan oleh seluruh warga guyup). Pergeseran bahasa berarti, suatu
guyup (komunitas) meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa
lain. Bila pergeseran sudah terjadi, para warga guyup itu secara kolektif
memilih bahasa baru. Dalam pemertahanan bahasa, guyup itu secara kolektif
menentukan untuk melanjutkan memakai bahasa yang sudah biasa dipakai. Ketika
guyup tutur mulai memilih bahasa baru di dalam ranah yang semula diperuntukkan
bagi bahasa lama, itulah mungkin merupakan tanda bahwa pergeseran sedang
berlangsung. Jika warga itu monolingual (ekabahasawan) dan secara kolektif
tidak menghendaki bahasa lain, mereka dengan jelas mempertahankan pola
penggunaan bahasa mereka. (Sumarsono 2017:231)
Kurangnya pengguna bahasa
adalah salah satu faktor utama dalam proses pemertahanan dan pelestariannya.
Banyak sekali ditemukan dikalangan orang muda desa Honitetu yang kini sudah
tidak tahu lagi dengan bahasa daerahnya. Penuturnya hanya sebagian saja dari
orang tua, anak-anak dan juga tua-tua adat yang berada pada desa Honitetu.
Berikut ini adalah satu contoh percakapan antara orang tua anak:
Bapak : Dari mana?
Anak : Yau baru pulang nonton pelem dari
sana
(Saya baru pulang menonton filem dari sana)
Bapak : A’ane sahae?
(Sudah makan?)
Anak : Suda cuma yau su lapar lai
(Sudah! hanya saja saya sudah merasa lapar
lagi)
Bapak : Aloi maane liki
(Mari lalu kita makan papeda)
Anak : Ile ama
(Iya bapa)
Percakapan
singkat tersebut memberikan gambaran bagaimana seorang bapak dan anak yang keduanya
merupakan masyarakat desa Honitetu. Dalam penggunaan bahasa Wemale, sang bapak
hanya bisa menggunakan kata-kata yang bersifat umum, sedangkan anaknya terlihat
tidak bisa untuk menggunakan bahasa Wemale tersebut meskipun hanya dalam
percakapan yang terlihat sederhana. Pemahaman sang anak terhadap bahasa Wemale
ini juga hanya untuk kata-kata ataupun kalimat yang bersifat umum saja.
Contohnya pertanyaan tentang makan, dari mana, mau kemana, sedang apa dan lain
sebagainya. Hal ini seutuhnya bukan kesalahan dari sang anak melainkan
kesalahan yang dilakukan oleh orang tua karena dalam lingkungan keluarga orang
tua tidak mengajarkan bahasa tersebut kepada anaknya (tidak ada sifat
pewarisan). Percakapan tersebut menunjukkan suatu proses pergeseran bahasa
bahasa Wemale yang dialami oleh sang bapak dan anaknya. Proses pergeseran
bahasa ini tentunya akan berpengaruh juga pada proses pemertahanan bahasa.
Karena pada generasi sekarang, masyarakat desa Honitetu sudah tidak lagi
menggunakan bahasa Wemale tersebut secara baik untuk berkomunikasi dalam
lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial.
Penutur
bahasa Wemale di desa Honitetu terlihat semakin menurun bila dibanding dengan penutur
bahasa melayu Ambon. Namun, ada sebagian masyarakat dari pengguna bahasa Wemale
yang terus berupaya untuk tetap mempertahankan dan melestarikannya. Bagi mereka
bahasa Wemale ini merupakan identitas dan jati diri mereka selain dari itu, dalam
menjalankan setiap proses adat istiadat baik dari pelantikan raja, acara masuk
minta, anak keluar walang (tana ile), penyambutan tamu, pasawari, kapata,
kapahamana dan juga kegiatan adat lainnya semuanya harus menggunakan bahasa
Wemale dalam berkomunikasi agar proses adat tersebut dapat berjalan dengan
baik. Hal inilah yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Apakah masyarakat desa
Honitetu selaku pengguna bahasa Wemale dapat mempertahakan bahasa Wemale selaku
bahasa daerahnya, yang dapat dilihat dari sikap bahasa dan pola penggunaan bahasa
dalam ranah-ranah yang digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimanakah
pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram
Bagian Barat?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu Kecamatan
Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat
Teoritis
Hasil
penelitian ini akan menambah wawasan teori sosiologi dan linguistik khususnya dalam
bidang pemertahanan bahasa serta sebagai bentuk dari pelestarian bahasa Wemale.
1.4.2 Manfaat
Praktis
1) Untuk
Pembalajaran, bahasa Wemale dapat dijadikan sebagai muatan lokal di sekolah
2) Bagi
Masyarakat, dapat melestarikan dan mempertahankan bahasa Wemale di Desa Honitetu
sehingga kedepannya bahasa tersebut tetap ada dan digunakan dalam
berkomunikasi.
3) Bagi
Peneliti, untuk digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai proses pemertahanan
bahasa.
BAB
II
PERSPEKTIF TEORETIS
DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif Teori
Berikut ini akan dibahas
teori-teori yang berkaitan dengan bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat.
Teori-teori tersebut diantaranya adalah pemertahanan bahasa, sikap bahasa dan
ranah.
2.1.1
Pemertahanan Bahasa
Fishman (dalam
Syahriyani, 2017:225) menyatakan bahwa pemertahanan bahasa terjadi tidak
semata-mata karena kesetiaan yang tinggi atau perasaan yang kuat terhadap
nasionalisme dalam suatu kelompok. Pada masyarakat desa, pemertahanan bahasa
cenderung tinggi atau tidak mengalami pergeseran karena faktor-faktor lain.
Pada kasus pergeseran bahasa, tidak berarti juga bahwa bahasa dengan prestise
yang tinggi dapat menggantikan bahasa dengan prestise yang rendah, sedangkan
dilihat dari segi gender, tingkat pergeseran bahasa, baik perempuan maupun
laki-laki juga bisa jadi rendah atau tinggi karena faktor-faktor tertentu.
Menurut Fasold (dalam Syahriyani,
2017:254) pemertahanan bahasa adalah hasil dari proses pemilihan bahasa dalam
jangka waktu yang sangat panjang. Pemertahanan bahasa lebih menyangkut
bagaimana suatu komunitas tutur tertentu mempertahankan bahasa ibunya.
Pemertahanan bahasa juga berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap
suatu bahasa untuk tetap digunakan di tengah-tengah bahasa lainnya. Dalam
lingkungan yang plural, penutur akan cenderung memilih bahasa yang dianggap
tepat untuk memahami situasi komunikasi di tempat mereka tinggal.
Pemertahanan
bahasa umumnya bertujuan untuk mempertahankan budaya yang berfungsi sebagai
identitas kelompok atau komunitas, untuk mempermudah mengenali anggota
komunitas, dan untuk mengikat rasa persaudaraan sesama komunitas. Jadi
pemertahanan bahasa terjadi apabila suatu masyarakat bahasa masih tetap mempertahankan
penggunaan bahasanya.
Pemertahanan bahasa terjadi
pada suatu masyarakat bahasa yang masih terus menggunakan bahasanya pada
ranah-ranah penggunaan bahasa yang biasanya secara tradisi dikuasai oleh bahasa
tersebut. Dalam pemertahanan bahasa dibutuhkan sebuah komitmen. Hal ini
disebabkan oleh tingkat kemajuan ilmu pengetahuan masyarakat yang semakin maju
dan semakin banyak bahasa-bahasa asing yang masuk ke dalam kehidupan
masyarakat. Jadi, pemertahanan bahasa pada umumnya bertujuan untuk
mempertahankan budaya yang berfungsi sebagai identitas kelompok atau komunitas,
untuk mempermudah mengenali anggota komunitas, dan untuk mengikat rasa persaudaraan
dengan sesama komunitas.
2.1.2
Sikap Bahasa
Dalam bahasa Indonesia kata sikap
dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang tegak, perilaku atau
gerak-gerik, dan perbuatan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan
(pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi atas adanya suatu hal atau
kejadian. Sesungguhnya, sikap itu adalah fenomena kejiwaan, yang biasanya
termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku. (Chaer dan Agustina. 2014:
149)
Anderson (dalam Chaer dan Agustina 2014: 151) membagi
sikap atas dua macam, yaitu (1) sikap kebahasaan, dan (2) sikap nonkebahasaan,
seperti sikap politik, sikap sosial, sikap estetis, dan sikap keagamaan. Kedua
jenis sikap ini (kebahasaan dan nonkebahasaan) dapat menyangkut keyakinan atau
kognisi mengenai bahasa. Maka dengan demikian, menurut Anderson, sikap bahasa
adalah tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang, sebagian
mengenai bahasa, mengenai objek bahasa yang memberikan kecenderungan kepada
seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya. Namun, perlu
diperhatikan karena sikap itu bisa positif (kalua dinilai baik atau disukai)
dan bisa negatif (kalau dinilai tidak baik atau tidak disukai), maka sikap
terhadap bahasa pun demikian.
Ada tiga ciri sikap bahasa menurut Garvin
dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina 2014:152) yang menunjukkan kenyataan
terhadap bahasa Indonesia dewasa ini. Ketiga ciri sikap bahasa tersebut adalah
(1) kesetiaan bahasa (language loyalty)
yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya, dan apabila
perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain, (2) kebanggan bahasa (language pride) yang mendorong orang
mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan
kesatuan masyarakat; (3) kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) yang mendorong orang menggunakan bahasanya
dengan cermat dan santun; dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya
terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use). Ketiga ciri yang dikemukakan Garvin dan Mathiot di
atas merupakan ciri-ciri sikap positif terhadap bahasa sebaliknya, kalau ketiga
ciri sikap itu sudah menghilang atau melemah dari diri seseorang atau dari diri
sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka berarti sikap negatif terhadap
suatu bahasa telah melanda diri orang atau kelompok orang itu. Tiadanya gairah
atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya merupakan salah satu
penanda bahwa kesetiaan bahasanya mulai melemah, yang bisa berlanjut menjadi
hilang sama sekali. Sikap negatif terhadap suatu bahasa bisa terjadi juga bila
seseorang atau sekelompok orang tidak mempunyai lagi rasa bangga terhadap
bahasanya, dan mengalihkan rasa bangga itu kepada bahasa lain yang bukan
miliknya.
Berdasarkan pendapat tentang sikap bahasa tersebut dapat
dilihat bahwa sikap bahasa juga bisa mempengruhi seseorang untuk menggunakan
suatu bahasa dan bukan bahasa yang lain, dalam masyarakat yang bilingual atau
multilingual.
2.1.3 Ranah
Fishman (dalam
https://ejournal.undip.ac.id>download) mendefinisikan ranah sebagai
gambaran abstrak sosio budaya dari topik komunikasi, hubungan antara
komunikator, dan tempat terjadi peristiwa komunikasi sesuai struktur sosial
lapisan masyarakat. Ada beberapa ranah atau domain menurut Fishman yaitu ranah
keluarga (ayah, ibu, adik dan kaka), ranah pendidikan (guru dan murid), ranah
ketetanggaan, ranah agama dan ranah pemerintahan.
Menurut Thomas Dkk (dalam
https://reseacrhgate.net)
ranah yang diperlihatkan secara singkat dalam penggunaan bahasa melayu Ambon
yaitu; ranah keluarga, ranah kekariban, ranah perdagangan, dan ranah keagamaan.
Selanjutnya
Greenfield (dalam Sumarsono 2002: 204) menjelaskan bahwa ranah merupakan
kostelasi antara partisipan (paling tidak dua orang), lokal dan topik.
Greenfield membagi ranah menjadi ada lima ranah yaitu; ranah keluarga (rumah
tangga), kekariban (friendship),
agama, pendidikan dan lapangan kerja.
Dari
ketiga pendapat tersebut, teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah teori Fishman yang menjelaskan tentang lima ranah. Diantaranya
adalah ranah keluarga (ayah, ibu, adik dan kaka), ranah pendidikan (guru dan
murid), ranah ketetanggaan, ranah agama dan ranah pemerintahan.
2.2 Kajian Pustaka
Beberapa
penelitian yang juga mengkaji permasalahan yang relevan terkait dengan
pemertahanan bahasa Wemale di desa Honitetu yaitu;
Pertama,
hasil penelitian Erniati (2018) tentang ˝Pemertahanan Bahasa Bugis di Kota
Ambon˝. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola-pola pemertahanan
bahasa Bugis di Kota Ambon dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang
mendukung pemertahanan tersebut. Hasil penelitian dari Erniati ini menunjukkan
bahwa masyarakat etnis Bugis di ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah
pekerjaan, ranah pendidikan, dan ranah agama. Faktor loyalitas penutur dan
organisasi masyarakat etnis Bugis merupakan hal yang palingmendukung
pemertahanan bahasa Bugis di Kota Ambon. Persamaan dari penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu, keduanya sama-sama membahas
tentang pemertahanan bahasa daerah yang dilihat dalam beberapa ranah. Sedangkan
perbedaannya dapat kita lihat bahwa, penelitian Erniati selain membahas tentang
pemertahanan bahasa dan faktor-faktor pemertahanan bahasa ada juga pola-pola
pemertahanan bahasa Bugis yang dijelaskan. Selain itu perbedaan yang kedua
juga, dapat kita lihat pada metode penelitian yang digunakan. Metode yang
digunakan oleh Erniati ada dua yaitu observasi dan wawancara sedangkan metode
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
ada 6 diantaranya adalah observasi,
wawancara, kuesioner yang berisi kosa kata dasar dan 200 kosa kata SWADESH,
catatan lapangan, rekaman, dan dokumentasi.
Kedua,
Penelitian Yohanis Hukubun (2018) tentang ˝Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa
Alune Desa Murnaten Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat Ambon˝. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji pergeseran dan pemertahanan bahasa Alune desa
Murnaten dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil
penelitiannya menunjukkan adanya; pola penggunaan bahasa Alune, pergeseran
bahasa Alune, factor pendorong pergeseran bahasa Alune, tipe pemertahanan
bahasa Alune, faktor pemertahanan bahasa Alune dan strategi pemertahanan bahasa
Alune. Persamaannya dengan peneliti adalah keduanya membahasa tentang pemertahanan
bahasa daerah. Namun perbedaannya adalah penelitian Yohanis ini juga membahas
tentang pergeseran bahasa Alune yang terjadi di desa Murnaten yang hasil
akhirnya akan menunjukkan adanya pola penggunaan bahasa Alune, pergeseran
bahasa Alune, faktor pendorong pergeseran bahasa Alune, tipe pemertahanan
bahasa Alune, faktor pemertahanan bahasa Alune dan strategi pemertahanan bahasa
Alune.
Ketiga,
penelitian Jemres Eyale (2021) tentang ˝Penggunaan
Bahasa Manusela (Sou Upaa) Di Negeri
Manusela, Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah˝. Perbedaan dari
penelitian Jemres dengan peneliti dapat dilihat pada tujuan penelitian dimana,
penelitian Jemres ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan bahasa.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tujuannya yaitu untuk
mendeskripsikan pemertahanan bahasa dan sikap bahasa. Persamaan dari kedua penelitian ini terdapat pada metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Dimana data yang diperoleh diambil dari
beberapa ranah sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Ranah-ranah tersebut
diantaranya adalah ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah pendidikan dan
ranah pemerintahan.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa dari ketiga penelitian di atas, peneliti dapat melihat
bagaimana gambaran terkait dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
yaitu tentang proses pemertahanan bahasa. Sehingga dapat dijadikan sebagai
gambaran dan patokan dalam menulis. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini
merujuk pada pemertahanan bahasa yang berkaitan dengan sikap bahasa faktor-faktor
terjdinya pemertahanan bahasa di Desa Honitetu Kecamatan Inamosol Kabupaten
Seram Bagian Barat. Dengan tujuan akhirnya yaitu untuk melestarikan bahasa
Wemale selaku bahasa daerah desa Honitetu agar bahasa tersebut tidak mengalami
proses pergeseran melainkan dapat dipertahankan dari generasi ke generasi
berikutnya.
BAB III
Metode Penelitian
3.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini
dirancangkan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang juga memanfaatkan
beberapa aspek dari pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Rancangan penelitian kualitatif
yang digunakan adalah penelitian
kualitatif deskriptif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau
perilaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interprestasi yang diperoleh
dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data.
Meskipun data dalam analisis kualitatif bukanlah data berupa angka- angka,
namun tidak menutup kemungkinan analisis kualitatif memanfaatkan data
kuantitatif yakni pada tahap pertama
menggunakan metode kualitatif sehingga
ditemukan hipotesis selanjutnya
hipotesis tersebut diuji dengan metode
kuantitatif.
3.2
Waktu dan Lokasi Penelitian
Desa Honitetu berasal dari kata Nuweletetu dalam bahasa Wemale yang berarti dari atas pohon kelapa,
hal ini berkaitan dengan legenda/cerita Putri Hainuwele. Menurut cerita sejarah
leluhur masyarakat Honitetu bahwa Putri Hainuwele adalah titisan dewa yang hidup
dan dipelihara oleh masyarakat Honitetu. Masyarakat Honitetu seperti masyarakat
lainnya di pulau Seram, berasal dari Nunusaku.
Ketika
runtuhnya kerajaan Nunusaku, masyarakat Honitetu berpindah ke daerah yang
bernama Tawenasiwa kemudian ke daerah
Sapulau Latale. Di daerah itulah
cikal bakal berdirinya kerajaan Sahulau.
Ketika runtuhnya kerajaan Sahulau
kelompok masyarakat Honitetu lalu berpindah ke daerah Honitetu lama yang
bernama Patetu di daerah inilah
masyarakat Honitetu hidup berdampingan dengan masyarakat Abio Batai. Namun akibat perpecahan dengan saudara-saudara dari
Abio Batai maka diputuskan untun berpindah ke daerah Honitetu yang sekarang,
dan masyarakat hidup dengan aman dan damai sampai sekarang.
Penelitian ini dilakukan di Desa
Honitetu Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat. Kondisi sosial
masyarakat desa Honitetu sebagian besar bekerja sebagai petani. Bahasa yang
sering digunakan dalam kesehariannya untuk berkomunikasi adalah bahasa Melayu
Ambon dan bahasa Wemale. Peneliti memilih lokasi ini dengan tujuan untuk
mengungkapkan dan melestarikan bahasa Wemale di Desa Honitetu selaku bahasa
daerah setempat agar bahasa ini dapat dipertahankan dan dilestarikan oleh
masyarakat desa Honitetu. Berikut ini adalah letak georfafis desa Honitetu
Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat yang ditunjukan dengan peta
Kabupaten Seram Bagian Barat.
https://images.app.goo.gl/2VzjDNe4nYKn5cce6
Keterangan:
3.3 Data dan Sumber Data
Data
dalam penelitian ini adalah kata dan kalimat bahasa Wemale dalam tuturan
masyarakat desa Honitetu. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat
desa
Honitetu penutur
bahasa Wemale
ketika berada didalam keluarga (ranah keluarga), ketika di sekolah (ranah
pendidikan), ketika di lingkungan tetangga (ranah ketetanggan) serta ketika
berada di kantor negeri (ranah pemerintah) dan dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan (ranah agama).
Adapun kriteria sumber data dalam
penelitian ini yang dikemukakan oleh J.S. Badudu (1985; 55-56) maka informan
pada penelitian dipilih berdasakan kriteria-kriteria berikut:
1. Tokoh
masyarakat atau tokoh adat
2.
Informan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.
3.
Dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya.
4.
Merupakan orang asli Honitetu yang bertempat tinggal
di desa Honitetu
5.
Berumur 9-85 tahun
6.
Tidak banyak melakukan perjalan keluar desa Honitetu
7.
Dapat berkomunikasi dengan dua bahasa yaitu bahasa
Wemale dan Melayu Ambon.
Peneliti
juga menggunakan klasifikasi umur yang dikemukakan oleh World Health Organization (dalam https://WWW-sehatq-com.cdn.ampproject.org) untuk
dapat dijadikan sebagai ketentuan dari sumber data dalam penelitian ini.
Klasifikasi umur menurut WHO yaitu:
1.
Bayi (infants) 0-1 tahun
2.
Anak-anak (children)
2-10 tahun 6 orang
3.
Remaja (adolescents)
11-19 tahun 7 orang
4.
Dewasa (adult)
20-60 tahun 19 orang
5.
Lanjut usia (elderly)
di atas 60 tahun 3 orang
Jumlah informan dalam penelitian ini,
ditentukan dari umlah penduduk per usia dan dibagi dengan 50%. Jumlah penduduk
di Desa Honitetu secara keseluruhan berjumlah 1.875 jiwa denga jumlah usia 0-1
tahun 66 jiwa, 2-10 tahun 340 jiwa, 11-19 tahun 349 jiwa, 20-60 tahun 959 jiwa
dan >60 tahun 127 jiwa.
Berdasarkan
teori dan kriteria tersebut maka informan yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 35 orang diantaranya yaitu; untuk usia anak-anak (2-10 tahun)
berjumlah 6 orang, usia remaja (11-19 tahun) 7 orang, dewasa (20-60 tahun) 19
orang dan usia lanjut (di atas 60 tahun) 3 orang.
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1
Observasi
Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk melakukan
peninjauan dan pengamatan secara langsung terhadap pemertahanan bahasa Wemale yang
dilihat dari sikap bahasa masyarakat desa Honitetu dalam ranah keluarga, ranah
ketetanggaan, ranah pendidikan, ranah pemerintahan dan ranah agama di Desa
Honitetu Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat.
3.4.2 Wawancara
Wawancara yang dilakukan terhadap
informan yaitu wawancara terstruktur. Proses wawancara dilakukan terhadap masyarakat
desa Honitetu yang dimulai dari usia 9 tahun sampai dengan 85 tahun. Tujuannya
agar dapat memperoleh informasi mengenai proses pemertahanan bahasa Wemale di
desa Honitetu Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat. Dalam wawancara
ini, peneliti juga menggunakan catatan lapangan untuk mencatat jawaban yang
diberikan oleh informan dari hasil wawancara ketika berada di lokasi
penelitian.
3.4.3 Kuesioner
Kuesioner ini digunakan
dengan cara penulis membagikan kuesioner yang berisikan pertanyaan yang akan
membutuhkan sebuah jawaban atau tanggapan dari informan. Kuesioner yang
dibagikan berisi kosa kata dasar
dan 200
kosa kata SWADESH yang telah dimasukan dalam kelima
ranah tersebut. Kuesioner ini
dibagikan kepada masyarakat dari umur 9 tahun sampai 85 tahun.
3.4.4 Rekaman
Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan alat rekaman berupa telepon genggam merek OPPO A15, yang
digunakan untuk merekam data-data yang disampaikan oleh informan saat di
lapangan.
3.4.5 Dokumentasi
Teknik ini digunakan oleh
peneliti untuk membantu mengumpulkan bukti-bukti yang berupa gambar-gambar yang
mempertunjukan proses berlangsungnya penelitian di Desa Honitetu Kecamatan
Inamosol Kabupaten Seran Bagian Barat.
3.5 Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data
ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian, adapun jenis dari teknik pengumpulan data ini diantaranya
adalah:
3.5.1
Teknik Wawancara
Teknik wawancara ini adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tatap muka dan tanya jawab antara
peneliti dan informan yang didalamnya adalah kepala desa, tokoh adat dan
masyarakat lainnya. Wawancara ini merupakan wawancara terstruktur. Peneliti
akan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam
teknik wawancara ini, peneliti juga akan menggunakan catatan lapangan untuk
mencatat jawaban yang diberikan oleh narasumber dari hasil wawancara ketika
berada di lokasi penelitian.
3.5.2
Observasi
Observasi adalah suatu teknik atau
cara mengumpulkan data yang sistematis terhadap obyek penelitian baik secara
langsung maupun tidak langsung Hardani (dalam Mayo 2021: 35). Teknik observasi
ini dilakukan oleh peneliti di Desa Honitetu untuk mengamati penggunaan bahasa
Wemale dalam komunikasi dan kegiatan yang dilakukan pada ranah keluarga, ranah ketetanggaan,
ranah pendidikan, ranah pemerintahan dan ranah agama.
3.5.3
Teknik Kuesioner
Teknik ini digunakan dengan cara penulis membagikan kuesioner
yang berisikan pertanyaan yang akan membutuhkan sebuah jawaban atau tanggapan
dari informan. Kuesioner yang dibagikan berisi kosa kata dasar dan 200 kosa kata SWADESH,
kuesioner ini
dibagikan kepada masyarakat dari umur 9 tahun sampai 85 tahun.
3.5.4
Rekaman
Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan alat rekaman berupa telepon genggam merek OPPO A15, yang digunakan
untuk merekam data berupa kata dan kalimat tentang pemertahanan bahasa yang disampaikan
oleh informan saat di lapangan.
3.5.5
Dokumentasi S
Teknik
ini digunakan oleh peneliti untuk membantu mengumpulkan bukti-bukti yang berupa
gambar-gambar yang mempertunjukan proses berlangsungnya penelitian di Desa
Honitetu Kecamatan Inamosol Kabupaten Seran Bagian Barat.
3.6 Teknik Analisis Data
Tahapan
analisis data ada empat menurut Miles dan Huberman. (dalam Bungin, 2010:69)
yaitu:
3.6.1
Pengumpulan Data
Proses
pengumpulan data dalam penelitian ini melalui hasil kuesioner dan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti saat berada di lokasi penelitian.
3.6.2
Reduksi Data
Berdasarkan jumlah data yang cukup banyak, yang diperoleh
oleh peneliti di lapangan sehingga perlu untuk dicatat agar lebih rinci dan
teliti. Mereduksi data berarti memilih hal-hal pokok, merangkum, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya dan menghilangkan yang tidak
perlu agar hasil reduksi data yang diperoleh dapat memberikan gambaran yang
jelas dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data-data selanjutnya.
3.6.3
Penyajian Data
Penyajian data dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan
pemahaman dan analisis sajian data sehingga data dalam penelitian ini disajikan
dalam bentuk uraian dan hitungan.
3.6.4
Penarikan kesimpulan
Pada terakhir ini, kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan
bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan
memang telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, sehingga kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).
Wardani (2006) mengungkapkan bahwa
data yang diperoleh disajikan dengan bentuk tabel dengan tujuan untuk
mengetahui presentase dan frekuensi masing-masing alternatif jawaban serta
untuk memudahkan dalam membaca data. Hasil kuesioner dianalisis dengan cara
mencari presentase masing-masing pernyataan untuk tiap pilihan jawaban dengan
menggunakan rumus:
P = Angka presentase
f = Frekuensi jawaban
n = Banyaknya responden
3.7
Keabsahan Data
Data yang diperoleh pada saat peneliti melakukan penelitian
perlu untuk dicek keabsahannya. Teknik yang digunakan untuk mengecek dan
memeriksa data hasil penelitian adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan dua triangulasi yang di antaranya adalah:
3.7.1
Triangulasi metode
Triangulasi
ini dilakukan untuk mengecek keabsahan data melalui metode yang digunakan.
Metode tersebut diantaranya adalah observasi, wawancara, kuesioner, rekaman,
catatan lapangan dan dokumentasi untuk memperoleh data dari lapangan dan juga
untuk memperoleh gambaran-gambaran dalam informasi-informasi tertentu dari
masyarakat Desa Honitetu.
3.7.2
Triangulasi sumber data
Triangulasi
sumber data adalah mengecek keabsahan data melalui sumber-sumber data yang
diambil oleh peneliti. Seperti dari kepala desa dan masyarakat di desa Honitetu
untuk menggali kebenarannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
bab ini, peneliti membahas dan mendeskripsikan hasil penelitian tentang
pemertahanan bahasa Wemale di Desa Honitetu, yang terlihat melalui penggunaan
bahasa pada ranah keluarga, ketetanggaan, pendidikan, pemerintah dan agama,
serta mendeskripsikan sikap bahasa penutur terhadap pemertahanan bahasa Wemale.
Desa Honitetu merupakan
sebuah Desa yang berada di pegunungan Seram Bagian Barat dengan jumlah penduduk
1.875 jiwa dari 439 kepala keluarga. Berdasarkan jumlah jiwa tersebut maka
responden yang diambil oleh peneliti berjumlah 35 orang. Jumlah responden ini
diambil dari usia anak-anak (9-10 tahun) 6 orang, remaja (11-19 tahun) 7 orang,
dewasa (20-60 tahun) 19 orang dan dewasa >60 tahun 3 orang. Dari ke-35
responden tersebut, maka peneliti akan membaginya ke dalam lima ranah tersebut
diantaranya; ranah keluarga 10 orang, ranah ketetanggaan 5 orang, ranah
pendidikan 6 orang, ranah pemerintah 7 orang dan ranah agama 7 orang.
4.1 Paparan Data Hasil Penelitian
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data frekuensi dan presentase
pemertahanan bahasa Wemale di Desa Honitetu secara umum, berdasarkan jenis
pekerjaan, berdasarkan usia, jenis kelamin dan berdasarkan ranah.
Tabel
4.1 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale secara
umum di Desa Honitetu
No |
Usia penutur |
Jawaban Responden |
|
|
|
Bahasa Wemale (A) |
Bahasa Melayu Ambon (B) |
1 |
9 tahun |
0 |
20 |
2 |
9 tahun |
0 |
20 |
3 |
10 tahun |
1 |
19 |
4 |
10 tahun |
2 |
18 |
5 |
10 tahun |
1 |
19 |
6 |
10 tahun |
1 |
19 |
7 |
11 tahun |
2 |
18 |
8 |
11 tahun |
1 |
19 |
9 |
12 tahun |
2 |
18 |
10 |
13 tahun |
3 |
17 |
11 |
14 tahun |
1 |
19 |
12 |
16 tahun |
2 |
18 |
13 |
17 tahun |
3 |
17 |
14 |
20 tahun |
2 |
18 |
15 |
20 tahun |
3 |
17 |
16 |
21 tahun |
4 |
16 |
17 |
21 tahun |
4 |
16 |
18 |
22 tahun |
5 |
15 |
19 |
24 tahun |
5 |
15 |
20 |
24 tahun |
4 |
16 |
21 |
26 tahun |
5 |
15 |
22 |
26 tahun |
8 |
12 |
23 |
26 tahun |
13 |
7 |
24 |
29 tahun |
10 |
10 |
25 |
30 tahun |
13 |
7 |
26 |
31 tahun |
8 |
12 |
27 |
33 tahun |
7 |
13 |
28 |
37 tahun |
15 |
5 |
29 |
45 tahun |
13 |
7 |
30 |
47 tahun |
10 |
10 |
31 |
49 tahun |
13 |
7 |
32 |
52 tahun |
14 |
6 |
33 |
76 tahun |
16 |
4 |
34 |
79 tahun |
17 |
3 |
35 |
85 tahun |
20 |
0 |
|
Jumlah |
228 |
472 |
Keterangan:
BW : Bahasa Wemale
BMA : Bahasa Melayu Ambon
Tabel
ini merupakan tabel responden atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dengan
jumlah pertanyaan 20. Jadi satu responden akan mempunyai 20 jawaban. Jawaban
tersebut dilihat dari berapa kali responden memilih BW dan BMA setelah itu kita
membuat tabel frekuensi menurut jumlah responden yaitu 35 orang, kemudian untuk
mengetahui nilai P dari 35 responden yang menjawab BW dan BMA sebanyak berapa
kali. Hasil yang ditemukan atau didapat, responden yang memiliki atau menjawab
BW sebanyak 228 dan BMA sebanyak 472 setelah hasil ini didapat, maka akan
ditambahkan menjadi 228+472=700 hasil ini akan dikali dengan 100 untuk
mendapatkan hasil presentasi yaitu 228x100:700 = 33% dan 472x100:400 = 67%.
Ketika
semua hasil presentase sudah di dapat maka kita harus menjumlahkan kembali
untuk mengetahui apakah hasil akhirnya mencapai 100% atau tidak caranya 33%+67%=100%.
Tujuannya untuk menguji hasil presentasenya, karena jika hasil presentasenya
lebih dari 100% sudah pasti terdapat kesalahan dalam proses perhitungan. Tetapi
jika hasil yang didapat 100% maka proses perhitungannya sudah benar.
Tabel
4.2 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu secara Umum
PEMERTAHANAN BAHASA |
||||||
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
|||
f |
% |
f |
% |
|||
|
||||||
228 |
33 |
472 |
67 |
35 orang |
700 |
Bahasa Wemale (BW)
Bahasa
Melayu Ambon (BMA)
Diagram 4.1 diatas memperlihatkan BW dan BMA secara umum di lokasi
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sangat terlihat jelas bahwa pemakaian
BMA lebih dominan digunakan dalam komunikasi sehari-hari bila dibandingkan
dengan BW.
Pemertahanan BW di Desa Honitetu dengan
hasil presentase 33% dan BMA 67%. jika dilihat dari letak geografis Desa
Honitetu merupakan pusat kota kecamatan yang berada di tengah-tengah pegunungan
Seram Bagian Barat. Namun dengan demikian, penggunaan BMA terlihat lebih dominan atau lebih tinggi bila
dibandingkan dengan BW. Hasil penelitian memperlihatkan secara jelas dengan
hasil presentase yang signifikan terhadap penggunaan BMA yaitu 67% sedangkan BW 33%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
Desa Honitetu lebih banyak menggunakan BMA
dalam kehidupan sehari-hari bila dibandingkan dengan BW.
Tabel 4.3 Frekuensi Pemertahanan Bahasa
Wemale Berdasarkan Umur Penutur di Desa Honitetu
No |
Usia Penutur |
Jawaban Responden Penggunaan Bahasa |
|
A |
B |
||
1 |
9 |
0 |
20 |
2 |
9 |
0 |
20 |
3 |
10 |
1 |
19 |
4 |
10 |
2 |
18 |
5 |
10 |
1 |
19 |
6 |
10 |
0 |
20 |
Jumlah |
|
4 |
116 |
7 |
11 |
2 |
18 |
8 |
11 |
1 |
19 |
9 |
12 |
2 |
18 |
10 |
13 |
3 |
17 |
11 |
14 |
1 |
19 |
12 |
16 |
2 |
18 |
13 |
17 |
3 |
17 |
Jumlah |
|
14 |
126 |
14 |
20 |
2 |
18 |
15 |
20 |
3 |
17 |
16 |
21 |
4 |
16 |
17 |
21 |
4 |
16 |
18 |
22 |
5 |
15 |
19 |
24 |
4 |
16 |
20 |
24 |
5 |
15 |
21 |
26 |
5 |
15 |
22 |
26 |
8 |
12 |
23 |
26 |
13 |
7 |
24 |
29 |
8 |
12 |
25 |
30 |
13 |
7 |
26 |
31 |
8 |
12 |
27 |
33 |
7 |
13 |
28 |
37 |
15 |
5 |
29 |
45 |
13 |
7 |
30 |
47 |
10 |
10 |
31 |
49 |
13 |
7 |
32 |
52 |
14 |
6 |
Jumlah |
|
154 |
226 |
33 |
76 |
16 |
4 |
34 |
79 |
17 |
3 |
35 |
85 |
20 |
0 |
Jumlah |
|
53 |
7 |
Data ini merupakan data
konversi dari tabel data sebelumnya yaitu tabel responden atas
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dengan jumlah pertanyaan 20. jadi satu
responden mempunyai 20 jawaban. Jawaban tersebut dilihat dari beberapa kali
responden memilih BW dan BMA setelah itu kita membuat tabel frekuensi menurut
jumlah responden yaitu 35 kemudian untuk mengetahui nilai P dari 35 responden
yang menjawab BW dan BMA sebanyak berapa kali. Responden yang memiliki umur
9-10 tahun termasuk dalam usia anak-anak, umur 11-19 tahun usia remaja, 20-60
tahun usia dewasa dan di atas 60 tahun lanjut usia.
Usia
anak menjawab BW 4, dan BMA 116 setelah hasil tersebut didapat maka akan
dijumlahkan 4+116=120 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi 4x100:120=3%
kemudian 116x100:120=97% setelah hasil presentase di dapat maka akan
dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 3%+97%=100%.
Usia
remaja yang menjawab BW 14 dan BMA 126 setelah hasil tersebut didapat maka akan
dijumlahkan 14+126=140 kemudian dikalikan dengan 100 dan dibagi dengan hasil
penjumlahan menjadi 14x100:140=10% kemudian 126x100:380=90% setelah hasil
presentase didapat maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 10%+90%=100%.
Usia
dewasa yang menjawab BW 154, dan BMA 226 setelah hasil tersebut didapat maka
akan dijumlahkan 154+226=380 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi 154x100:380
=41% kemudian 226x100:380=59% setelah hasil presentase didapat maka akan
dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 41%+59%=100%.
Generasi
lanjut yang menjawab BW 53, dan BMA 7 setelah hasil tersebut didapat maka akan
dijumlahkan 53+7=60 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi 53x100:60=88%
kemudian 7x100:60=12% setelah hasil presentase didapat maka akan dijumlahkan
hingga mencapai 100% seperti 88%+12%=100%.
Tabel 4.4 Presentase Pemertahanan
Bahasa Wemale Berdasarkan Umur Penutur di Desa Honitetu
PEMERTAHANAN
BAHASA |
||||||
Usia |
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
||
f |
% |
f |
% |
|||
Anak-anak |
4 |
3 |
116 |
97 |
6 |
120 |
Remaja |
14 |
10 |
126 |
90 |
7 |
140 |
Dewasa |
154 |
41 |
226 |
59 |
19 |
380 |
Lanjut usia |
53 |
88 |
7 |
12 |
3 |
60 |
1.
Anak-anak
2.
Remaja
3.
Dewasa
4.
Lanjut usia
Data Penggunaan BW berdasarkan
kategori umur yaitu anak usia 9-10
tahun, Remaja 11-19 tahun, Dewasa 20-60 tahun dan Lanjut usia >60
tahun data tersebut tergambar pada
diagram 4.2 dalam hasil interpretasi data.
Pemertahanan BW untuk penutur anak usia
9-10 yaitu 3% dan BMA 97% diagram tersebut membuktikan bahwa penutur anak usia
9-10 tahun sudah tidak bisa menggunakan BW dengan baik. Hal ini dikarenakan
dalam komunikasi sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun pergaulan
sehari-hari, mereka selalu memakai BMA. Oleh sebab itu, pengunaan bahasa yang
lebih dominan atau selalu dipakai adalah BMA bila dibandingkan dengan BW.
Pemertahanan BW untuk penutur usia
remaja yang sudah terlihat pada diagram 4.2 yaitu BW 10% dan BMA 90% hasil
presentase tersebut menunjukan bahwa penutur usia remaja lebih sering memakai
BMA dalam berkomunikasi. Penggunaan BMA biasanya dipakai oleh penutur pada saat
dirumah dan saat terjadinya perkumpulaan-perkumpulan teman sebaya. Sedangkan BW
biasanya hanya dituturkan oleh sebagian kecil penutur usia remaja ketika ada lingkungan
keluaraga atau ketika ada dalam kegiatan-kegiatan adat.
Pemertahanan BW yang dituturkan oleh
penutur dewasa 41% dan BMA 59% pada tingkat orang dewasa pemakaian BW sudah
sedikit meningkat. Bahasa tersebut biasanya dituturkan pada saat berada dalam
lingkungan keluarga, saat bersantai dengan tetangga, dan pada saat melakukan
kegiatan-kegiatan adat. Namun penggunaan BMA tetap terlihat lebih dominan
daripada BW karena pada dasarnya sifat pewarisan BW tidak dilakukan secara
turun-temurun sehingga mengakibatkan pengguna BW menjadi lebih seidkit dari
pengguna BMA.
Pemertahanan BW oleh penutur usia
lanjut yaitu 88% dan BMA 12% tidak dipungkiri bahwa penutur yang lebih banyak
menggunakan BW dalam komunikasi kehidupan sehari-hari adalah penutur usia
lanjut. Bahasa tersebut biasanya dituturkan dalam keluarga, saat bersantai
dengan tetangga, saat melakukan aktivitas tolong-menolong dengan tetangga atau
sesama, dan ketika ada dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan adat. BMA hanya
dituturkan pada saat komunikasi dalam lingkungan keluarga bersama anak cucu
yang tidak bisa menggunakan BW, saat bertemu atau bercerita dengan tamu yang
kendak berkunjung di Desa Honitetu dengan maksud untuk meminta menjelaskan
sejarah dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Tabel 4.5 Frekuensi
Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu Berdasarkan Jenis Kelamin
No |
Usia |
Jenis kelamin |
Jawaban Pemertahanan Bahasa |
|
BW (A) |
BMA (B) |
|||
1 |
9 tahun |
L |
0 |
20 |
2 |
9 tahun |
L |
0 |
20 |
3 |
10 tahun |
L |
1 |
19 |
4 |
10 tahun |
L |
1 |
19 |
5 |
10 tahun |
L |
1 |
19 |
6 |
12 tahun |
L |
2 |
18 |
7 |
13 tahun |
L |
3 |
17 |
8 |
14 tahun |
L |
1 |
19 |
9 |
16 tahun |
L |
2 |
18 |
10 |
21 tahun |
L |
4 |
16 |
11 |
21 tahun |
L |
4 |
16 |
12 |
24 tahun |
L |
5 |
15 |
13 |
24 tahun |
L |
4 |
16 |
14 |
26 tahun |
L |
13 |
7 |
15 |
37 tahun |
L |
15 |
5 |
16 |
45 tahun |
L |
13 |
7 |
17 |
47 tahun |
L |
10 |
10 |
18 |
49 tahun |
L |
13 |
7 |
19 |
52 tahun |
L |
14 |
6 |
20 |
79 tahun |
L |
17 |
3 |
21 |
85 tahun |
L |
20 |
0 |
|
Jumlah |
|
143 |
277 |
22 |
10 tahun |
P |
2 |
18 |
23 |
11 tahun |
P |
2 |
18 |
24 |
11 tahun |
P |
1 |
19 |
25 |
17 tahun |
P |
3 |
17 |
26 |
20 tahun |
P |
2 |
18 |
27 |
20 tahun |
P |
3 |
17 |
28 |
22 tahun |
P |
5 |
15 |
29 |
26 tahun |
P |
5 |
15 |
30 |
26 tahun |
P |
8 |
12 |
31 |
29 tahun |
P |
10 |
10 |
32 |
30 tahun |
P |
13 |
7 |
33 |
31 tahun |
P |
8 |
12 |
34 |
33 tahun |
P |
7 |
13 |
35 |
76 tahun |
P |
16 |
4 |
|
Jumlah |
|
85 |
195 |
Data
ini merupakan data konversi dari tabel data sebelumnya yaitu tabel responden
atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dengan jumlah pertanyaan 20. jadi
satu responden mempunyai 20 jawaban. Jawaban tersebut dilihat dari beberapa kali
responden memilih BW dan BMA setelah itu kita membuat tabel frekuensi menurut
jumlah responden yaitu 20 kemudian untuk mengetahui nilai P dari 20 responden
yang menjawab BW dan BMA sebanyak berapa kali. Berdasarkan hasil dari tabel
maka responden dengan jenis kelamin perempuan yang menjawab BW 85, dan BMA 195
setelah hasil tersebut didapat maka akan dijumlahkan 85+195=280 kemudian
dikalikan dengan 100 dan dibagi dengan hasil penjumlahan menjadi 85x100:280=30%
kemudian 195x100:280=70% setelah hasil presentase didapat maka akan dijumlahkan
hingga mencapai 100% seperti 30%+70%=100%
Responden
dengan jenis kelamin laki-laki yang menjawab BW 143, dan BMA 277 setelah hasil
tersebut didapat maka akan dijumlahkan 143+277=420 kemudian dikalikan dengan
100 menjadi 143x100:420=34% kemudian 277x100:420 =66% setelah hasil presentase
didapat maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 34%+66%=100%.
Tabel 4.6 Presentase Pemertahanan
Bahasa Wemale Berdasarkan Umur Jenis Kelamin di Desa
Honitetu
PEMERTAHANAN BAHASA |
||||||
Jenis Kelamin |
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
||
f |
% |
f |
% |
|||
P |
85 |
30 |
195 |
70 |
21 |
420 |
L |
143 |
34 |
277 |
66 |
14 |
280 |
Dalam interaksi sosial sering
terjadi saling pengaruh antara orang yang lebih aktif karena akan mendominisai
interaksi itu. Tak heran apabila suatu bahasa yang lebih banyak dipakai, maka
bahasa itu akan berkembang. Sebaliknya
jika suatu bahasa yang tidak banyak dipakai maka bahasa tersebut perlahan akan
mengalami proses pergeseran yang kadang akan berakibat juga pada kepunahan bahasa.
Berdasarkan pemakaian BW menurut jenis kelamin di Desa Honitetu menunjukan
hasil presentase pemertahanan bahasa untuk laki-laki 34% dan perempuan 30%
dengan demikian dapat dilihat bahwa pemertahanan BW penggunanya lebih sedikit
bila dibangdingkan dengan pengguna BMA yang dengan hasil presentase laki-laki
66% dan perempuan 70%. Pemerahanan BW pada penutur laki-laki terlihat lebih
tinggi dari perempuan karena bahasa tersebut digunakan oleh penutur untuk
menasihati, menceritakan sejarah dan marga serta saat melakukan
kegiatan-kegiatan adat. BMA juga digunakan oleh penutur laki-laki dalam
komunikasi sehari-hari pada saat berbicara dengan anak atau orang yang tidak
bisa menggunakan BW serta saat melakukan perjalanan ke luar Desa Honitetu.
Penggunaan BW oleh penutur perempuan
biasanya untuk membicarakan kebutuhan-kebutuhan rumah tangga yang harus
dipenuhi oleh suami, menasihati anak-anak perempuan (jika anak tersebut
memahami BW), serta bercerita dengan tetangga. Penggunaan BMA oleh penutur
perempuan digunakan dalam komunkasi sehari-hari dengan anak atau orang tua
dalam lingkungan keluarga, tetangga dan masyarakat bagi mereka yang tidak
mengetahui BW.
Tabel 4.7 Frekuensi
Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No |
Usia |
Pendidikan Terakhir |
Penggunaan Bahasa |
Pekerjaan |
|
BW (A) |
BMA (B) |
||||
1 |
24 tahun |
SMA |
3 |
17 |
|
2 |
45 tahun |
SMP |
13 |
7 |
|
3 |
49 tahun |
SMA |
13 |
7 |
Petani |
4 |
79 tahun |
SD |
16 |
4 |
|
5 |
85 tahun |
D3 |
20 |
0 |
|
|
JUMLAH |
|
65 |
35 |
|
6 |
9 tahun |
SD |
0 |
20 |
|
7 |
9 tahun |
SD |
0 |
20 |
|
8 |
10 tahun |
SD |
1 |
19 |
|
9 |
10 tahun |
SD |
2 |
18 |
|
10 |
10 tahun |
SD |
0 |
20 |
|
11 |
10 tahun |
SD |
1 |
19 |
|
12 |
11 tahun |
SD |
2 |
18 |
Pelajar |
13 |
11 tahun |
SD |
1 |
19 |
|
14 |
12 tahun |
SMP |
2 |
18 |
|
15 |
13 tahun |
SMP |
3 |
17 |
|
16 |
14 tahun |
SMP |
1 |
19 |
|
17 |
16 tahun |
SMA |
2 |
18 |
|
18 |
17 tahun |
SMA |
3 |
17 |
|
|
JUMLAH |
|
18 |
242 |
|
19 |
26 tahun |
S1 |
13 |
7 |
|
20 |
37 tahun |
S1 |
15 |
5 |
|
21 |
47 tahun |
SMA |
10 |
10 |
Pemerintah |
22 |
52 tahun |
S1 |
14 |
6 |
|
|
JUMLAH |
|
52 |
28 |
|
23 |
26 |
S1 |
8 |
12 |
|
24 |
29 |
S1 |
8 |
12 |
Guru |
|
JUMLAH |
|
16 |
24 |
|
25 |
20 tahun |
SMA |
1 |
19 |
|
26 |
20 tahun |
SMA |
2 |
18 |
|
27 |
21 tahun |
SMA |
4 |
16 |
|
28 |
21 tahun |
SMA |
4 |
16 |
Belum Bekerja |
29 |
22 tahun |
SMA |
5 |
15 |
|
30 |
24 tahun |
SMA |
5 |
15 |
|
|
JUMLAH |
|
21 |
99 |
|
31 |
26 tahun |
S1 |
5 |
15 |
|
32 |
30 tahun |
SMA |
13 |
7 |
|
33 |
31 tahun |
SMA |
8 |
12 |
Ibu Rumah Tangga |
34 |
33 tahun |
SMA |
7 |
13 |
|
35 |
76 tahun |
SR |
16 |
4 |
|
|
JUMLAH |
|
49 |
51 |
|
Data
ini merupakan data konversi dari tabel data sebelumnya yaitu tabel responden
atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dengan jumlah pertanyaan 20. jadi
satu responden mempunyai 20 jawaban. Jawaban tersebut dilihat dari beberapa kali
responden memilih BW dan BMA setelah itu kita membuat tabel frekuensi menurut
jumlah responden yaitu 20 untuk mengetahui nilai P dari 20 responden yang
menjawab BW dan BMA sebanyak berapa kali.
Responden
yang bekerja sebagai Petani menjawab BW 65 dan BMA 35 setelah hasil tersebut didapat
maka akan dijumlahkan 65+35=100 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi
65x100:100=65% kemudian 35x100:100=35% setelah hasil presentase didapat maka
akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 65%+35%=100%.
Responden yang bekerja sebagai
pelajar menjawab BW 18, dan BMA 242 setelah hasil tersebut didapat maka akan
dijumlahkan 18+242=260 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi 18x100:260 =7%
kemudian 242x100:260=93% setelah hasil presentase didapat maka akan dijumlahkan
hingga mencapai 100% seperti 7%+93%=100%.
Responden
yang bekerja sebagai pemerintah menjawab BW 52, dan BMA 28 setelah hasil
tersebut didapat maka akan dijumlahkan 52+28=80 kemudian dikalikan dengan 100
menjadi 52x100:80=65% kemudian 28x100:80=35% setelah hasil presentase didapat
maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 65%+35%=100%.
Responden
yang bekerja sebagai guru yang menjawab BW 16, dan BMA 24 setelah hasil
tersebut didapat maka akan dijumlahkan 16+24=40 kemudian dikalikan dengan 100
menjadi 16x100:40 =40% kemudian 24x100:40=60% setelah hasil presentase di dapat
maka akan di jumlahkan hingga mencapai 100% seperti 40%+60%=100%.
Responden
yang belum bekerja menjawab BW 21, dan BMA 99 setelah hasil tersebut didapat
maka akan dijumlahkan 21+99=120 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi 21x100:120=17,5%
kemudian 99x100:120=82,5% setelah hasil presentase didapat maka akan
dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 17,5%+82,5%=100%.
Responden
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang menjawab BW 49, dan BMA 51 setelah
hasil tersebut didapat maka akan dijumlahkan 49+51=100 kemudian dikalikan
dengan 100 menjadi 49x100:100=49% kemudian 51x100:100=51% setelah hasil
presentase di dapat maka akan di jumlahkan hingga mencapai 100% seperti 49%+51%=100%.
Tabel 4.8 Presentase Pemertahanan Bahasa
Wemale di Desa Honitetu Berdasarkan Jenis Pekerjaan
PEMERTAHANAN BAHASA |
||||||
Pekerjaan |
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
||
f |
% |
f |
% |
|||
Petani |
65 |
65 |
35 |
35 |
5 |
100 |
Pelajar |
18 |
7 |
242 |
93 |
13 |
260 |
Pemerintah |
52 |
65 |
28 |
35 |
4 |
80 |
Guru |
16 |
40 |
24 |
60 |
2 |
40 |
Belum Bekerja |
21 |
17,5 |
99 |
82,5 |
6 |
120 |
Ibu Rumah Tangga |
49 |
49 |
51 |
51 |
5 |
100 |
Diagram
4.4 memperlihatkan pemertahanan BW di Desa Honitetu. Jika dilihat secara cermat
pemertahanan BW untuk penutur petani 65%, pelajar 7%, pemerintah 65%, guru 40%,
belum bekerja 17,5 dan ibu rumah tangga 49%. Sedangkan penggunaan BMA bagi
petani 35%, pelajar 93%, pemerintah 35%, guru 60%, belum bekerja 99% dan ibu
rumah tangga 51%.
Hasil
presentase di atas memperlihatkan bahwa pemertahanan BW bagi petani, pemerintah
dan ibu rumah tangga masih sangat dominan atau sangat menonjol dalam
penggunaannya. Hal ini dikarenakan penutur BW sering menggunakan dalam
komunikasi antara penutur yang satu dengan penutur yang lain yang sama-sama
menguasai BW. Penggunaan BW oleh penutur petani biasanya ketika penutur berada
atau bertemu dengan kelompok-kelompok tani yang masih menguasai BW untuk
memperlancar komunikasi antar warga, digunakan untuk membangun silaturahmi
antar warga serta membangun kerjasama antara warga pada saat membuka lahan baru
dan membicarakan persiapan penanaman bibit dalam lahan yang sudah bongkar, pada
saat penutur bertemu lawan tutur atau saat perjalanan ke kebun yang sama-sama
berasal dari Desa Honitetu. Penggunaan BW pada penutur pemerintah biasanya
dilakukan saat sedang melaksanankan pertemuan antar staf pemerintahan dengan
juga tua-tua adat, saat marinyo menyampaikan pemberitahuan dan pada saat
melakukan ritual-ritual adat seperti pelantikan raja dan lain sebagainya. Sedangkan
untuk penutur BW pada ibu rumah tangga biasanya digunakan saat memberika
nasehat kepada anak perempuan (yang masih menguasai BW) dan saat berkomunikasi
dengan suami untuk membicarakan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.
Pengunaan
BMA digunakan penutur dikalangan petani bagi mereka yang tidak menguasai BW dan
juga untuk menjelaskan bibit baru yang akan ditanam. Sedangkan untuk penutur di
kalangan pemerintah yaitu pada saat melakukan pertemuan dengan masyarakat
secara umum, saat berkomunikasi dengan sesama staf pemerintahan dan anggota
masyarakat lainnya yang tidak menguasai BW. Dan untuk penutur di kalangan ibu
rumah tangga BMA biasanya digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan
anak-anak, suami dan anggota keluarga lainnya untuk membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan dalam rumah tangga bagi mereka yang tidak menguasai
BW.
Pemertahanan
BW oleh penutur pelajar atau mahasiswa, guru dan penutur yang belum bekerja
terlihat lebih sedikit presentasenya. Hasil presentase pada diagram tersebut
menunjukkan penutur pelajar atau mahasiswa, guru dan penutur yang belum bekerja
dalam komukasi sehari-hari lebih suka menggunakan BMA dibandingkan dengan BW.
Penggunaan BW biasanya digunakan hanya oleh beberapa orang yang menguasai
bahasa saja itupun hanya untuk kosakata yang bersifat umum yang digunakan
sehari-hari baik saat bertemu dengan lawan tuturnya yang sama-sama berasal dari
desa Honitetu. Sedangkan BMA digunakan sehari-hari oleh pelajar atau mahasiswa,
guru, dan penutur belum bekerja untuk berkomunikasi dengan sesama, oleh guru di
sekolah baik pada tingkat Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah Pertama untuk
menjelaskan materi pembelajaran dan juga untuk menceritakan pengalaman.
Tabel 4.9 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan
Ranah Keluarga |
||||
No |
Usia Penutur |
Pendidikan Terakhir |
Jawaban Penggunaan
Bahasa |
|
A |
B |
|||
1 |
9 |
SD |
0 |
5 |
2 |
10 |
SD |
1 |
4 |
3 |
11 |
SD |
1 |
4 |
4 |
16 |
SMA |
0 |
5 |
5 |
21 |
SMA |
1 |
4 |
6 |
24 |
SMA |
1 |
4 |
7 |
30 |
SMA |
4 |
1 |
8 |
33 |
SMA |
2 |
3 |
9 |
85 |
D3 |
5 |
0 |
|
JUMLAH |
|
15 |
30 |
Data
ini merupakan data konversi dari tabel data sebelumnya yaitu tabel responden
atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan responnya dilihat dari pertanyaan
1-5 pada ranah keluarga. jadi satu responden kemungkinan mempunyai 5 jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan dari pertanyaan itu kita
mengetahui berapa kali responden memilih BW dan BMA. setelah itu kita membuat
tabel frekuensi menurut jumlah responden yaitu 9 untuk mengetahui nilai P dari
9 responden yang menjawab BW dan BMA sebanyak berapa kali.
Pemertahanan
bahasa pada respoden dengan umur 9-10 menjawab BM 1, dan BMA 9 setelah hasil
tersebut didapat maka akan dijumlahkan 1+9=10 kemudian dikalikan dengan 100
menjadi 1x100:10=10% kemudian 5x100:10=90% setelah hasil presentase didapat
maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100%
seperti 10%+90%=100%.
Pemertahanan
bahasa pada usia remaja yang menjawab BW 1, dan BMA 9 setelah hasil tersebut
didapat maka akan dijumlahkan 1+9=10 kemudian dikalikan dengan 100 dan dibagi
dengan hasil penjumlahan menjadi 1x100:10=10% kemudian 9x100:10=90% setelah
hasil presentase didapat maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 10%+90%=100%
Pemertahanan
bahasa pada usia dewasa yang menjawab BW 8, dan BMA 12 setelah hasil tersebut didapat
maka akan dijumlahkan 8+12=20 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi
8x100:20=40% kemudian 12x100:20=60% setelah hasil presentase didapat maka akan
dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 40%+60%=100%.
Pemertahanan
bahasa pada usia lanjut yang menjawab BW 5, dan BMA 0 setelah hasil tersebut didapat
maka akan dijumlahkan 5+0=5 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi 5x100:5=100%
kemudian 0x100:5=0% setelah hasil presentase didapat maka akan dijumlahkan
hingga mencapai 100% seperti 100%+0%=100%.
Tabel 4.10 Presentase
Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu Berdasarkan Ranah Keluarga
PEMERTAHANAN BAHASA |
||||||
Usia |
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
||
f |
% |
f |
% |
|||
Usia Anak |
1 |
10 |
9 |
90 |
2 |
10 |
Remaja |
1 |
10 |
9 |
90 |
2 |
10 |
Dewasa |
8 |
40 |
12 |
60 |
4 |
20 |
Usia Lanjut |
5 |
100 |
0 |
0 |
1 |
5 |
Dalam
interaksi sosioal terjadi saling mempengaruhi orang yang lebih aktif akan
mendominasi interaksi itu. Tak heran jika suatu bahasa yang lebih banyak
digunakan, maka bahasa itu semakin berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa
yang tidak sering digunakan, maka kosa katanya akan semakin berkurang oleh
pemakaian atau penggunaan bahasa yang lebih domininan. Sehubungan dengan
pemakaian pada ranah keluarga di Desa Honitetu terlihat bahwa, pemertahanan BW
pada penutur usia anak 0%, remaja 0 %, lanjut usia 100%. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, maka penggunaan bahasa sangat dominan pada ranah ranah
keluarga adalah BMA yang sebagian besar penuturnya adalah penutur dari usia
anak-anak dan remaja. Hal ini terjadi karena tidak ada sifat pewarisan BW yang
diterapkan dari orang tua kepada generasi-generasi berikutnya sehingga
mengakibatkan kurangnya penutur BW di desa Honitetu.
Berdasarkan
hasil presentase tersebut maka upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
bahasa itu agar tidak punah adalah dengan cara melestarikan adat istiadat
setempat melalui bahasa, dijadikan sebagai pembelajaran mulok di sekolah,
membuat kamus serta mewariskan untuk generasi muda.
Tabel 4.11 Frekuensi Pemertahanan Bahasa
Wemale Pada Ranah Ketetanggaan
No |
Usia Penutur |
Pendidikan Terakhir |
Jawaban Penggunaan
Bahasa |
|
A |
B |
|||
1 |
10 |
SD |
0 |
5 |
2 |
11 |
SD |
0 |
5 |
3 |
20 |
SMA |
0 |
5 |
4 |
20 |
SMA |
1 |
4 |
5 |
21 |
SMA |
1 |
4 |
6 |
24 |
SMA |
2 |
3 |
7 |
31 |
SMA |
3 |
2 |
8 |
45 |
SMP |
3 |
2 |
JUMLAH |
|
|
10 |
30 |
Data
ini merupakan data konversi dari tabel data sebelumnya yaitu tabel responden
atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan responnya dilihat dari pertanyaan
1-5 pada ranah tetangga. jadi satu responden kemungkinan mempunyai 5 jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan dari pertanyaan itu kita
mengetahui berapa kali responden memilih BW dan BMA. setelah itu kita membuat
tabel frekuensi menurut jumlah responden yaitu 8 untuk mengetahui nilai P dari
8 responden yang menjawab BW dan BMA sebanyak berapa kali.
Pemertahanan
bahasa untuk respoden dengan umur 9-10 menjawab BMA 0, dan BMA 5 setelah hasil
tersebut didapat maka akan dijumlahkan 0+5=5 kemudian dikalikan dengan 100
menjadi 0x100:5=0% kemudian 5x100:5=100% setelah hasil presentase didapat maka
akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 0%+100%=100%.
Usia
remaja menjawab BW 0 dan BMA 5. Setelah hasil tersebut didapat maka akan
dijumlahkan 0+5=5 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi 0x100:5=0% kemusian
5x100:5=100% setelah hasil presentase didapat maka akan dijumlahkan hingga
mencapai 100% seperti 0%+100%=100%
Usia
dewasa yang menjawab BW 10, dan BMA 15 setelah hasil tersebut didapat maka akan
dijumlahkan 10+15=25 kemudian dikalikan dengan 100 dan dibagi dengan hasil
penjumlahan menjadi 10x100:25=40% kemudian 15x100:25=60% setelah hasil presentase
didapat maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 40%+60%=100%
Tabel 4.12 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale Di Desa Honitetu Berdasarkan
Ranah Ketetanggaan
PEMERTAHANAN BAHASA |
||||||
Usia |
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
||
f |
% |
f |
% |
|||
Usia Anak |
0 |
0 |
5 |
100 |
1 |
5 |
Remaja |
0 |
0 |
5 |
100 |
1 |
5 |
Dewasa |
10 |
40 |
20 |
60 |
6 |
30 |
Disamping keluarga yang merupakan
tempat pertama kita memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibu, ada juga orang
lain yang ada disekitar kita untuk diajak berkomunikasi dalam kehiduapan
sehari-hari. Manusia merupakan mahkluk sosial yang hidupnya saling membutuhkan
satu dengan yang lain. Sehingga pada situasi pengguna bahasa memainkan peran
yang penting. Dalam diagram 4.6 di atas memperlihatkan pemertahanan BW oleh
penutur usia anak 0%, BMA 100%, usia remaja BW 0% BMA 100% dan usia dewasa BW
40% BMA 60%.
Penggunaan
BW dalam ranah keketenggaan biasanya digunakan oleh penutur pada saat
melaksanakan aktivitas tolong menolong, menanyakan tentang kegiatan yang akan di lakukan oleh
tetanggga dan juga pada saat sedang bersantai dengan sesama yang memahami BW
untuk saling bercerita dan bertukar pikiran.
Tabel
4.13 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu Pada Ranah
Pendidikan
No |
Usia Penutur |
Pendidikan Terakhir |
Jawaban Penggunaan Bahasa |
|
A |
B |
|||
1 |
9 |
SD |
0 |
3 |
2 |
10 |
SD |
0 |
3 |
3 |
12 |
SMP |
0 |
3 |
4 |
13 |
SMP |
0 |
3 |
5 |
14 |
SMP |
0 |
3 |
6 |
26 |
S1 |
1 |
2 |
7 |
29 |
S1 |
1 |
2 |
|
Jumlah |
|
2 |
19 |
Data
ini merupakan data konversi dari tabel data sebelumnya yaitu tabel responden
atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan responnya dilihat dari
pertanyaan 1-3 pada ranah pendidikan. jadi satu responden kemungkinan mempunyai
3 jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan dari pertanyaan itu kita
mengetahui berapa kali responden memilih BW dan BMA. setelah itu kita membuat
tabel frekuensi menurut jumlah responden yaitu 7 untuk mengetahui nilai P dari
7 responden yang menjawab BW dan BMA sebanyak berapa kali.
Pemertahanan
bahasa untuk respoden dengan umur 9-10 menjawab BW 0, dan BMA 6 setelah hasil
tersebut didapat maka akan dijumlahkan 0+6=6 kemudian dikalikan dengan 100
menjadi 0x100:6=0% kemudian 6x100:3=100% setelah hasil presentase didapat maka
akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 0%+100%=100%.
Usia
remaja yang menjawab BM 0, dan BMA 9 setelah hasil tersebut didapat maka akan
dijumlahkan 0+9=9 kemudian dikalikan dengan 100 dan dibagi dengan hasil
penjumlahan menjadi 0x100:9=0% kemudian 9x100:9=100% setelah hasil presentase
didapat maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 0%+100%=100%
Usia dewasa yang menjawab
BW 2, dan BMA 4 setelah hasil tersebut didapat maka akan dijumlahkan 2+4=6 kemudian
dikalikan dengan 100 dan dibagi dengan hasil penjumlahan menjadi 2x100:6=33%
kemudian 4x100:6=67% setelah hasil presentase didapat maka akan dijumlahkan
hingga mencapai 100% seperti 33%+67%=100%
Tabel 4.14 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu
Berdasarkan Ranah Pendidikan
PEMERTAHANAN BAHASA |
||||||
Usia |
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
||
f |
% |
f |
% |
|||
Usia Anak |
0 |
0 |
6 |
100 |
2 |
6 |
Remaja |
0 |
0 |
9 |
100 |
3 |
9 |
Dewasa |
2 |
33 |
4 |
67 |
2 |
6 |
Pendidikan
merupakan hal yang mendasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang. Pemahaman
mengenai pendidikan ini sangat meluas, baik pendidikan dalam keluarga, maupun
pendidikan di sekolah, perguruan tinggi atau secara keseluruhan. Di sekolah
tentunya ada siswa dan tenaga pendidik untuk menjalin komunikasi yang lebih
baik maka perlu adanya bahasa, karena bahasa merupakan perumusan untuk
menyampaikan ide, gagasan, konsep bagi setiap pendengar. Oleh karena itu
diagram 4.7 di atas memperlihatkan penggunaan bahasa dalam ranah pendidikan di
Desa Honitetu. Hasil presentase pemertahanan BW yang diperoleh anak-anak 0%,
remaja 0%, dan dewasa 33%. Sedangkan untuk penggunaan BMA bagi penutur
anak-anak 100%, remaja 100%, dan dewasa 67%.
Penggunaan
BW pada ranah pendidikan bagi penutur anak-anak, remaja dan dewasa biasanya
digunakan oleh penutur ketika tidak berada dalam lingkungan pendidikan.
Misalnya pada saat berada dalam lingkungan keluarga atau masyarakat maka mereka
yang memahami BW ini bisa menggunakannya untuk berkomunikasi.
Tabel 4.15 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Di Desa Honitetu Berdasarkan
Ranah Pemerintah
No |
Usia Penutur |
Pendidikan Terakhir |
Jawaban Penggunaan
Bahasa |
|
A |
B |
|||
1 |
26 |
S1 |
2 |
2 |
2 |
37 |
S1 |
3 |
1 |
3 |
47 |
SMA |
2 |
2 |
4 |
52 |
S1 |
3 |
1 |
JUMLAH |
|
|
10 |
6 |
Data
ini merupakan data konversi dari tabel data sebelumnya yaitu tabel responden
atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan responnya dilihat dari
pertanyaan 1-4 pada ranah pemerintah. jadi satu responden kemungkinan mempunyai
4 jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan dari pertanyaan itu kita
mengetahui berapa kali responden memilih BW dan BMA. setelah itu kita membuat tabel
frekuensi menurut jumlah responden yaitu 4 untuk mengetahui nilai P dari 4
responden yang menjawab BW dan BMA sebanyak berapa kali.
Pemertahanan
bahasa untuk respoden dengan usia dewasa menjawab BW 10 dan BMA 6 setelah hasil
tersebut didapat maka akan dijumlahkan 10+6=16 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi
10x100:16=62,5% kemudian 6x100:16=37,5% setelah hasil presentase didapat maka
akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 62,5%+37,5%=100%.
Tabel 4.16 Preseentase Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu
Berdasarkan Ranah Pemerintah
PEMERTAHANAN BAHASA |
||||||
Usia |
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
||
f |
% |
f |
% |
|||
Dewasa |
10 |
62,5 |
6 |
37,5 |
4 |
16 |
Diagram
di atas memperlihatkan pemertahanan bahasa pada ranah pemerintah yang
terlihat penggunaan bahasa bagi penutur usia dewasa 62,5%, hasil menunjukan
bahwa dalam ranah ini, penggunaan BW lebih dominan dibandingkan dengan
penggunaan BMA yang hasil presentasinya hanya 37,5%. |
Penggunaan
BW pada ranah pemerintah biasanya terjadi pada saat ketika marinyo menyampaikan
informasi dari kepala pemerintah negeri kepada masyarakat. Penggunaan BW
terjadi juga saat pertemuan antara kepala desa dengan para tua-tua adat bahkan
saat melaksanakan kegiatan-kegiatan adat lainnya.
Tabel
4.17 Frekuensi Pemertahanan Bahasa Wemale Berdasarkan Ranah Agama
No |
Usia Penutur |
Pendidikan Terakhir |
Jawaban Penggunaan
Bahasa |
|
A |
B |
|||
1 |
10 |
SD |
0 |
3 |
2 |
17 |
SMA |
1 |
2 |
3 |
22 |
SMA |
2 |
1 |
4 |
26 |
S1 |
2 |
1 |
5 |
49 |
SMA |
2 |
1 |
6 |
76 |
SR |
2 |
1 |
7 |
79 |
SR |
2 |
1 |
JUMLAH |
|
|
11 |
19 |
Data
ini merupakan data konversi dari tabel data sebelumnya yaitu tabel responden
atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan responnya dilihat dari
pertanyaan 1-3 pada ranah agama. jadi satu responden kemungkinan mempunyai 3
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan dari pertanyaan itu kita
mengetahui berapa kali responden memilih BW dan BMA. setelah itu kita membuat
tabel frekuensi menurut jumlah responden yaitu 7 untuk mengetahui nilai P dari
7 responden yang menjawab BW dan BMA sebanyak berapa kali.
Pemertahanan
bahasa pada respoden dengan usia anak-anak menjawab BW 0, dan BMA 3 setelah
hasil tersebut didapat maka akan dijumlahkan 0+3=3 kemudian dikalikan dengan
100 menjadi 0x100:3=0% kemudian 3x100:3=100% setelah hasil presentase didapat
maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 0%+100%=100%.
Pemertahanan
bahasa pada respoden dengan usia remaja menjawab BW 1, dan BMA 2 setelah hasil
tersebut didapat maka akan dijumlahkan 1+2=3 kemudian dikalikan dengan 100
menjadi 1x100:3=33% kemudian 2x100:3=67% setelah hasil presentase didapat maka
akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 33%+67%=100%.
Respoden
dengan usia dewasa menjawab BW 6, dan BMA 3 setelah hasil tersebut didapat maka
akan dijumlahkan 6+3=9 kemudian dikalikan dengan 100 menjadi 6x100:9=67%
kemudian 3x100:9=33% setelah hasil presentase didapat maka akan dijumlahkan
hingga mencapai 100% seperti 67%+33%=100%.
Usia
lanjut yang menjawab BW 4, dan BMA 2 setelah hasil tersebut didapat maka akan
dijumlahkan 4+2=6 kemudian dikalikan dengan 100 dan dibagi dengan hasil
penjumlahan menjadi 4x100:6=67% kemudian 2x100:6=33% setelah hasil presentase
didapat maka akan dijumlahkan hingga mencapai 100% seperti 67%+33%=100
Tabel 4.18 Presentase Pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu
Berdasarkan Ranah Agama
PEMERTAHANAN BAHASA |
||||||
Usia |
BW |
BMA |
Jumlah Responden |
Jumlah Jawaban |
||
f |
% |
f |
% |
|||
Anak |
0 |
0 |
3 |
100 |
1 |
3 |
Remaja |
1 |
33 |
2 |
67 |
1 |
3 |
Dewasa |
6 |
67 |
3 |
33 |
3 |
9 |
Lanjut Usia |
4 |
67 |
2 |
33 |
2 |
6 |
Sehubungan dengan diagram
di atas dengan hasil presentase memperlihatkan pemertahanan BW di Desa Honitetu
pada penutur usia anak 0%, remaja 33%, dewasa 67%, dan lanjut usia 67%. Hasil
presentase menunjukan eksistensi BW lebih dominan berkembang dalam penggunaanya
pada usia dewasa dan usia lanjut bila dibandingkan dengan BMA.
Penggunaan
BW dalam ranah agama biasanya pada saat melakukan kegiatan grejawi, saat dalam kegiatan
kematian dan untuk komunikasi antar tua-tua adat saat melakukan pertemuan adat
untuk membicarakan dan melakukan ritual adat kepada Tuhan dan para Leluhur. Hal
ini dilakukan sebagai salah satu cara terhadap generasi untuk tetap
mempertahankan nilai-nilai adat melalui bahasa dan juga merupakan pembiasaan
kepada generasi muda untuk tetap melestarikan serta mempertahankan budaya
setempat.
4.2
Sikap Bahasa Masyarakat Desa Honitetu
4.2.1 Penggunaan Bahasa Wemale Dalam
Komunikasi Sehari-hari
4.19
Tabel Pernyataan Setuju/Tidak Setuju Terhadap Penggunaan Bahasa Wemale Dalam
Komunikasi Sehari-hari
No |
Indikator |
Bahasa Wemale Dalam Komunikasi Sehari-hari |
|
f |
% |
||
1 |
Sangat setuju |
21 |
60% |
2 |
Setuju |
14 |
40% |
3 |
Cukup setuju |
- |
- |
4 |
Kurang setuju |
- |
- |
5 |
Tidak setuju |
- |
- |
|
Jumlah |
35 |
100 |
Berdasarkan data pada
tabel 4.19 di atas dapat dlihat bahwa sebanyak 21 responden (60%) sangat setuju
utnuk menggunakan bahasa Wemale dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap bahasa penutur terhadap bahasa wemale
dalam komunikasi sehari-hari cukup tinggi yakni 60.
4.2.2 Pemertahanan Bahasa Wemale
Berdasarkan
hasil wawancara dengan narasumber dapat dilhat bahwa pemertahanan bahasa Wemale
di desa Honitetu sangatlah kecil. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan
karena masyarakat desa Honitetu lebih dominan menggunakan bahasa Melayu Ambon
daripada bahasa Wemale. Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh
responden dimana dalam komunikasi sehari-hari masyarakat desa Honitetu, yang
menggunakan bahasa Wemale hanya sebagian masyarakat saja itupun hanya dari
masyarakat usia dewasa dan lanjut usia sedangkan untuk kalangan anak-anak
sampai dengan remaja sudah sangat kecil penggunaannya. Hal ini terjadi karena
orang tua tidak mengajarkan bahasa Wemale kepada anak-anak sehingga mereka
hanya bisa menggunakan bahasa Melayu Ambon untuk berkomunikasi.
Untuk
tingkat pemertahanan bahasa Wemale berdasarkan hasil wawancara ada beberapa
responden yang menyatakan bahwa sampai dengan saat ini bahasa Wemale masih
tetap dipertahankan. Alasanya karena, masih ada sebagian masyarakat yang
menggunakannya meskipun dalam jumlah yang kecil dan dengan usia yang hanya dari
orang dewasa dan lanjut usia karena untuk usia anak-anak dan remaja sudah tidak
dibiasakan lagi. Namun, pernyataan ini ditolak oleh salah satu responden
menurutnya, bahasa Wemale ini sudah tidak dipertahankan lagi oleh masyarakat
desa Honitetu. Alasanya, jika bahasa Wemale ini masih dipertahankan maka
otomatis bahasa Wemale lebih dominan digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari
masyarakat desa Honitetu daripada bahasa Melayu Ambon. Hal ini sesuai dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan. Menurutnya, jika bahasa Wemale ini mau
dipertahankan maka harus diajarkan kepada anak-anak selaku penerus kalau tidak
diajarkan dan yang mengetahuinya hanya orang dewasa saja maka otomatis
kedepannya bahasa Wemale ini akan mati.
Pemertahanan
BW di desa Honitetu dapat dilakukan dengan cara, mengajarkan BW kepada
anak-anak yang dimulai dari lingkungan keluarga. Menggunakan BW dalam
komunikasi sehari-hari dan menjadikan BW sebagai media pembelajaran di sekolah
selain itu di sekolah juga, harus menjadikan satu hari untuk dijadikan sebagai
hari berbahasa Wemale sehingga dapat membiasakan para siswa dan guru untuk
berkomunikasi menggunakan BW dalam lingkungan pendidikan maupun lingkungan masyarakat.
Hal ini sangat disetujui oleh para responden yang diwawancarai dan setelah
penelitian saya dilakukan, hal ini terjadi dan membawakan hasil karena bisa
mengajak masyarakat desa Honitetu untuk tetap mempertahankan BW.
4.20
Tabel Pernyataan Setuju/Tidak Setuju Terhadap Pemertahanan Bahasa Wemale
No |
Indikator |
Mempertahankan Bahasa Wemale |
|
f |
% |
||
1 |
Sangat setuju |
27 |
77 |
2 |
Setuju |
8 |
23 |
3 |
Cukup setuju |
- |
- |
4 |
Kurang setuju |
- |
- |
5 |
Tidak setuju |
- |
- |
|
Jumlah |
35 |
100 |
Berdasarkan tabel 4.20 di
atas dapat dilihat bahwa dari ke-35 responden, terdapat 27 responden yang
sangat setuju untuk mempertahankan bahasa Wemale. Presentase dari ke-27
responden tersebut adalah 77%. Selain itu, ada juga 8 responden yang setuju
untuk mempertahankan bahasa Wemale dengan jumlah presentasenya yaitu 23%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap penutur terhadap pemertahanan
bahasa wemale cukup tinggi.
4.2.3 Kerjasama Antara
Pemerintah, Gereja Dan Pendidikan Dalam Upaya
Mempertahankan Bahasa Wemale
4.21 Tabel Pernyataan
Setuju/Tidak Setuju Terhadap Kerjasama Antara Pemerintah, Gereja Dan Pendidikan
Dalam Upaya Mempertahankan Bahasa Wemale.
No |
Indikator |
Respon terhadap kerjasama pemerintah, gereja dan pendidikan untuk
mengupayakan pemertahanan Bahasa Wemale |
|
f |
% |
||
1 |
Sangat setuju |
25 |
71 |
2 |
Setuju |
10 |
29 |
3 |
Cukup setuju |
- |
- |
4 |
Kurang setuju |
- |
- |
5 |
Tidak setuju |
- |
- |
|
Jumlah |
35 |
100 |
Berdasarkan data pada
table 4.21 di atas, dapat dilihat bahwa 25 responden dengan presentase 71%
sangat setuju jika pemerintah, gereja dan pendidikan mengupayakan untuk
mempertahankan bahasa Wemale dan sebanyak 10 responden dengan presentase 29%
setuju untuk kerjasama antara pemerintah, gereja dan pendidikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sikap bahasa penutur terhadap kerjasama
pemerintah, gereja dan pendidikan cukup tinggi yakni dengan presentase 71%.
4.2.4 Bahasa Wemale
Dituangkan Dalam Kamus Sebagai Bentuk Dari Pemertahanan Bahasa.
4.22 Tabel Pernyataan
Setuju/Tidak Setuju Terhadap Bahasa Wemale Dituangkan
Dalam Bentuk Kamus Sebagai Bentuk Upaya
Pemertahanan Bahasa.
No |
Indikator |
Terhadap
Bahasa Wemale Dituangkan Dalam Bentuk Kampus Sebagai Bentuk Upaya
Pemertahanan Bahasa |
|
f |
% |
||
1 |
Sangat setuju |
24 |
69 |
2 |
Setuju |
11 |
31 |
3 |
Cukup setuju |
- |
- |
4 |
Kurang setuju |
- |
- |
5 |
Tidak setuju |
- |
- |
|
Jumlah |
35 |
100 |
Berdasarkan
data pada tabel 4.22 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 24 responden dengan
presentase 69% sangat setuju jika bahasa Wemale dituangkan dalam bentuk kamus
sebagai salah satu upaya pemertahanan bahasa, dan 11 responden dengan
presentase 31% setuju jika bahasa Wemale dituangkan dalam bentuk kamus sebagai
upaya dalam mempertahankan bahasa.
4.2.5 Bahasa Wemale
Dijadikan Muatan Lokal (Mulok) dalam Pembelajaran Di Sekolah (SD dan SMP)
4.23 Tabel Pernyataan
Setuju/Tidak Setuju Terhadap Bahasa Wemale Dijadikan Sebagai Muatan Lokal
(Mulok) Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dan SMP)
No |
Indikator |
Respon Terhadap Bahasa Wemale Dijadikan Sebagai
Muatan Lokal (Mulok) Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dan SMP) |
|
f |
% |
||
1 |
Sangat setuju |
21 |
60 |
2 |
Setuju |
14 |
40 |
3 |
Cukup setuju |
- |
- |
4 |
Kurang setuju |
- |
- |
5 |
Tidak setuju |
- |
- |
|
Jumlah |
35 |
100 |
Berdasarkan
data pada tabel 4.23 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 21 responden dengan
presentase 60% sangat setuju dan sebanyak 14 responden dengan presentase 40%
setuju jika bahasa Wemale dijadikan sebagai muatan lokal dalam pembelajaran di
sekolah, baik utnuk tingkat SD dan SMP. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sikap bahasa masyarakat Honitetu terhadap pemertahanan bahasa wemale jika
dijadikan sebagai muatan lokal dalam pembelajaran di sekolah sangat baik dengan
presentase 60%.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian pemertahanan Bahasa Wemale di Desa Honitetu maka dapat
disimpulkan bahwa.
Masyarakat
Desa Honitetu dalam komunikasi sehari-hari menggunakan dua bahasa yaitu bahasa
yaitu bahasa Wemale dan Bahasa Melayu Ambon. Akan tetapi dalam, interaksi sehari-hari
bahasa yang lebih dominan digunakan adalah BMA bila dibandingkan dengan BW yang
digunakan hanya pada saat tertentu saja, dan penggunanya juga hanya sebagian
kecil dari masyarakat Desa Honitetu. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan sifat
pewarisan dari orang tua kepada generasi penerus, sehingga proses pemertahanan
terhadap BW sangatlah kecil selain itu penutur asli BW di Desa Honitetu juga
hanya sebagian kecil saja yang masih memahami dan menggunakan BW dalam
komunkasi sehari-hari dengan sesama penutur BW.
Pemertahanan
BW pada ranah keluarga dan ranah agama, untuk usia anak dan remaja sangat
kecil. Penggunaannya lebih dominan pada usia dewasa dan usia lanjut. Sedangkan
untuk ranah ketetanggaan dan ranah pendidikan, usia anak dan remaja proses
pemertahanan bahasa sama sekali tidak dilakukan sehingga proses pemertahanannya
hanya terjadi pada usia dewasa. Dan untuk ranah pemerintahan, sangat besar
sekali proses pemertahanannya dan itu terjadi hanya pada penutur usia dewasa.
Pemertahanan
BW di desa Honitetu dapat dilakukan dengan cara orang tua harus mengajarkan BW
kepada anak-anak sehingga mereka bisa untuk berkomunikasi dengan BW,
menggunakan BW untuk berkomunikasi sehari-hari dalam lingkungan masyarakat,
pada kegiatan-kegiatan peribadahan khususnya pada liturgi ibadah yang telah
ditentukan untuk menggunakan etnik daerah sebaiknya desa Honitetu juga
menjadikan hal tersebut sebagai salah satu cara mempertahankan BW dan menjadikan
BW sebagai pembelajaran muatan lokal di sekolah agar lewat pembelajaran mulok ini,
para siswa dan guru disekolah juga bisa menggunakan dan mempertahankan BW.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dikemukakan maka saran yang disampaikan adalah
1. Untuk
Masyarakat Desa Honitetu sebagai penutur BW agar tetap mempertahankan,
melestarikan serta mewariskan budaya kepada generasi melalui bahasa yang
merupakan salah satu identitas diri masyarakat setempat.
2. Untuk
pembaca dan peneliti selanjutnya dijadikan sebagai referensi serta acuan untuk
menambah ilmu pengetahuan serta wawasan khususnya dalam penggunaan bahasa
daerah.
Daftar Pustaka
Ahmad, Bahtiar & Fatima.
2014. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Bogor: In Media
Ahmad, Bahtiar & Fatimah. 2014. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Bogor: In Media
Anggli, F. Mpolada. 2020. Jurnal Bahasa
dan Sastra. Pemertahanan Bahasa Indonesia
di Daerah Napudesa Wuasa Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Vol. 5, No. 4,
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/indekx.php/BDS/article/
view/12745, Diunduh 18 juli 2021.
Badudu, J.S. 1985. Pelik-pelik
Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Utama.
Bahren, Syahrial dan Chairul. 1998.
Pemertahanan Bahasa dan Sikap Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan.
Ahmad, Beni & Yana. 2018. Metode
Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia
Bungin, B. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
Erniati. 2018. Jurnal TOTOBUANG.
Pemertahanan Bahasa Bugis di Kota Ambon. Vol. 6, No 2, (https://totobuang.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/
totobuang/article/view/93, diunduh 06
Desember 2021)
Kaelan & Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Ttinggi. Yogyakarta: Paradigma
Malabar,
Salama. 2015. Sosiolinguistik. Grontalo:
Ideas Publishing
Muslich, Masnur. 2012. Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi
Kedudukan, Fumgsi, Pembinaan, dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyadi, Yad. 1999. Antropologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Pustaka Ros Karya
Syahriyani. 2017. Pemertahanan Bahasa Jawa Dialek Banten Pada
Guyub. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora
Thomas dkk. 2006. Ranah
Penggunaan Bahasa Melayu Ambon (Online). (https://WWW.researchgate.net/publication./332253444_RANAH_PENGGUNAAN_BAHASA_MELAYU_AMBON) diunduh 21 September 2021
Surdawati, Widya & Nia. 2017. Pengantar Psikolinguistik. Malang: UB
Perss
Sumarsono. 2017. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Warsiman. 2014. Sosiolinguistik. Malang: UB Perss
Yendra. 2018. Mengenal Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Depublish
Yohanis, Hukubun. 2018. BASINDO: Jurnal
Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya. Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa Alune Desa Murnaten Kecamatan
Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat Ambon. Vol. 2, No. 1, (http://journal2.um.ac.id/indekx.php/basindo/article/download/4161
/2286, diunduh 22 september 2021
Yulianto, Bambang. 2007. Pengantar Teori Belajar Bahasa.
Surabaya: Unesa Universitas Press.
Lampiran 1
Dokumentasi
Gambar 2 wawancara dengan Bapak Wilem Mawene Har/Tanggal : Sabtu, 30 April 2022 Pukul : 10:37 |
Gambar 3 wawancara dengan Ibu Ester Titta Hari/Tanggal : Minggu, 01 Mei 2022 Pukul : 15:26 |
Gambar 4 wawncara dengan Bapak
Mateos Silaka hari/Tanggal : Selasa, 03 Mei 2022 pukul : 16:30 |
Gambar 5 wawancara dengan Staf Desa Honitetu Hari/tanggal : Selasa, 10 Mei 2022 Pukul : 08:44-selesai |
|
|
|
|
Lampiran
2
Data
Informan
Informan 1
Nama :
Rolly Latu
Umur
:
37 tahun
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Jabatan :
Kepala Desa
Waktu
Wawancara : 10 Mei
2022/ Pukul 08:44 Wit
Tempat
Wawancara : Kantor
Desa Honitetu
Informan 2
Nama :
Wellem Mawene
Umur
:
85 tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Waktu
Wawancara : 30
April 2022/ Pukul 10:37 Wit
Tempat
Wawancara : Rumah
Bapak Wem
Informan 3
Nama :
Johan Moly
Umur
:
26 tahun
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Jabatan :
Anggota Masyarakat
Waktu
Wawancara : 10 Mei
2022/ Pukul 09:08 Wit
Tempat
Wawancara : Kantor
Desa Honitetu
Informan 4
Nama :
Mateos Silaka
Umur
:
49 tahun
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Jabatan :
Sekretaris Desa
Waktu
Wawancara : 10 Mei
2022/ Pukul 16:30 Wit
Tempat
Wawancara : Rumah
Bapak Tos
Informan 5
Nama : Abarang
Tebiary
Umur
:
68 tahun
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Jabatan :
Kepala Seksi Kesejahteraan
Waktu
Wawancara : 10 Mei
2022/ Pukul 11:00 Wit
Tempat
Wawancara : Kantor
Desa Honitetu
Informan 6
Nama :
Rudy Ukakale
Umur
:
47 tahun
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Jabatan : TU
Waktu
Wawancara : 10 Mei
2022/ Pukul 11:28 Wit
Tempat
Wawancara : Kantor
Desa Honitetu
Informan 7
Nama :
Ester Titta
Umur
:
76 tahun
Jenis
Kelamin :
Perempuan
Jabatan :
Anggota Masyarakat
Waktu
Wawancara : Minggu
01 Mei 2022/ Pukul 15:26 Wit
Tempat
Wawancara : Rumah
Ibu Ester
Lampiran
3
Pertanyaan
Wawancara untuk Informan
Nama Informan : |
|
Umur : |
|
Ttl : |
|
Jabatan/Status : |
|
Lokasi Wawancara : |
|
Tanggal/Waktu : |
|
1. Apakah
anda mengetahui tentang bahasa Wemale?
2. Apakah
dalam percakapan sehari-hari anda menggunakan bahasa Wemale?
3. Dari
siapakah anda mengetahui bahasa Wemale?
4. Apakah
bahasa Wemale juga diajarkan kepada
anak-anak atau hanya orang tua saja?
5. Apakah
dalam berkomunikasi masyarakat masih menggunakan bahasa Wemale?
6. Dalam
kegiatan apa saja bahasa Wemale digunakan?
7. Menurut
anda bagimana sikap masyarakat desa Honitetu terhadap bahasa Wemale?
8. Menurut
anda apakah sampai saat ini bahasa Wemale masih dipertahankan?
9. Menurut
Anda apa saja cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan bahasa Wemale?
10. Dalam
ranah apa saja masyarakat menggunakan bahasa Wemale?
Informan Bapak Welem Mawene
1)
Apakah Anda
mengetahui bahasa Wemale?
Jwab: Iya bapa tau
bahasa Wemale karna itu merupakan jati diri dari kita selaku orang Honitetu
2)
Apakah dalam
percakapan sehari-hari Anda menggunakan bahasa Wemale?
Jawab: Iya gunakan
3)
Dari siapakah Anda
mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Bapa
mengetahui bahasa wemale sejak bapa lahir karena pada zaman dahulu, bapa punya
orang tua sudah mengajarkan bahasa wemale ini untuk bapa jadi sifatnya ini
sudah turun-temurun. Jadi sampe sekarang bapa masih mengetahui dan menggunakan
bahasa itu dalam percakapan tiap hari.
4)
Apakah bahasa
Wemale juga diajarkan kepada anak-anak atau hanya orang tua saja?
Jawab: Diajarkan
kepada anak-anak juga
5)
Apakah dalam
komunikasi masyarakat masih menggunakan bahasa Wemale?
Jawab: Untuk
masyarakat Honitetu disini, sebagian besar orang sudah tidak gunakan bahasa
Wemale dalam komunikasi hari-hari lagi. Masyarakat lebih dominan ke bahasa
Melayu Ambon.
6)
Dalam kegiatan apa
saja bahasa Wemale digunakan?
Jawab: Dalam
kegiatan-kegiatan adat
7)
Menurut Anda
bagaimana sikap masyarakat desa Honitetu terhadap bahasa Wemale?
Jawab: Sikap
masyarakat Honitetu, mereka sudah tidak melestarikan bahasa Wemale lagi. Mereka
lebih menggunakan bahasa melayu untuk komunikasi dan hanya sebagian masyarakat
saja yang masih menggunakan bahasa Wemale.
8)
Menurut Anda
apakah sampai saat ini bahasa Wemale masih dipertahankan?
Jawab: Masih.
Hanya untuk anak muda sudah tidak dibiasakan lagi
9)
Menurut Anda apa
saja cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan bahasa Wemale?
Jawab: Melakukan
proses pembelajaran.
10) Dalam ranah apa saja masyarakat menggunakan bahasa
Wemale?
Jawab: Bagi
masyarakat yang masih mengetahui bahasa
Wemale, pasti mereka gunakan di semua ranah.
Informaan
Bapak Roly Lattu
1) Apakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Iya
tau
2) Apakah dalam percakapan sehari-hari Anda menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Iya
gunakan. Tapi kalau komunikasi dengan orang yang sudah tidak bisa menggunakan
bahasa Wemale berarti harus menggunakan bahasa Melayu Ambon.
3) Dari siapakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Dari
orang tua karena diajarakan dari kecil
4) Apakah bahasa Wemale juga diajarkan kepada anak-anak
atau hanya orang tua saja?
Jawab: Hanya
sebagian orang saja yang mengajarkan kepada anak-anak. Karena kebanyakan di
Desa Honitetu ini, masyarakat sudah lebih sering menggunakan bahasa Melayu
Ambon. Jadi yang masih mengetahu bahasa Wemale saja yang mengajarkan kepada
anak-anak.
5) Apakah dalam komunikasi masyarakat masih menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Sudah
jarang digunakan karena mereka sudah lebih dominan ke bahasa Melayu Ambon
6) Dalam kegiatan apa saja bahasa Wemale digunakan?
Jawab: Kegiatan-kegiatan
adat seperti pelantikan raja, masuk minta, anak keluar walang (Tana Ile) dan
lain sebaginya.
7) Menurut Anda bagaimana sikap masyarakat desa Honitetu
terhadap bahasa Wemale?
Jawab: Sikap masyarakat
disini terhadap bahasa Wemale itu kalua mau dilihat itu sudah sangat kecil
pelestariannya karena sudah terpengaruh dengan bahasa Melayu Ambon.
8) Menurut Anda apakah sampai saat ini bahasa Wemale
masih dipertahankan?
Jawab: Masih.
Meskipun bahasa Melayu Ambon lebih dominan tapi ada sebgian masyarakat yang
masih menggunakan dan melestarikan
9) Menurut Anda apa saja cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Wemale?
Jawab: Yang
pertama itu harus dalam keluarga dimana orang tua harus mengajarkan kepada
anak-anak dirumah baru setelah itu keluar di lingkungan sosial dengan
masyarakat dan pendidikan yang di dalamnya dijadikan sebagai pembelajaran di
sekolah.
10) Dalam ranah apa saja masyarakat menggunakan bahasa
Wemale?
Jawab: Ya kalau untuk ranah,
itu tergantung pada orang yang menggunakan kalau dia mengetahui bahasa Wemale
berarti sudah pasti dalam ranah apa saja dia bisa gunakan
Informan Ibu Ester Titta
1) Apakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Iya tahu
2) Apakah dalam percakapan sehari-hari Anda menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Kalau dengan orang yang mengetahu bahasa Wemale
paksi bahasa Wemale tapi jika tidak maka pakai bahasa Melayu Ambon
3) Dari siapakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Dari orang tua dan dari suami
4) Apakah bahasa Wemale juga diajarkan kepada anak-anak
atau hanya orang tua saja?
Jawab: Diajarkan karena mereka juga perlu mengetahui
bahasa Wemale
5) Apakah dalam komunikasi masyarakat masih menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Hanya sebagian saja, karena sebagian seudah
tidak mengetahui lagi
6) Dalam kegiatan apa saja bahasa Wemale digunakan?
Jawab: Dalam kegiatan adat karena itu diharuskan
7) Menurut Anda bagaimana sikap masyarakat desa Honitetu
terhadap bahasa Wemale?
Jawab: Mereka sudah tidak menggunakan lagi
8) Menurut Anda apakah sampai saat ini bahasa Wemale
masih dipertahankan?
Jawab: Sudah tidak lagi
9) Menurut Anda apa saja cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Wemale?
Jawab: Diadakan rapat antara staf pemerintah dengan
masyarakat supaya bisa mengambil keputusan yang dapat membangkitkan bahasa
Wemale dan juga orang tua harus mengajarkan kepada anak-anak
10) Dalam ranah apa saja masyarakat menggunakan bahasa
Wemale?
Jawab: Sudah tidak ada lagi. kalau untuk ibu Ester
sendiri ia biasanya gunakan di ranah keluarga dengan anak cucu dan di ranah
tetangga.
Informan Bapak Rudy Ukakale
1) Apakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Tau
2) Apakah dalam percakapan sehari-hari Anda menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Kurang
menggunakan
3) Dari siapakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Dari orang
tua karena pada zaman dahulu orang tua biasanya menggunakan bahasa Wemale
4) Apakah bahasa Wemale juga diajarkan kepada anak-anak
atau hanya orang tua saja?
Jawab: Ajar
tapi hanya sesekali
5) Apakah dalam komunikasi masyarakat masih menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Ya,
mereka masih gunakan jika berbicara dengan orang yang menggunakan bahasa Wemale
namun jika orang itu tidak menggunakan, maka harus menggunakan bahasa Melayu
Ambon
6) Dalam kegiatan apa saja bahasa Wemale digunakan?
Jawab: Dalam egiatan
adat dan kerja-kerja kelompok
7) Menurut Anda bagaimana sikap masyarakat desa Honitetu
terhadap bahasa Wemale?
Jawab: Harus
dikembangkan karena bahasa Wemale itu penting dan diusahakan agar tidak hilang
8) Menurut Anda apakah sampai saat ini bahasa Wemale
masih dipertahankan?
Jawab: Masih
9) Menurut Anda apa saja cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Wemale?
Jawab: Harus
komunikasi sehari-hari dengan bahasa daerah dalam rumah dengan keluarga,
pekerjaan, dan hadirkan guru bahasa Wemale untuk mengajarkan muatan lokal di
sekolah.
10) Dalam ranah apa saja masyarakat menggunakan bahasa
Wemale?
Jawab: Bagi orang yang
menggunakan bahasa Wemale dia bisa gunakan di semua ranah.
Informan Bapak Abarang Tebiary
1) Apakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Tau
2) Apakah dalam percakapan sehari-hari Anda menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Gunakan
3) Dari siapakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Orang
tua
4) Apakah bahasa Wemale juga diajarkan kepada anak-anak
atau hanya orang tua saja?
Jawab: Ya
diajarkan
5) Apakah dalam komunikasi masyarakat masih menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Hanya
sebagian masyarakat saja
6) Dalam kegiatan apa saja bahasa Wemale digunakan?
Jawab: Kegiatan-kegiatan
adat
7) Menurut Anda bagaimana sikap masyarakat desa Honitetu
terhadap bahasa Wemale?
Sikap
masyarakat terhadap bahasa Wemale hanya sebagian orang saja yang masih
melestarikan bahasa.
8) Menurut Anda apakah sampai saat ini bahasa Wemale
masih dipertahankan?
Jawab: Ya
masih
9) Menurut Anda apa saja cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Wemale?
jawab: Berbicara dengan bahasa daerah setiap waktu dan
dijadikan pembelajaran di sekolah
10) Dalam ranah apa saja masyarakat menggunakan bahasa
Wemale?
Jawab: Semua ranah bisa
digunakan bagi mereka yang masih menggunakan baasa Wemale dalam komunikasi
sehari-hari.
Informan Bapak Mateos Silaka
1) Apakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Iya
tahu
2) Apakah dalam percakapan sehari-hari Anda menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Iya gunakan
3) Dari siapakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Dari
orang tua karena diajarkan sejak kecil
4) Apakah bahasa Wemale juga diajarkan kepada anak-anak
atau hanya orang tua saja?
Jawab: Ya
diajarkan
5) Apakah dalam komunikasi masyarakat masih menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Tidak
semua hanya sebagian saja
6) Dalam kegiatan apa saja bahasa Wemale digunakan?
Jawab: Dalam
kegiatan-kegiatan adat
7) Menurut Anda bagaimana sikap masyarakat desa Honitetu
terhadap bahasa Wemale?
Jawab: Mereka
sudah tidak melestarikan bahasa Wemale lagi
8) Menurut Anda apakah sampai saat ini bahasa Wemale
masih dipertahankan?
Jawab: Ya
masih dipertahankan
9) Menurut Anda apa saja cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Wemale?
Jawab: Diajarkan
kepada anak-anak dan juga dijadikan sebagai pembelajaran di sekolah
10) Dalam ranah apa saja masyarakat menggunakan bahasa
Wemale?
Jawab: Semua ranah bisa
digunakan bagi mereka yang mengetahui bahasa Wemale.
Informan Bapak Johan Molly
1) Apakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Iya tahu
2) Apakah dalam percakapan sehari-hari Anda menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Iya gunakan
3) Dari siapakah Anda mengetahui bahasa Wemale?
Jawab: Dari orang tua
4) Apakah bahasa Wemale juga diajarkan kepada anak-anak
atau hanya orang tua saja?
Jawab: ajar tapi tidak setiap hari
5) Apakah dalam komunikasi masyarakat masih menggunakan
bahasa Wemale?
Jawab: Iya masih digunakan oleh masyarakat karena bahasa
Wemale ini merupakan identitas dan jati diri kita selaku orang Honitetu
6) Dalam kegiatan apa saja bahasa Wemale digunakan?
Jawab: Dalam kegiatan-kegiatan adat
7) Menurut Anda bagaimana sikap masyarakat desa Honitetu
terhadap bahasa Wemale?
Jawab: Sikap masyarakat terhadap bahasa Wemale sudah
sangat sedikit penggunaannya karena masyarakat lebih dominan ke bahasa Melayu
Ambon
8) Menurut Anda apakah sampai saat ini bahasa Wemale
masih dipertahankan?
Jawab: Ya masih dipertahankan
9) Menurut Anda apa saja cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Wemale?
Jawab: Diajarkan kepada anak-anak dirumah dan harus
dijadikan pembelajaran di sekolah
10) Dalam ranah apa saja masyarakat menggunakan bahasa
Wemale?
Jawab: Semua ranah
Lampiran 4
DAFTAR
PERTANYAAN
PENELITIAN
PENGGUNAAN BAHASA
A.
Identitas
Responden
Nama |
: |
Umur |
: |
Pendidikn terakhir |
: |
Pekerjaan |
: |
Alamat |
: |
B.
Pertanyaan Penelitian
B.1 Penggunaan Bahasa
pada Ranah Keluarga
1) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan ayah/ ibu di rumah adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
2) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan kaka/ adik di rumah adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
3) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan kakek/nenek di rumah adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
4) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan paman/bibi di rumah adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
5) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi keluarga ketika berkumpul bersama di rumah adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
B.2
Penggunaan Bahasa pada Ranah Ketetanggaan
6) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan para tetangga adalah
a. Bahasa
Wemale
b.
Bahasa Melayu Ambon/
Dialek Ambon
7) Bahasa
yang digunakan ketika bersantai dengan tetangga adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
8) Bahasa
yang digunakan pada saat bekerja bakti di lingkungan adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
9) Bahasa
yang digunakan dalam kegiatan tolong-menolong antartetangga di lingkungan
tempat tinggal adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
10) Bahasa
yang digunakan ketika bertengkar dengan tetangga adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
B.3 Penggunaan Bahasa
pada Ranah Pendidikan
11) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari anatarguru di sekolah ketika berada
di luar kelas/ pada jam istirahat adalah
a.
Bahasa Wemale
b.
Bahasa Melayu Ambon/
Dialek Ambon
12) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari antarguru dengan siswa di sekolah
ketika proses pembelajaran berlangsung/ berada di dalam kelas
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
13) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan teman-teman pada saat kerja
bakti atau makan-makan.
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
B.4 Penggunaan Bahasa
pada Ranah Pemeritahan
14) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi di kantor desa adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
15) Bahasa
yang digunakan dalam pertemuan/rapat negeri dengan masyarakat adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
16) Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari oleh Marinyo ketika menyampaikan
informasi kepada masyarakat adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
17) Bahasa yang digunakan dalam pelantikan raja
adalah
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
B.5 Penggunaan Bahasa
pada Ranah Agama
18) Bahasa apa yang sering Anda gunakan saat melakukan
kegiatan-kegiatan grejawi (ibadah)?
a.
Bahasa Wemale
b.
Bahasa Melayu
Ambon/ Dialek Ambon
19) Bahasa apa yang sering Anda gunakan saat ada dalam
upacara adat kematian/perkawinan?
a. Bahasa
Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
20) Bahasa
yang digunakan dalamkomunikasi antartua-tua adat saat berada dirumah adat
adalah
a. Bahasa Wemale
b. Bahasa
Melayu Ambon/ Dialek Ambon
C. Sikap Bahasa
1. Saya bangga jika berbicara dengan menggunakan bahasa
Wemale dalam lingkungan keluarga
a.
Sangat bangga
b.
Bangga
c.
Cukup bangga
d.
Kurang bangga
e.
Tidak bangga
2. Saya bangga menggunakan bahasa Wemale dalam lingkungan
tetangga
a.
Sangat bangga
b.
Bangga
c.
Cukup bangga
d.
Kurang bangga
e.
Tidak bangga
3. Saya bangga jika dalam kegiatan peribadahan saya bisa
menggunakan bahasa Wemale
a.
Sangat bangga
b.
Bangga
c.
Cukup bangga
d.
Kurang bangga
e.
Tidak bangga
4. Saya bangga jika dalam lingkungan pendidikan saya bisa
menggunakan bahasa Wemale
a.
Sangat bangga
b.
Bangga
c.
Cukup bangga
d.
Kurang bangga
e.
Tidak bangga
5. Saya bangga jika dalam lingkungan pemerintahan/kerja
saya bisa menggunakan bahasa Wemale
a.
Sangat bangga
b.
Bangga
c.
Cukup bangga
d.
Kurang bangga
e.
Tidak bangga
6. Saya setuju untuk mulai menggunakan bahasa Wemale
dalam komunikasi sehari-haris dengan sesama.
a.
Sangat bangga
b.
Bangga
c.
Cukup bangga
d.
Kurang bangga
e.
Tidak bangga
7. Saya setuju jika bahasa Wemale diajarkan dalam
pembelajaran mulok di sekolah
a.
Sangat bangga
b.
Bangga
c.
Cukup bangga
d.
Kurang bangga
e.
Tidak bangga
8. Saya setuju jika pemerintah, gereja dan pendidikan
ikut mengupayakan untuk melestarikan bahasa Wemale
a.
Sangat bangga
b.
Bangga
c.
Cukup bangga
d.
Kurang bangga
e.
Tidak bangga
Lampiran 6
Kuesioner
Kosa Kata Dasar dan 200 Kosa Kata SWADESH
Ranah Keluarga
No |
Kosa kata Dasar |
Bahasa Wemale |
1 |
Adik |
|
2 |
Kakak |
|
3 |
Kakek |
|
4 |
Nenek |
|
5 |
Cucu |
|
6 |
Rambut |
|
7 |
Mata |
|
8 |
Kening |
|
9 |
Mulut |
|
10 |
Telinga |
|
11 |
Perut |
|
12 |
Mandi |
|
13 |
Rumah |
|
No |
Kosa kata SWADESH |
Bahasa Wemale |
|
No |
Kosa kata SWADESH |
Bahasa Wemale |
1 |
Anak |
|
|
20 |
Ikat |
|
2 |
Aku |
|
|
21 |
Ikan |
|
3 |
Bapak |
|
|
22 |
Isteri |
|
4 |
Baring |
|
|
23 |
Ibu |
|
5 |
Bapak |
|
|
24 |
Jalan |
|
6 |
Berjalan |
|
|
25 |
Kamu |
|
7 |
Beri |
|
|
26 |
Kaki |
|
8 |
Cium |
|
|
27 |
Kepala |
|
9 |
Cuci |
|
|
28 |
Kuku |
|
10 |
Darah |
|
|
39 |
Kulit |
|
11 |
Datang |
|
|
30 |
Kutu |
|
12 |
Dekat |
|
|
31 |
Leher |
|
13 |
Dengar |
|
|
32 |
Lelaki |
|
14 |
Dingin |
|
|
33 |
Lidah |
|
15 |
Duduk |
|
|
34 |
Ludah |
|
16 |
Garam |
|
|
35 |
Lutut |
|
17 |
Garuk |
|
|
36 |
Main |
|
18 |
Gemuk |
|
|
37 |
Makan |
|
19 |
Gigi |
|
|
38 |
Mata |
|
39 |
Gosok |
|
|
56 |
Malam |
|
40 |
Hidung |
|
|
57 |
Mati |
|
41 |
Ia |
|
|
58 |
Mereka |
|
42 |
Ini |
|
|
59 |
Muntah |
|
43 |
Itu |
|
|
60 |
Minum |
|
44 |
Mulut |
|
|
61 |
Semua |
|
45 |
Nama |
|
|
62 |
Siang |
|
46 |
Napas |
|
|
63 |
Suami |
|
47 |
Pegang |
|
|
64 |
Siapa |
|
48 |
Perempuan |
|
|
65 |
Tangan |
|
49 |
Perut |
|
|
66 |
Telinga |
|
50 |
Potong |
|
|
67 |
Tidur |
|
51 |
Punggung |
|
|
68 |
Telur |
|
52 |
Pusar |
|
|
69 |
Tua |
|
53 |
Rambut |
|
|
70 |
Hati |
|
54 |
Hidup |
|
|
71 |
Jatuh |
|
55 |
Daging |
|
|
72 |
Kotor |
|
Kuesioner
Ranah Ketetanggaan
No |
Kosa kata Dasar |
Bahasa Wemale |
1 |
Om |
|
2 |
Tante |
|
3 |
Saudara perempuan |
|
4 |
Saudara laki-laki |
|
5 |
Rumah |
|
No |
Kosa Kata SWADESH |
Bahasa Wemale |
1 |
Air |
|
2 |
Akar |
|
3 |
Anjing |
|
4 |
Bakar |
|
5 |
Binatang |
|
6 |
Buah |
|
7 |
Bunga |
|
8 |
Burung |
|
9 |
Daun |
|
10 |
Kami, kita |
|
11 |
Orang |
|
12 |
Pasir |
|
13 |
Pohon |
|
14 |
Rumput |
|
15 |
Sungai |
|
16 |
Tanah |
|
17 |
Tali |
|
Kuesioner
Ranah Pemerintahan
No |
Kosa Kata Dasar |
Bahasa Wemale |
1 |
Baileo |
|
2 |
Raja |
|
3 |
Pejabat |
|
4 |
Masyarakat |
|
5 |
Pemuda/pemudi |
|
6 |
Soa |
|
7 |
Adat |
|
8 |
Marinyo |
|
9 |
Kekuasaan |
|
10 |
Keamanan |
|
11 |
Keadilan |
|
12 |
Korupsi |
|
13 |
Gotong royong |
|
14 |
Mata rumah |
|
15 |
Wilayah |
|
16 |
Mandat |
|
Kuesioner
Ranah Pendidikan
No |
Kosa Kata SWADESH |
Bahasa Wemale |
|
No |
Kosa Kata SWADESH |
Bahasa Wemale |
1 |
Angin |
|
|
40 |
Dan |
|
2 |
Api |
|
|
41 |
Danau |
|
3 |
Apung |
|
|
42 |
Debu |
|
4 |
Asap |
|
|
43 |
Dengan |
|
5 |
Awan |
|
|
44 |
Dorong |
|
6 |
Balik |
|
|
45 |
Dua |
|
7 |
Banyak |
|
|
46 |
Ekor |
|
8 |
Baru |
|
|
47 |
Empat |
|
9 |
Basah |
|
|
48 |
Engkau |
|
10 |
Batu |
|
|
49 |
Gali |
|
11 |
Belah (mem) |
|
|
50 |
Gunung |
|
12 |
Benar |
|
|
51 |
Hantam |
|
13 |
Benih |
|
|
52 |
Hijau |
|
14 |
Bengkak |
|
|
53 |
Hisap |
|
15 |
Berenang |
|
|
54 |
Hitam |
|
16 |
Berat |
|
|
55 |
Hitung |
|
17 |
Bulan |
|
|
56 |
Hujan |
|
18 |
Bulu |
|
|
57 |
Jantung |
|
19 |
Bunuh |
|
|
58 |
Abu |
|
20 |
Buru (ber) |
|
|
59 |
Jahit |
|
21 |
Buruk |
|
|
60 |
Jauh |
|
22 |
Busuk |
|
|
61 |
Kabut |
|
23 |
Cacing |
|
|
62 |
Kanan |
|
24 |
Kecil |
|
|
63 |
Satu |
|
25 |
Kering |
|
|
64 |
Sayap |
|
26 |
Kiri |
|
|
65 |
Sedikit |
|
27 |
Gigit |
|
|
66 |
Sempit |
|
28 |
Kuning |
|
|
67 |
Tiup |
|
29 |
Langit |
|
|
68 |
Tahu |
|
30 |
Lain |
|
|
69 |
Tahun |
|
31 |
Laut |
|
|
70 |
Takut |
|
32 |
Lebar |
|
|
71 |
Hutan |
|
33 |
Lempar |
|
|
72 |
Tarik |
|
34 |
Licin |
|
|
73 |
Tebal |
|
35 |
Lihat |
|
|
74 |
Terbang |
|
36 |
Lima |
|
|
75 |
Tertawa |
|
37 |
Lurus |
|
|
76 |
Tetek |
|
38 |
Matahari |
|
|
77 |
Tiga |
|
39 |
Merah |
|
|
78 |
Tikam |
|
79 |
Panjang |
|
|
96 |
Tipis |
|
80 |
Pendek |
|
|
97 |
Tulang |
|
81 |
Peras |
|
|
98 |
Tajam |
|
82 |
Putih |
|
|
99 |
Tumpul |
|
83 |
Pikir |
|
|
100 |
Ular |
|
84 |
Panas |
|
|
101 |
Usus |
|
85 |
Alir (me) |
|
|
102 |
Tongkat |
|
86 |
Hapus |
|
|
103 |
Di sini |
|
87 |
Tidak |
|
|
104 |
Di situ |
|
88 |
Berdiri |
|
|
105 |
Kata (ber) |
|
89 |
Beberapa |
|
|
106 |
Baik |
|
90 |
Bagaimana |
|
|
107 |
Apa |
|
91 |
Bilamana |
|
|
108 |
Besar |
|
92 |
Di dalam |
|
|
109 |
Kalau |
|
93 |
Di, pada |
|
|
110 |
Karena |
|
94 |
Di mana |
|
|
111 |
Nyanyi |
|
95 |
Kelahi (ber) |
|
|
|
|
|
Kuesioner
Ranah Agama
No |
Kosa Kata Dasar |
Bahasa Wemale |
1 |
Tuhan |
|
2 |
Alkitab |
|
3 |
Beribadah |
|
4 |
Berdoa |
|
5 |
Mimbar |
|
6 |
Altar |
|
7 |
Lonceng |
|
8 |
Gereja |
|
9 |
Salib |
|
10 |
Pendeta |
|
Kosa Kata Dasar Bahasa Wemale
- Adik : Wari
- Kakak : Wa
- Saudara perempuan : Waleu Mapina
- Saudara laki-laki :
Wa umanawa
- Kakek :
Meme manawa
- Nenek : Mema mapina
- Cucu : Meme
- Rambut : Puwawai
- Mata : Mata
- Kening :
Matamu papae
- Mulut :
Nudu
- Telinga : Tinalauni
- Perut : Tiaw
- Mandi : Usu’u
- Rumah : Luma
- Om : Uomu
- Tante : u’ua
- Baileo :
Suane
- Raja :
Laya
- Pejabat : Latupati
- Masyarakat : Rayate
- Pemuda/pemudi : Apoula
- Soa : Kasale
- Adat : Halila
- Marinyo : Itita
- Kekuasaan : Nihake
- Keamanan : Isaka
- Keadilan : Mauruse
- Korupsi : Ilutle
- Gotong-royong : Maklae
- Mata rumah :
Lumine
- Wilayah :
Ulsune
- Mandate :
Hupe
- Tuhan :
Tuniae
- Alkitab :
Uktapu
- Beribadah :
U’usukleya
- Berdoa :
Supayahe
- Mimbar :
Niple
- Altar :
Unsare
- Lonceng :
Kusane
- Gereja :
Keleya
- Salib :
Usalipu
- Pendeta :
Mapeideta
Kosa Kata SWADESH dalam Bahasa Wemale
1.
Abu : Yahumotoi
- Air :
Waile
- Akar :
Lamuti
- Aku :
Yau
- Alir (me) :
Waile Hapele
- Anak :
Yanae
- Angin :
Miti-miti
- Anjing :
Asu
- Apa :
Sahae
- Api :
Yahu
- Apung :
Mimidi-midi
- Asap :
Yahu Welui
- Awan :
Lipute
- Bagaimana :
Hedeka
- Baik :
Hoi
- Bakar :
Otu
- Balik :
Hulie
- Banyak :
Maita
- Bapak :
Ama
- Baring :
Dahele
- Baru :
Pelui
- Basah :
Ekata
- Batu :
Utue
- Beberapa :
Hila-hila
- Belah (me) :
Atekae
- Benar :
Titinei
- Benih :
Kaitela
- Bengkak :
Aelue
- Berenang :
Hananu
- Berjalan :
Utai
- Berat :
Ekila
- Beri :
Asama
- Besar :
Ina ama
- Bilamana :
Hedeka
- Binatang :
Iyeuleia
- Bintang :
Walikoute
- Buah :
Pui
- Bulan :
Pulane
- Bulu :
Aule
- Bunga :
Puna
- Bunuh :
Apunu
- Buru (ber) :
Asela
- Buruk :
Apiate
- Burung :
Manue
- Busuk :
Ekulu
- Cacing :
Piale
- Cium :
Hunu
- Cuci :
Ahua
- Daging :
Utane
- Dan :
Due
- Danau :
Youle
- Darah :
La’a
- Datang :
Aloi
- Daun :
Launi
- Debu :
Eupune
- Dekat :
Wai-wai
57. Dengan :
Due
58. Dengar : Hane’e
59. Di dalam :
Wailale
60. Di, pada :
Wai
61. Di mana :
Weiseka
62. Dingin : Mitine
63. Diri (ber) :
Ele
64. Di sini : Wede’e
65. Di situ : Weke’e
66. Dorong :
Tukae
67. Dua :
Lua
68. Duduk : Tue
69. Ekor :
Yalui
70. Empat : Hale
71. Engkau :
Yale
72. Gali :
Ali
73. Garam : Tasie
74. Garuk : Atita
75. Gemuk : Emina
76. Gigi :
Mise
77. Gigit :
A’ete
78. Gosok : Asosa
79. Gunung :
Ulate
80. Hantam :
Akotoe
81. Hapus : Suluwaie
82. Hati :
Lale
83. Hidung :
Ili
84. Hidup : Wawana
85. Hijau :
Mulane
86. Hisap :
Soso
87. Hitam : Metene
88. Hitung : Lehe’e
89. Hujan : Ulane
90. Hutan :
Yai huwei
91. Ia :
Ile
92. Ibu :
Ina
93. Ikan :
Iyane
94. Ikat :
Heta
95. Isteri :
Dapina
96. Ini :
Ede’e
97. Itu :
Deke’e
98. Jahit :
Hapoi
99. Jalan :
Tai
100. Jantung : Alue
101. Jatuh : Oli
102. Jauh : Elau
103. Kabut : Lipute
104. Kaki : Hai
105. Kalau : Hedeka
106. Kami, kita : Ite
107. Kamu : Imi
108. Kanan : Uloaenene
109. Karena : Lepai
110. Kata (ber) : Akina
111. Kecil : Yanae
112. Kelahi (ber) : Sidaole
113. Kepala : Ulu
114. Kering : Weda
115. Kiri : Ukale
116. Kotor : Apiate
117. Kuku : Talei
118. Kulit : Luti
119. Kuning : Unile
120. Kutu : Utu
121. Lain : Dameni
122. Langit : Laite
123. Laut : Luae
124. Lebar : Tipa
125. Leher : Moane
126. Lelaki : Manawa
127. Lempar : Tepe
128. Licin : Masalina
129. Lidah : Mei
130. Lihat : Selu
131. Lima : Lima
132. Ludah : Hinilu
133. Lurus : Mutolini
134. Lutut : Tupapalu
135. Main : Walemane
136. Makan : Ane
137. Malam : Maile
138. Mata : Mata
139. Matahari : Limatai
140. Mati : Imata
141. Merah : Daule
142. Mereka : Imi
143. Minum : Tele’e
144. Mulut : Nudu
145. Muntah : Imadulua
146. Nama : Namu
147. Napas :
Ashe
148. Nyanyi : Ma uo
149. Orang :
Ile
150. Panas : Usate
151. Panjang : Kanule
152. Pasir : Mate
153. Pegang : Asoho
154. Pendek : Etetei
155. Peras : Uheshe
156. Perempuan : Mapina
157. Perut : Tiaw
158. Pikir : Ahanalue
159. Pohon : Laiwe
160. potong : Utte
161. Punggung : Mama
162. Pusar : Kue
163. Putih : Kutile
164. Rambut : Puawai
165. Rumput : Tukuwane
166. Satu : Leise
167. Sayap : Papailutia
168. Sedikit : Dinei
169. Siang : Kita
170. Sempit : Tepamu
171. Semua : Sepu
172. Suami : Matua
173. Siapa : Seinya
174. Sungai : Waile
175. Tajam : Emohi
176. Tahu : Titiwa
177. Tahun : Nalei
178. Takut : Dilawa
179. Tali :
Yayuatali
180. Tanah :
Lapai
181. Tangan : Pa
182. Tarik : Lihi
183. Tebal : Petelu
184. Telinga : Tina
185. Telur : Teui
186. Terbang : Adipu
187. Tertawa : Mele
188. Tetek : Susu
189. Tidak : Umu
190. Tidur : Dahele
191. Tiga : Telu
192. Tikam : Suhu
193. Tipis : Teteli
mo’o
194. Tiup : Hulue
195. Tongkat : Tiene
196. Tua : Kaiti
197. Tulang : Luli
198. Tumpul : Mohi’mo
199. Ular :
(Patola/Tekele)
200. Usus : Alue
Komentar
Posting Komentar